Minggu pagi, Papa Albi, Kak Irsan dan anak istrinya sudah tiba di rumah. Mereka membawa begitu banyak oleh-oleh dari Yogyakarta. Danisha pun menjadi orang nomor satu di rumah itu, yang berebut oleh-oleh dari kakaknya.
Minggu pagi menjadi hari keluarga yang menyenangkan bagi Danisha. Di tengah padatnya jadwal kerjanya dan masalah Genderuwo yang tak kunjung usai.
Minggu siang, Papa Albi dan Mama Ajeng sudah duduk berdua di depan televisi. Walaupun sudah berusia 60-an, namun orangtua Danisha masih terlihat mesra seperti sepasang sejoli yang kasmaran.
Danisha masih berkutat di depan laptopnya di dalam kamarnya. Dia ingin menyelesaikan tugas kantornya, untuk dibawa ke lapangan Senin besok. Tiba-tiba, Mama Ajeng masuk ke kamarnya.
“Dek, ke depan yuk. Tuh Papa Albi mau ngomong sama kamu,” ajak Mama Ajeng sembari membawakan jus alpukat kesukaan Danisha.
“Oke ma siap. Danisha selesaikan dulu kerjaan ini ya. Tinggal dikit kok,”
Mama Ajeng hanya tersenyum dan meninggalkan anak bungsunya yang masih berkutat di keyboard laptop. Setengah jam kemudian, Danisha langsung meneguk segarnya jus Alpukat buatan mamanya.
Dia lalu berjalan keluar kamar sembari membawa gelas jusnya. Lalu Danisha duduk di samping Mama Ajeng yang sedang bersenda gurau dengan Papa Albi.
“Ada apa pa, tadi mau cerita apa?,” tanya Danisha.
“Papa tadi diceritain mama tentang mimpi kamu melihat jimat itu. Udah diceritain mama semua kan?,”
Danisha hanya mengangguk.
Papa Albi juga setuju jika Danisha meminta bantuan temannya untuk mengambil jimat itu. Menurut Papa Albi, jimat
itu tidak dibutuhkan lagi, apalagi dalam Islam tidak diperbolehkan menggunakan jimat dalam bentuk apapun.
Namun, Papa Albi terus menanyakan ke Danisha, apakah temannya benar-benar sanggup melakukan pengangkatan jimat yang ditanam di rumahnya. Danisha pun tidak bisa memberikan jawaban. Karena dia belum memberitahu Aira dan Kak Stevi.
“Nanti Danisha tanya ke Aira Pa. Rencananya Danisha ingin minta tolong dengan sepupu Aira. Dia sepertinya punya kemampuan lebih,” ucap Danisha.
Papa Albi dan Mama Ajeng mengangguk setuju. Kedua orangtua Danisha juga tidak mau menutupi misteri di rumahnya. Danisha pun merasa dia harus mengungkapkan cerita teror Genderuwo yang sedang menimpanya.
Saat dia akan bercerita, Kak Irsan ikutan nimbrung bersama, karena istri dan anaknya sudah tidur terlelap di kamarnya.
“Nah kebetulan ada Kak Irsan, Danisha mau cerita semuanya, yang memang sudah seharusnya Danisha beritahu,” ucap Danisha menyita perhatian Papa Albi, Mama Ajeng dan Kak Irsan.
Danisha bercerita tentang semuanya, tentang cerita Ibu Suti, Mba Rika, sosok genderuwo, Widi, bantuan dari Aira dan Kak Stevi, serta batu mustika itu.
Namun, reaksi dari Papa Albi, Mama Ajeng dan Kak Irsan diluar prediksi Danisha. Mereka malah hanya terdiam, tanpa ada rasa takut, cemas atau pun melontarkan pertanyaan lain untuk terus mengulik cerita lainnya dari Danisha.
“Kok kalian pada diem sih?,” tanya Danisha sedikit geram.
Kak Irsan akhirnya buka suara. Dia sebenarnya sudah tahu jika ada sosok Genderuwo di rumah. Dia juga sudah diceritakan oleh Mama Ajeng, tentang apa yang diterawang oleh Mba Rika.
Papa Albi juga ikut sumbang suara. Ternyata sudah lama Papa Albi menaruh curiga dengan sosok hitam yang terus mengelilingi di balik punggung Danisha. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain memanjatkan doa kepada yang di Atas.
“Kok kalian tega sih diem gitu aja. Yang diteror ini Danisha lho, bukan tetangga,” Danisha berdiri melipat tangannya di depan dadanya menatap satu persatu anggota keluarganya.
“Dek, duduk dulu jangan marah. Ini kan kita mau bahas,” bujuk Mama Ajeng.
Masih digelayuti kemarahan, Danisha berusaha untuk mengatur nafasnya. Dia akhirnya menuruti perintah Mama Ajeng.
Papa Albi lalu menceritakan semuanya. Ternyata, Papa Albi, Mama Ajeng dan Kak Irsan diam-diam sudah berupaya untuk mengusir jin Genderuwo itu. Termasuk mengangkat dan membuang jimat itu.
Jimat itulah yang semakin memudahkan Genderuwo untuk masuk ke dalam rumah Danisha. Karena ada aura buruk yang dipancarkan dari rumah Danisha dari jimat itu. Namun usaha mereka belum menemukan titik terang.
Papa Albi dan Kak Irsan berangkat ke Yogyakarta ternyata bukan dinas kerja. Namun untuk menemui temannya kakek, yang menanamkan jimat itu. Sayangnya, teman kakek sudah lama meninggal dunia.
“Anak teman kakek itu juga tidak bisa membantu kita. Namun anak teman kakek itu pernah bermimpi, bahwa ayahnya menunjukkan jimat itu di tengah rumah dan ada seseorang yang akan membantu keluarga kita mengambil jimat itu, termasuk mengusir Genderuwo,” ucap Papa Albi.
Beberapa malam sebelum Papa Albi dan Kak Irsan berangkat ke Yogyakarta. Papa Albi melihat ada bayangan hitam yang tinggi di taman belakang. Tepat saat adzan Magrib. Kak Irsan juga mengalami hal yang sama, ketika masuk ke kamar mandi belakang. Dia juga melihat sosok itu.
“Teman Kak Albi kan pernah menginap di sini, sebelum kakak menikah. Dia malah lebih parah diganggunya. Saat dia mau mengambil tasnya di mobilnya, tiba-tiba mobil itu bergoyang cukup kuat. Seperti terkena gempa bumi,” Kak Albi menceritakan dengan gaya bahasanya yang khas.
Tidak hanya Genderuwo saja yang bermukim di rumahnya, namun ada beberapa jin kafir yang sering menampakkan diri. Seperti penampakan wanita di bawah pohon pisang dan pohon nangka di samping rumah Danisha.
Bahkan ada tetangga Danisha yang pernah melihat sosok wanita berpakaian putih berjalan masuk ke teras rumah Danisha. Padahal saat itu sudah larut malam dan tidak ada aktifitas apapun di luar rumah Danisha.
“Itu kalau gak salah petugas siskamling. Mereka curiga itu nanti maling, waktu diikuti, tiba-tiba wanita itu berjalan
menembus dinding pembatas rumah kita ke arah rumah tetangga,” ucap Kak Irsan.
Amarah Danisha yang sudah terkendali, akhirnya mendorong Danisha untuk turut bercerita tentang penampakan gaib yang juga dia lihat.
Saat dia sedang duduk sendirian menonton televisi, dia melihat dari pintu dapur, ada bayangan putih yang mondar mandir ke kamar mandi. Awalnya dia mengira itu Kak Irsan. Saat dia mengeceknya langsung, tidak ada siapa pun di dapurnya.
Lalu, sosok perempuan yang melambaikan tangan di balik pohon pisang, di siang hari. Saat itu Danisha masih duduk di bangku SD dan bermain petak umpet.
“Danisha berusaha sembunyi di belakang mobil Papa Albi. Saat Danisha melihat ke arah pohon pisang, ada wanita melambaikan tangannya. Wajahnya tidak jelas, tapi Danisha takut saat itu. Jadi Danisha keluar dari persembunyian dan kalah bermain,”
Mendengar cerita itu, Papa Albi, Mama Ajeng dan Kak Irsan langsung tertawa terbahak-bahak. Sontak Danisha semakin jengkel. Mama Ajeng yang melihat perubahan raut wajah Danisha, langsung mencium kening Danisha.
Ada satu cerita lagi yang baru Danisha ketahui. Ternyata Genderuwo itu tidak bisa masuk ke ruang tamu dan ruang tengah rumahnya. Karena ada sosok makhluk gaib penunggu lama di rumahnya, yang mempunyai kekuatan besar.
“Mama pernah bermimpi seperti itu. Dan itu yang mama yakini sampai sekarang. Tapi kalau mama ingat cerita kakek dan nenek dulu, memang benar ada penunggu lama di sini, yang berdiri di sudut ruang tengah itu,” telunjuk Mama Ajeng langsung menunjukkan lokasi tempat penunggu lama itu berdiam.
“Di rumah ini, bukan kamu saja yang pernah melihat penampakan makhluk gaib. Mama, Papa Albi, Kak Irsan dan istrinya juga pernah. Tapi kami tidak pernah menggubrisnya. Kami malah khawatir dengan kamu, dek,”
Semasa kecil, Danisha sering bicara sendiri ketika bermain boneka. Danisha seperti sedang mengobrol dengan
temannya, yang tidak pernah terlihat oleh Papa Albi dan Mama Ajeng. Saat ditanya, Danisha bilang jika dia bercerita dengan ‘aku’. Namun Danisha tidak mengingat masa-masa itu.
Papa Albi dan Mama Ajeng awalnya mengira Danisha mengidap Autis dan sempat dibawa ke psikiater. Namun hasilnya normal. Lama-kelamaan, Danisha yang masih bertingkah aneh membuat Papa Albi dan Mama Ajeng mengerti. Jika Danisha punya kemampuan seperti kakeknya.
“Di usia kamu 7 tahun, Papa Albi dan mama membawamu ke ustad. Agar mata batin kamu bisa ditutup. Namun ternyata, itu hanya mujarab selama beberapa tahun saja. Sampai akhirnya kamu kembali bisa melihat,”
Papa Albi, Mama Ajeng dan Kak Irsan langsung memeluk Danisha bergantian. Mereka ingin menguatkan Danisha, agar bisa tegar menghadapi ini semua.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
malest
bagus.
2023-07-26
1
malest
bagus
2023-07-26
1