Aira dan Danisha mendengarkan dengan fokus, apa yang disampaikan Kak Stevi. Awal memulai bercerita, Kak Stevi mengucap Basmalah terlebih dahulu. Memang, Kak Stevi meskipun berambut gondrong, namun dia dikenal paling alim di antara saudara sepupu Airi yang lain.
Sosok Genderuwo itu, ternyata sudah lama mengikuti Danisha, mungkin sejak Danisha duduk di bangku SMP. Sebenarnya Genderuwo itu mencari korban perempuan dewasa yang sudah bersuami.
Namun tiba-tiba dia memilih Danisha, untuk diikutinya, meskipun hasrat seksual Genderuwo itu tidak bisa tersampaikan.
“Genderuwo itu asalnya adalah peliharaan seseorang, dia itu jin kafir dari ritual pesugihan. Dari yang kakak terawang, yang memelihara Genderuwo itu adalah sepasang suami istri, yang tinggal tak jauh dari rumah kamu,”
Tak ayal, ucapan Kak Stevi membuat Danisha terkejut. Ternyata Genderuwo itu peliharaan orang di kampung tempat tinggalnya.
Sedangkan Aira, masih fokus mendengarkan cerita Kak Stevi. Apa yang diucapkan Kak Stevi, persis sama seperti yang dia prediksi. Namun Aira belum mau bilang ke Danisha, karena dia belum bisa memastikan 100 persen.
“Yang memelihara Genderuwo itu, mengikuti ritual pesugihan agar dagangannya laris. Istrinya yang berjualan, sedangkan suaminya di rumah saja. Mereka punya tiga orang anak perempuan,”
Selama melakukan ritual pesugihan, setiap beberapa hari Genderuwo itu menyetubuhi majikan perempuannya. Di saat suami perempuan itu tertidur lelap. Suaminya ternyata tidak mengetahui salah satu syarat pesugihan adalah dengan menjadikan istrinya sebagai istri gaib Genderuwo.
Namun, Kak Stevi memastikan kalau ketiga anak majikan Genderuwo itu adalah manusia. Saat anak-anak perempuan itu masih kecil, suami perempuan itu meninggal dunia secara naas.
Suaminya tewas karena sakit jantung berdasarkan hasil diagnosa dokter. Namun sebenarnya, suami perempuan itu kehabisan nafas karena dicekik Genderuwo itu. Itu juga salah satu tumbal pesugihan tersebut.
“Ibu itu juga menikah kembali dengan dua pria, dan nasib kedua pria itu sama. Meninggal dunia dengan cara mengenaskan, tanpa diketahui orang lain. Dua dari tiga anak perempuannya juga disetubuhi oleh Genderuwo itu,” lanjut Kak Stevi.
Danisha dan Aira benar-benar terkaget. Mereka tak habis pikir, begitu tega perempuan itu menumbalkan ketiga suaminya. Namun Kak Stevi terus meyakini, jika takdir manusia meninggal dunia itu sudah digariskan Tuhan, namun dengan cara yang tidak diketahui.
Nasib suami kedua anak perempuannya itu ternyata sama. Meninggal dunia dengan cara yang sama. Lama-kelamaan, warga sekitar mulai curiga dengan keluarga perempuan itu. Mereka akhirnya di amuk massa warga secara membabi buta.
Karena, salah satu dari suami anak perempuan itu adalah warga sekitar. Mendengar cerita itu, keluarga dari suami perempuan itu langsung membawa pergi anak bungsu ibu itu pergi jauh ke luar kota.
“Jadi, hanya sisa satu orang yang selamat dari keluarga itu. Ya, anak bungsu ibu itu yang saya juga tidak tahu keberadaannya dimana,”
“Lalu kak, Genderuwonya gimana?,” tanya Aira dengan penuh khidmat. Pertanyaan sama ternyata ingin dilontarkan Danisha ke Kak Stevi.
Rumah perempuan itu akhirnya terbengkalai tidak terurus. Genderuwo itu juga tidak mempunyai majikan lagi. Dia selalu mencari korban-korban lainnya, namun selalu gagal. Karena warga di perkampungan Danisha sangat taat beribadah.
Kisah ini terjadi sekitar tahun 1950-an. Karena sudah lama terjadi, cerita itu lama-lama terkikis dan tidak ada lagi yang membahas itu.
“Danisha, kamu tahu kenapa kamu ketempelan Genderuwo itu?,” Kak Stevi menatap Danisha dengan tajam.
Kepala Danisha langsung menggeleng. Kak Stevi kembali menghela nafas panjang. Dia sebenarnya berat untuk menceritakan ini, tapi Danisha harus tahu.
Setelah keluarga majikan Genderuwo itu meninggal diamuk massa. Genderuwo itu sempat kembali ke dukun yang didatangi majikannya. Genderuwo itu menganggu keluarga dukun itu.
Si dukun tidak bisa mengendalikan Genderuwo itu, selain mencari tumbal lainnya agar Genderuwo itu tidak mengusik keluarganya.
“Kamu akhirnya dipilih. Karena saat itu kalau tidak salah waktu adzan Magrib. Kamu lewat di depan rumah kosong itu. Dan pas ketika dukun itu ada di sana. Ada sesuatu di tubuh kamu, yang membuat dukun itu mudah untuk mengirim Genderuwo itu mengikuti kamu,”
Danisha lalu mencoba mengingat-ingat kapan dia lewat depan rumah kosong. Karena dia tidak tahu, dimana rumah kosong itu. Karena rumah tetangganya semuanya sudah dihuni semua.
“Di dekat rumah kamu ada gak rumah panggung, satu-satunya rumah panggung?,” Kak Stevi mencoba menggiring memori Danisha ke masa lalu.
Seketika Danisha teringat. Ada rumah panggung di belakang rumahnya. Meskipun tak terlalu dekat, tapi dia sering lewat situ. Apalagi saat pulang kursus, dia sering pulang saat Magrib.
“Ada kak, di belakang rumahku, cuma beda RT aja. Jadi itu rumahnya ya kak?,” pertanyaan Danisha langsung dijawab Kak Stevi dengan anggukan kepalanya.
“Tapi kamu beruntung saat itu. Genderuwo itu hanya sebentar bisa melekat di tubuh kamu. Saat kamu masuk SMA, kakak dan Aira berusaha mengusir Genderuwo itu dari tubuhmu, meskipun tidak maksimal,”
Saat Danisha kembali mau melontarkan pertanyaan lainnya, Kak Stevi langsung melanjutkan ceritanya. Kak Stevi juga bercerita tentang Abah Arif dan Widi, mantan kekasih Danisha.
Abah Arif ternyata merupakan anak tertua dukun tersebut. Karena setelah Aira dan Kak Stevi berusaha membuat pagar pelindung di tubuh Danisha, Abah Arif mencari cara agar Genderuwo itu tetap mengikuti Danisha.
“Saat kami berusaha mengusirnya, Genderuwo itu kembali lagi ke dukun itu dan menyetubuhi istri dukun itu. Makanya dukun itu berang dan mencari cara lagi untuk mengusir Genderuwo itu. Dia lalu mengutus Abah Arif untuk mendekati kamu,”
“Melalui Widi?,” tanya Aira. Kak Stevi kembali mengangguk.
Danisha semakin pusing. Bagaimana semuanya bisa berkaitan. Majikan pesugihan, Genderuwo, Abah Arif dan Widi.
Widi awalnya anak baik-baik. Dia memang masih ada hubungan saudara dengan Abah Arif, namun hubungan jauh. Karena keluarga Widi ini sering dibantu Abah Arif, jadi Widi dipaksa untuk membalas jasa keluarga Abah Arif dengan mendekatimu.
“Sebenarnya Widi itu anak baik. Tapi dia terpaksa menuruti kemauan Abah Arif. Saya tidak mau suudzon, tapi Abah Arif juga yang membantu keluarga Widi terlepas dari jeratan hutang, bangkit dan kaya raya. Widi juga tidak mau kehilangan itu semua, jika menolak perintah Abah Arif,”
Air mata Danisha tak terbendung lagi. Dia langsung memeluk Aira yang ada di sampingnya. Tetesan air matanya begitu deras, sampai membasahi baju Aira.
Kak Stevi menghentikan ceritanya. Tatapan iba terlihat jelas di raut wajah Kak Stevi saat melihat Danisha. Aira pun berusaha menenangkan Danisha. Di satu sisi, Aira merasa bersalah, kenapa dia tidak bisa sekuat tenaga membantu sahabatnya ini terlepas dari jeratan Widi.
“Inilah kenyataannya Danisha, kamu harus kuat menerima kenyataannya,” ucap Kak Stevi.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
malest
baguss
2023-07-25
1
malest
bagus
2023-07-25
1