Danisha dan Aira akhirnya di bercerita di kamar Danisha hingga larut malam. Hal-hal lucu mereka bahas. Tentang kelakuan konyol mereka saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), cinta pertama Danisha yang akhirnya kandas ditikung sahabat sendiri, sampai kisah pilu broken home Aira.
Aira menangkap sorot mata Danisha yang seakan memendam segala cerita. Gelak tawa Danisha pun seakan tertahan keluar. Aira ingin sekali memancing apa yang membebani Danisha.
Namun sejak dulu, Aira tidak suka mengorek-ngorek informasi apapun , meskipun hubungan mereka sudah dekat. Kecuali jika Danisha atau teman-temannya bercerita terlebih dahulu.
Danisha akhirnya mulai bercerita tentang apa yang membebaninya. Dia mulai membeberkan satu persatu kegundahannya. Meskipun awalnya dia ragu, karena dia takut Aira sama seperti Maura dan Yusha, yang menolak mendengarkan cerita mistisnya.
“’Aku masih bingung mau cerita ke siapa, cuma aku tidak ada tempat lagi untuk berbagi. Mungkin kamu akan menolak mendengar ceritaku. Tapi pliss Aira, mohon jadi pendengarku saja, walau pun kamu enggan untuk meresponnya,” Danisha berharap penuh.
Aira hanya mengangguk dan tersenyum. Semua cerita tentang teror Genderuwo pun akhirnya tertumpah seiring dengan tetesan air mata Danisha.
Danisha bingung mau meresponnya seperti apa. Di satu sisi, dia tidak pernah melihat penampakan langsung Genderuwo itu. Namun di sisi lain, dia percaya jika sosok Genderuwo itu memang selalu mengikutinya.
Mata batin Danisha memang tidak terlalu tajam. Namun dia bisa melihat ada aura kegelapan di suatu tempat, atau selebat bayangan hitam dan putih di depan matanya. Aira yang sedari awal mendengarkan cerita Danisha, tiba-tiba angkat bicara.
Aira pun ingin memberitahu Danisha, tentang apa yang dirasakannya ketika dekat dengan Danisha.
“Sebelumnya, aku mau minta maaf ke kamu Danisha, karena selama ini aku selalu menyembunyikan apa yang aku rasakan,” Aira lalu memalingkan wajahnya.
“Maksud kamu apa, Aira?,” sekelumit pertanyaan langsung terbangun di benak Danisha.
“Aku sama seperti kamu. Bisa melihat hal-hal gaib. Namun mungkin, tuhan memberikan aku kelebihan dibandingkan kamu,”
Danisha pun langsung terkaget. Ternyata selama ini, dia tidak sendirian merasakan ketakutan akan hal-hal gaib.
“Dan cerita Genderuwo itu. Memang benar ada. Dan kamu sudah lama diikuti makhluk astral itu,”
“Apa... Kamu kenapa baru bilang sekarang Aira?,” Danisha terlihat kesal mendengar kejujuran Aira.
“Aku punya alasan lain, mengapa aku selama ini tidak cerita ke kamu,” alibi Aira semakin membuat Danisha penasaran.
Aira memang terlahir dari kelaurga yang mempunyai kemampuan lebih untuk melihat dunia lain. Namun hanya Aira yang punya tingkatan lebih tinggi dibandingkan saudaranya yang lain.
Dulunya, kakek Aira adalah pawang buaya gaib, yang pernah dipelihara turun temurun. Namun sepeninggalan kakeknya, tidak pernah ada lagi yang melihat penampakan buaya gaib itu.
Saat Aira kelas 2 SMP, dia bermimpi melihat buaya gaib itu. Dalam mimpinya buaya gaib datang bersama kakeknya, dan memberikan Aira sebuah batu berwarna biru. Kakeknya hanya berpesan, jika Aira terbangun di tidurnya, manfaatkan kemampuan yang sudah Tuhan berikan kepadanya sebaik mungkin.
Tak lama kemudian, Aira terbangun dengan keringat bercucuran. Nafasnya juga ngos-ngosan seperti berlari mengelilingi lapangan 10 putaran.
“Sejak saat itu, aku bisa melihat apa yang tidak orang lihat. Aku juga tidak menceritakan ke kedua orangtuaku, namun mereka sepertinya sudah tahu. Aku tidak tahu, darimana mereka tahu,”
Aira juga membahas tentang sosok Genderuwo yang selalu mengikuti Danisha. Dia pertama kali melihat sosok itu ketika pertama kali bertemu Danisha di hari pertama Masa Orientasi Siswa (MOS) SMA-nya.
Dia ingat betul. Saat Danisha datang telat di kegiatan MOS hari pertama dan dihukum berdiri di depan ratusan siswa baru. Di situlah Aira melihat sosok Genderuwo berdiri tepat di belakang Danisha.
Genderuwo itu langsung menatap tajam dengan marah ke arah Aira. Begitu juga sebaliknya, Aira pun tak takut dengan sangar sorotan mata merah bak api dari Genderuwo itu. Dengan bacaan ayat-ayat yang Aira hafal, Genderuwo itu tiba-tiba menghilang.
Sejak saat itu, Aira bertekat ingin dekat dengan Danisha, menjadikannya teman dan berusaha melindungi Danisha dari gangguan Genderuwo.
“Aku tidak mau membanggakan diri sendiri. Tapi setiap kita ketemu. Genderuwo itu menghilang. Namun ketika jauh jauh dari aku, Genderuwo itu kembali berada di belakang tubuh kamu,”
Äira pun masih bingung sampai sekarang. Kemampuan apa yang dimilikinya, sehingga Genderuwo itu takut jika dekat dengan Aira. Namun, tubuh Aira akan melemah, jika berinteraksi dengan Genderuwo itu. Karena makhluk astral itu mempunyai kekuatan lebih, dibandingkan jin-jin yang pernah dilihatnya.
Namun beberapa hari terakhir, Aira kembali melihat penampakan Genderuwo di belakang tubuh Danisha. Entah kenapa, sepertinya kekuatan Aira semakin melemah dan tidak membuat Genderuwo itu takut dengan dirinya.
“Dia mungkin saat ini semakin kuat. Aku tidak tahu kenapa. Tapi kemungkinan, karena kamu sudah tahu keberadaannya. Rasa takutmu itulah yang menjadi kekuatan dia untuk tetap bertahan mengikuti kamu,” ucap Aira.
Danisha hanya terdiam dan semakin ketakutan. Dia tidak bisa berkata apa-apa mendengar penjelasan Aira.
Aira juga menjelaskan mengapa selama ini dia menyembunyikan sosok Genderuwo itu. Selain bisa mengatasinya, Aira tidak ingin membuat Danisha takut, yang akan berdampak pada kekuatan Genderuwo itu.
“Tapi pada akhirnya kamu tahu sendiri dari orang lain. Ya, memang mungkin ini sudah waktunya kamu tahu, Danisha,”
“Jadi aku harus bagaimana Aira? Aku tidak bisa mengendalikan rasa takutku ini. Aku digelayuti perasaan cemas setiap kali aku menutup mataku saat tidur. Ada bayang-bayang Genderuwo itu di benakku,” lirih Danisha.
Aira sangat paham dengan reaksi Danisha. Menurutnya, sangat wajar Danisha menjadi cemas dan takut. Apalagi dia tidak punya siapa pun yang bisa membantunya, terlebih lagi ini sangat bersangkutan dengan hubungan sosial dengan lawan jenisnya.
Air mata Danisha semakin menjadi. Seperti hujan yang tak terbendung dengan isak tangis yang memecah keheningan malam.
Antara menyesal dan lega, itulah yang dirasakan Aira. Dia menyesal harus semakin membebani Danisha dengan kenyataan yang ada. Namun dia lega karena sudah memberitahu sahabatnya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
“Aku terus berusaha untuk membantu kamu. Namun, jika aku lagi menstruasi, semuanya hilang. Aku seperti manusia normal lainnya, dan itu juga bisa mengancamku. Semua yang aku lihat, bisa berbalik menggangguku tanpa aku ketahui,” ujar Aira.
Mereka lalu terdiam. Entah apa yang ada di pikiran Aira. Namun kegelisahan Danisha semakin menjadi. Ternyata benar apa yang disampaikan Ibu Suti dan Mba Rika. Genderuwo itu nyata dan tertarik dengan dirinya.
Namun, masih ada yang belum diceritakan ke Aira. Dia memilih kata-kata yang tepat, untuk menyampaikan ke Danisha, agar sahabatnya ini tidak semakin terpuruk.
Jam dinding berdetak kencang, menunjukkan pukul 05.00 WIB. Suara adzan Subuh pun berkumandang. Ada rasa lega di diri Aira, karena sudah memasuki waktu Subuh. Mereka pun bergegas ke kamar mandi mengambil wudhu dan salat berjamaah.
Lantunan doa di dalam hati, dipanjatkan Danisha dengan iringai air mata yang sangat mendalam di atas sajadah. Aira yang melirik Danisha pun merasa ada yang harus dia lakukan untuk membantu sahabatnya ini.
Sehabis salat, mereka akhirnya berbaring di atas kasur dan menumpahkan segala rasa di dalam pelupuk matanya, membawa ke dalam dunia mimpi hingga terlelap dengan segala rasa yang campur aduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
malest
baguss
2023-07-24
1
malest
bagus
2023-07-24
1
Aqila Salsabila
smngat3x
2022-01-31
2