Malam sebelum memejamkan mata, Danisha teringat pertemuannya dengan Widi. Sudah delapan tahun sejak lulus SMA, dia tak pernah lagi melihat sosok Widi. Danisha masih belum bisa melupakan wajah Widi, yang tak pernah berubah dari dulu hingga terakhir dia ketemu kemarin.
Wajahnya yang tirus, kulitnya yang yang cokelat, hidungnya yang mancung dan senyumnya yang pernah memikat hati Danisha.
Namun Danisha tidak akan pernah melupakan, bagaimana sakitnya ketika Widi berselingkuh dengan sahabat kecilnya Lula. Masa-masa suram itu pun sempat sulit dilewati Danisha. Hatinya merasa tercabik-cabik oleh kelakuan Widi dan Lula di belakangnya.
Danisha ingat betul, ketika dia berencana ingin membuat suprise party di rumah Widi, di malam Kamis.
Saat itu Widi sedang berulang tahun ke 17, dan Danisha mengajak Yusha, Maura dan Aira untuk memberikan kejutan ke Widi di rumah kekasihnya itu.
Danisha sudah berdandan cantik, membawa kado spesial dan kue ulang tahun, berharap bisa membuat Widi kaget dengan kehadirannya. Kebetulan juga, di pekan itu keluarga Widi sedang berlibur ke luar negeri, sehingga Danisha tidak sungkan untuk masuk ke rumah Widi.
Sesampai di depan rumah Widi, Danisha dan ketika temannya yang membawa kue dan kado, berjalan perlahan agar hentakan kaki mereka tidak terdengar Widi. Ketika akan mengetuk pintu, Danisha bingung mengapa pintu rumah Widi tidak terkunci.
“Guys, pintunya gak terkunci, kita langsung masuk aja yuk..,” ajak Danisha dengan sumringah di depan ketiga sahabatnya.
Ketiga sahabatnya pun langsung menganggukkan kepala. Mereka perlahan-lahan membuka pintu rumah Widi dan masuk satu persatu. Sampai di depan kamar Widi, Danisha pun langsung mengintip dari balik pintu kamar Widi yang sedikit ternganga.
Saat dia mengintip, betapa kagetnya dia ketika Widi sedang tidur pulas dibawah selimut, di samping wanita lain. Di tengah emosinya yang memuncak, Danisha berusaha memperhatikan siapa sosok wanita di samping Widi.
Danisha pun terkaget. Itu Lula. Teman kecilnya yang rumahnya tak jauh dari kediaman Danisha. Lula yang saat itu sudah terjaga, tiba-tiba kaget ketika Danisha dan ketiga temannya masuk ke kamar Widi.
Yusha, Maura dan Aira pun tak kalah kaget. Mereka kira, saat Danisha mengajak masuk ke dalam kamar Widi, suprise party mereka bakalan berhasil. Namun, prediksi mereka benar-benar berbeda.
“Wow.. hadiah terindah buat Widi ya kamu Lula. Good job, teman kecilku,” ucap Danisha dengan nada marah.
Widi pun terbangun dan langsung kaget ketika Danisha, Yusha, Maura dan Airi sudah berada di depannya.
“Danisha,” ujar Widi terbata-bata.
Kue ulang tahun yang ada di tangan Danisha, langsung dilemparnya ke arah tubuh Widi. Sontak saja, tubuh kekar Widi berlumur cream dan kue bolu yang berhamburan. Lula yang tanpa malu langsung keluar dari selimutnya dan berusaha untuk keluar dari kamar tersebut.
Namun usaha Lula sia-sia. Ketiga teman Danisha sudah mencegatnya terlebih dahulu. Sedangkan Danisha langsung mendekati Widi dan menonjok kuat wajah Widi sampai keluar darah dari hidung kekasihnya itu.
“Terima kasih, ini sudah jadi pembuktian. Benar kata teman-temanku, inilah akhirnya,” Danisha menunjuk jari telunjuknya ke wajah Widi.
Dengan amarah yang menggebu-gebu, Danisha memalingkan tubuhnya dari Widi dan mendekati Lula. Dia hanya menatap teman kecilnya itu dengan pandangan sinis. Karena, Danisha-lah yang mengenalkan Lula ke Widi.
Mereka akhirnya pergi dari rumah Widi. Tangis Danisha pun pecah di dalam mobil Aira. Teman-temannya tidak bisa berkata apa-apa selain mengelus punggung dan kepala Danisha.
*****
Mengingat itu, membuat Danisha tersenyum kecut. Dia sampai sekarang tidak habis pikir, mengapa Widi bisa setega itu merusak hubungan mereka. Meskipun baru duduk di bangku SMA, namun tindakan Widi sudah seperti orang dewasa saja.
“Widi.. Widi... Kamu dulu yang mengenalkanku dengan Abah Arif. Ikut kajian yang menyesatkan itu, kamu juga yang mengajak Lula ikut kajian itu. Dengan bodohnya aku percaya dengan kalian,” gumam Danisha seorang diri.
Ya, Danisha sangat ingat ketika Widi, yang juga seorang indigo, mengajak Danisha untuk ikut kajian Abah Arif. Widi yang sangat penasaran dengan dunia gaib, mengajak Danisha untuk bisa ikut bersamanya, mencari tahu bagaimana bisa berinteraksi langsung dengan makhluk gaib.
Seminggu sekali mereka mengikuti rutial berbalut kajian Islam, yang sejak awal dicurigai Danisha. Namun Danisha tidak ingin membuat Widi kecil hati dengan rasa curiganya akan kegiatan Abah Arif tersebut.
Bahkan, untuk mengikuti kajian itu, mereka berdua harus membayar uang masuk sebesar Rp 500.000. Di masa SMA, tentunya uang segitu sangatlah besar. Namun Widi berusaha meyakinkan Danisha, agar kekasihnya ini mau meminta uang ke orangtuanya untuk biaya masuk ini.
“Kamu bilang saja ke Papa Albi dan Mama Ajeng, kalau kamu butuh duit untuk bayar biaya tambahan untuk praktek di sekolah kejuruan. Kan emang kita mau ke sana,” bujuk Widi.
Danisha pun tak mampu menolaknya. Rayuan Widi seakan menghipnotis Danisha. Akhirnya dengan segenap keberanian, Danisha memberanikan diri meminta uang ke kedua orangtuanya.
Memasuki bulan ke tiga, Widi kembali membujuk Danisha untuk mengajak Lula ikut serta. Dengan alasan, agar jika terjadi apa-apa dengan Danisha, ada Lula yang bisa mengabarkan ke kedua orangtuanya.
Alasan ini juga langsung dipercaya Danisha dengan polosnya. Ternyata, ini juga yang dimanfaatkan Widi, untuk lebih dekat dengan Lula. Terlebih saat Danisha absen mengikuti kajian.
Salah satu ritual yang bertolak belakang dengan hati nurani Danisha adalah, ketika Abah Arif menyuruh seluruh murid-muridnya mandi kembang. Meskipun masih berpakaian lengkap, namun ritual ini menurut Danisha adalah ritual menyesatkan.
“Aku gak mau ah Widi. Gila aja udah tahun berapa ini, masih saja ada mandi kembang,” tolak Danisha. Widi sempat kesal dengan penolakan Danisha.
“Danisha sayang, ini salah satu ritual untuk membuka mata batin kita. Sia-sia kita ikut kajian berbulan-bulan dan bayar mahal. Kalau ritual puncaknya kita lewatkan,” alasan Widi ini semakin menyiutkan Danisha.
Mau tidak mau, Danisha terpaksa mengikuti ritual yang menurutnya konyol. Mandi kembang dilakukan secara bertahap, karena murid Abah Arif cukup banyak. Jadi mereka dibagi per 10 orang setiap ritualnya.
Widi dan Lula, mendapat giliran pertama. Sedangkan Danisha berada di giliran kedua. Danisha sempat menolak dan ingin gabung bersama rombongan kekasihnya.
Namun Abah Arif berang. Karena dia tidak ingin apa yang sudah ditetapkannya, dibantah oleh murid-muridnya.
Dengan berat hati, Danisha akhirnya menuruti perintah Abah Arif. Saat gilirannya, Danisha masuk ke satu ruangan bersama 9 orang murid Abah Arif lainnya. Ruangan tersebut serba hitam, ada 10 tong besar yang muat dengan setengah tubuh manusia.
“Kalian masuk ke dalam tong itu, lalu duduk bersila. Pejamkan mata kalian dan jangan mengucapkan satu kalimat pun, sampai saya beri instruksi selanjutnya,” perintah Abah Arif, yang langsung diiyakan oleh seluruh anak muridnya.
Danisha dan 9 murid lainnya masuk ke dalam tong itu. Hati Danisha berontak dengan perintah Abah Arif. Namun dia harus menuruti kehendak ketua kajian sesat itu. Agar tidak membuat malu Widi.
Karena, Widi adalah keponakan jauh dari Abah Arif. Secara tidak langsung, kehadiran Danisha yang membuat ulah, akan membuat Widi malu di hadapan keluarganya.
Langkah Danisha tertatih masuk ke dalam tong berbahan tanah liat itu. Danisha langsung duduk bersila dan memejamkan matanya, sesuai arahan Abah Arif. Namun, Danisha terus-terusan mengucap Basmallah dan ayat ayat pendek yang diingatnya.
Ritual pun dimulai. Meskipun tidak melihat secara langsung, namun Danisha tahu jika ritual mandi kembang dimulai dengan membakar kemenyan. Baunya pun sangat khas.
Komat-kamit Abah Arif juga terdengar jelas di telinga Danisha, meskipun dia tidak paham apa yang diucapkan Abah Arif tersebut. Dengan menggunakan pakaian serba hitam, penampilan Abah Arif saat itu persis seperti dukun-dukun di sinetron.
Tiba-tiba, Danisha merasa ada air yang mengguyur kepalanya hingga membasahi seluruh tubuhnya. Dia merasakan ada sesuatu yang menempel di wajahnya dan itu adalah kembang-kembang yang dicampur dengan air ritual.
“Ya Allah, aku mohon ampun atas semuanya. Aku tidak percaya akan hal ini. Mohon bantu hambamu ini,” doa Danisha di dalam hati, agar segera bisa terbebas dari ritual aneh ini.
Seusai memanjatkan doa, Danisha memberanikan diri membuka mata perlahan-lahan. Dia melihat dengan jelas, saat Abah Arif sedang mengguyur salah satu murid yang berada di urutan ketiga dari posisi tongnya.
Bukan ritual Abah Arif yang membuat Danisha kaget. Namun, sosok di belakang Abah Arif yang membuat Danisha ketakutan.
Ada tiga kurcaci kecil dengan telinga panjang, hanya berbalut celana putih dan bergigi taring panjang.
Ketakutan Danisha semakin memuncak, ketika salah satu makhluk kurcaci itu memergoki Danisha membuka mata. Kurcaci itu langsung terbang ke arah Danisha dan menunjukkan taring panjangnya dengan hawa nafas yang busuk.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
malest
baguss
2023-07-25
1
malest
bagus
2023-07-25
1