Danisha berusaha kuat, dia menghapus air matanya. Rasa penasarannya sepertinya mengalahkan luka di hatinya.
“Aku udah gakpapa kak, bisa tolong lanjutkan kak ceritanya,” pinta Danisha memelas.
Widi sengaja disekolahkan di tempat SMA yang sama dengan Danisha. Agar tidak lepas dari jangkauan Abah Arif. Terlebih Abah Arif begitu dendam dengan Genderuwo itu, karena membuat ayahnya tewas dicekiknya.
Salah satu yang cara agar Genderuwo itu bisa terus bersama Danisha, dengan perantara batu mustika itu.
“Ini sebenarnya batu mustika milik Genderuwo. Dengan kamu menyimpannya, Genderuwo itu dengan leluasa lebih mudah dekat dengan kamu. Bahkan bisa masuk ke raga kamu,” lanjut Kak Stevi.
Widi memang cerdik. Dia beralibi, batu mustika itu adalah batu cincin pemberian orangtuanya, yang harus Widi berikan untuk calon istrinya.
Saat Danisha mendengar perkataan itu, dia seakan terbang melayang. Nalar Danisha pun buntu, karena mereka baru satu bulan mereka menjalin hubungan asmara.
Ternyata, Genderuwo itu tidak sebatas meminta tumbal wanita saja, namun juga yang bisa ditidurinya. Jika hanya sekedar batu mustika itu, tidak akan membuat Genderuwo itu mampu untuk berbuat seksual dengan Danisha.
Abah Arif lalu menyuruh Widi untuk membujuk Danisha gabung dengan kajian aliran sesatnya. Ternyata, kajian Abah Arif itu juga manipulasi. Yang ikut kajian itu ternyata adalah anak buah Abah Arif, yang berpura-pura baru bergabung di kajiannya.
“Jadi semuanya itu akting. Sampai mandi kembang juga akting?,” Danisha kembali bertanya dengan emosi yang terus ditahannya.
Kak Stevi ragu untuk mengangguk. Karena ritual mandi kembang memang benar-benar dilakukan Abah Arif ke seluruh anak buahnya, termasuk Widi, Lula dan Danisha. Ritual ini untuk meningkatkan kemampuan anak buahnya, agar bisa lebih tajam melihat dunia lain.
Sedangkan untuk Danisha. Abah Arif membacakan jampi-jampi yang berbeda, dibandingkan anak buahnya yang lain.
“Jadi jampi-jampian untuk kamu itu, khusus untuk membuka aura kamu agar mudah dikendalikan oleh Genderuwo. Jadi sebelum disetubuhinya, kamu akan dibuat lupa dan berkhayal yang tidak-tidak,” sambung Kak Stevi.
Tapi Kak Stevi cukup kagum dengan keberanian Danisha, yang berani melanggar perintah Abah Arif untuk tidak membuka mata. Di situlah Kak Stevi dengan mudah masuk ke ruang ritual itu.
“Saat kamu masuk ke ruangan itu. Kakak tidak bisa menembusnya. Apalagi kamu menuruti semua perintah Abah Arif. Dia mengendalikan semuanya. Saat itu, rasa penasaran kamu menyelamatkanmu, Danisha,”
Kak Stevi yang punya ‘teman’ dari dunia lain, akhirnya membantu Danisha dengan cara melempar tubuh Abah Arif saat dia akan menampar Danisha.
Ternyata, yang menarik tangan Danisha saat dia dikepung oleh anak buah Abah Arif juga ‘teman’ Kak Stevi. Hingga akhirnya tubuh Danisha tiba-tiba sudah berada tepat di depan Widi.
Karena tidak ingin bertanggungjawab jika ada apa-apa dengan Danisha, Widi dan Lula terpaksa menggotong tubuh Danisha dan membawanya keluar gedung itu.
Abah Arif sempat melarang Widi. Namun Widi yang masih mempunyai hati nurani, memberanikan diri membangkang Abah Arif. Widi beralasan, jika terjadi apa-apa dengan Danisha, keluarga Danisha pasti mencari Widi. Dia akan membongkar semuanya, termasuk ritual Abah Arif ini.
Alasan itulah yang membuat Abah Arif tidak bisa berkutik. Dia akhirnya membiarkan Widi dan Lula membawa keluar Danisha.
“Makanya Widi dan Lula tiba-tiba bisa membawamu pulang dan mengalibikan kamu pingsan saat latihan karate,”
Aira dan Danisha lalu saling bertatap, dan mereka serentak menyebut nama ‘Lula’. Meskipun Danisha dikhianati oleh teman kecilnya itu, namun di masalah ini, Lula tidak punya salah apapun.
Kak Stevi tidak bisa menjawabnya. Karena dia lebih fokus ke Danisha. Sedangkan Lula berada di luar radar dia.
“Berdoa saja semoga Lula lebih cepat mengetahui apa yang dilakukan Widi terhadap kamu. Tapi aku rasa, Widi dan Lula memang membangun chemistry dari hati mereka secara tulus, meskipun mereka mengkhianati kamu,”
Pukul 03.00 WIB, Kak Stevi mengakhiri obrolan dengan Aira dan Danisha. Padahal Danisha masih ingin mendengar cerita lainnya.
Aira menjelaskan ke Danisha, jika ini sudah waktunya untuk Kak Stevi beristirahat. Karena tenaganya sudah terkuras seharian ini. Termasuk mencari tahu dimana keberadaan Abah Arif dan Widi.
Dengan berat hati, Danisha akhirnya menuruti keinginan Aira untuk beristirahat di kamar. Mereka berdua berjalan lunglai keluar dari kamar Kak Stevi. Sedangkan Kak Stevi masih duduk terdiam di posisinya.
Saat Aira membuka handle pintu, Kak Stevi kembali memanggil mereka. Sepertinya ada yang belum disampaikan Kak Stevi.
Aira dan Danisha menghentikan langkahnya ketika mendengar Kak Stevi memanggil Aira. Kak Stevi berdiri dari kursinya dan mendekati Aira dan Danisha.
“Danisha, ada satu hal yang harus kamu caritahu di rumahmu. Ada jimat yang ditanam di samping rumahmu. Aku belum bisa menembusnya. Tapi kamu coba tanya ke orangtuamu atau kakakmu ya,”
Mendengar itu, setengah nyawa Danisha mau lepas. Belum selesai masalah dia dengan Abah Arif, Widi dan Genderuwo itu. Ternyata ada juga pengaruh dari rumah.
Danisha hanya mengangguk lemas. Kak Stevi lalu membisikkan sesuatu ke Aira. Mereka akhirnya keluar dari kamar Kak Stevi.
*****
Di kamar tamu, Aira terus membujuk Danisha untuk segera istirahat. Sedangkan Danisha tidak bisa menghentikan air matanya yang terus mengalir.
“Yuk istirahat Danisha. Besok kita lanjutkan lagi. Kamu masih butuh tenaga, karena masih banyak yang akan dibahas oleh Kak Stevi ke kamu,” bujuk Aira agar Danisha mau menuruti kemauannya.
Tiba-tiba, Danisha ingat akan usia 25 tahun itu. Dia masih belum menemukan jawabannya. Akhirnya, Danisha membuat syarat khusus agar dia menuruti
keinginan Aira.
“Aku mau tidur. Tapi sebelumnya, kamu harus jawab pertanyaanku,”
“Oke apa itu?,” jawab Aira.
“Kenapa dengan usiaku 25 tahun, baru kalian mau menceritakan semuanya?,” tanya Danisha yang begitu penasaran sedari tadi.
Aira terpaksa harus menjelaskan semuanya, namun dengan kalimat yang sederhana dan singkat.
Dia menceritakan jika ada tingkatan dalam ilmu kebatinan yang mampu mengolah cerita-cerita mistis seperti ini. Terlebih dengan korban yang sedang dijerat makhluk halus.
“Kalau usia sudah lewat 25 tahun, berdasarkan kepercayaan keluarga kami. Jiwa orang-orang yang menjadi korban makhluk halus, sudah bisa menerima dengan tenang tentang cerita ini,”
Meskipun dia tahu, Danisha merasa shock mendengar cerita ini. Tapi tidak akan mempengaruhi psikisnya, karena di usia 25 ke atas, jiwa Danisha sudah kuat. Sedangkan di bawah usia 25 tahun, jiwa Danisha akan lebih terguncang.
Jika itu terjadi, makhluk halus yang mengikuti Danisha akan lebih mudah mengendalikan Danisha dengan membabi-buta.
“Apalagi kamu bisa melihat hal-hal gaib, itu bisa berbahaya. Kita seperti memegang dua mata pisau, yang sama-sama tajam. Bagaimana caranya kita meminimalisir agar tidak terluka lebih dalam, meskipun sekarang tetap terluka,” kata Aira.
Danisha pun hanya terdiam. Otaknya sudah tidak mampu lagi mencerna alasan Aira. Dia akhirnya memilih memejamkan matanya, membawa segunung kekecewaannya di dalam mimpi.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
malest
baguss
2023-07-25
1
malest
bagus
2023-07-25
1
Aqila Salsabila
wah2 kyk pengalaman
2022-01-31
2