“Aira, tadi aku ketemu lagi sama Widi di kantorku. Benar-benar kaget dibuatnya,” ucap Danisha memulai percakapan di teleponnya.
“Terus gimana reaksi kamu Danisha,” tanya Aira.
“Ya kagetlah. Apalagi kami ada diskusi 30 menit bersama dia dan Bu Rea. Untung saja aku bisa fokus memaparkan tulisanku,”
“Danisha, maaf nih, aku lagi ada tamu di rumah. Gak bisa lama-lama ngobrol sama kamu. Tapi aku cuma mengingatkan, jangan lupa tanyakan tentang jimat di rumahmu dan buka amplop dari Kak Stevi itu,” ucap Aira di penghujung teleponnya.
Danisha langsung teringat tentang pesan dari Kak Stevi, bersama amplop pemberian sepupu Aira yang masih tersimpan di dalam tasnya.
Dia bergegas membuka tasnya dan mengambil amplop cokelat itu. Danisha lalu membukanya. Di dalam amplop tersebut ada buku novel berjudul ‘Kecil di Tempat Besar’.
Danisha membuka lembaran pertama buku novel tersebut. Di halaman pertama, tertulis nama Stevi dan tanda tangannya. Danisha hanya tersenyum. Dia membaca prolog buku itu, yang bercerita tentang kisah wanita yang diterpa berbagai masalah namun bisa melewatinya dengan akhir yang indah.
Dia kembali membuka lembaran demi lembaran dan berhenti di tengah lembaran buku. Di dalam buku tersebut, Kak Stevi menyelipkan kertas putih. Danisha mengambilnya dan membuka lipatan kertas itu.
“Setiap kamu takut, bacalah Ayat Kursi dan An-nass. Tapi kamu harus menghapal sura Al-Jinn, suatu saat kamu akan membutuhkannya, Danisha,” kalimat ini tertulis di kertas tersebut.
Danisha masih bingung. Kenapa Kak Stevi tidak langsung mengutarakannya kepada Danisha.
Buku novel bersama kertas itu kembali dimasukkannya ke dalam amplop cokelat. Danisha meletakkannya di dalam laci bufet di samping kasurnya. Danisha teringat, dia harus menanyakan tentang jimat yang ditanam di rumahnya.
Dia berjalan ke luar kamar dan mendekati Mama Ajeng yang asyik menonton sinetron India di ruang tengah. Saat itu Papa Albi sedang ke luar kota bersama Kak Irsan dan anak istrinya.
“Mama, Danisha mau nanya nih,”
“Apa dek,” jawab Mama Ajeng yang terlihat masih fokus menonton sinetron kesukaannya.
“Ma, Danisha bermimpi, kalau ada jimat di dalam kendi yang ditanam di samping rumah. Benar gak itu ma,”
Mama Ajeng langsung menoleh ke arah Danisha, dengan kerutan kebingungan di wajahnya.
“Kamu tahu dari mana dek?,” tanya Mama Ajeng.
Danisha kaget. Ternyata benar yang disampaikan Kak Stevi tentang jimat itu. Antara mau marah dan penasaran, dia berusaha mengatur jawaban pertanyaan dari Mama Ajeng.
“Kan tadi Danisha bilang kalau mimpi. Berarti benar dong mimpi Danisha,” jawabnya.
Mama Ajeng lalu mengambil remote televisi dan menekan tombol off. Mama Ajeng langsung memeluk Danisha begitu erat. Danisha semakin bingung, ada apa dengan Mama Ajeng.
“Berarti kamu sudah harus tahu akan hal ini, Danisha. Mama akan ceritakan semuanya, tapi kamu jangan memotong cerita mama ya,”
Danisha pun mengangguk.
Mama Ajeng memulai bercerita semasa dia muda. Kakek Danisha yang berprofesi sebagai kontraktor di luar kota, selalu diganggu dengan kiriman santet dari saingannya.
Santet itu bertujuan untuk membuat tubuh Kakek Danisha ambruk, dengan beragam penyakit-penyakit aneh. Agar Kakek Danisha tidak bisa merampungkan proyeknya dan akan dialihkan ke saingan kakeknya.
Namun beruntung, Kakek Danisha mempunyai mata batin yang kuat dan rajin beribadah. Sehingga dia bisa mengatasi itu. Namun, tidak dengan anak-anaknya.
“Mama dan adik-adik mama berpotensi terkena santet itu. Kakek dan nenek berusaha melindungi kami. Tapi tetap tidak optimal. Sampai akhirnya kenalan kakek dari Pulau Jawa mampir ke rumah ini,”
Lalu, teman kakek menyarankan ke Kakek Danisha untuk memagari rumah dengan penangkal santet itu. Dan itulah jimat yang dimaksud di dalam mimpi Danisha.
Beberapa bulan kemudian, pesaing Kakek Danisha dikabarkan meninggal dunia di rumahnya. Dari penerawangan temannya Kakek Danisha, santet itu kembali ke pengirimnya.
“Mama tahu sebelum nenek meninggal dunia. Mama juga diamanahkan untuk mengambil dan membuang jimat itu. Tapi sampai sekarang mama dan papa tidak tahu, dimana jimat itu ditanam,” ucap Mama Ajeng.
“Ma, kalau Danisha ajak teman Danisha ke sini mencari jimat itu, boleh gak ma?,” Danisha langsung kepikiran Kak Stevi.
“Oh sangat boleh dek. Tapi kamu harus pastikan, temanmu itu memang punya kemampuan lebih untuk mengambil dan membuang jimat itu. Kalau tidak, akan berbalik arah ke temanmu,”
Danisha hanya mengangguk, namun dia juga tidak bisa menjamin Kak Stevi bisa melakukan itu. Dia harus berkonsultasi dulu dengan Aira, untuk meminta bantuan Kak Stevi.
*****
Seperti biasa, malam minggu adalah waktu Danisha, Aira, Maura dan Yusha berkumpul di Kafe Biru. Danisha dan Aira sudah sepakat, tidak akan membahas apapun yang dialami Danisha di depan kedua temannya itu.
Mereka bercerita tentang aktifitasnya selama seminggu terakhir. Tawa lepas keempat sahabat ini, mengakhiri malam minggu dengan manis.
Mereka juga senang karena Yusha diperbolehkan orangtuanya untuk melanjutkan kuliah S2 di luar negeri. Dia memilih Thailand.
Mendengar Thailand, membuat Maura semakin bersemangat untuk mewujudkan impiannya traveling ke negara itu.
“Danisha, Aira, malam ini sepertinya ada yang mau menginap di rumahku nih,” goda Yusha sambil melirik Maura.
Mereka kembali tertawa. Maura tampak senyum bahagia. Dia sudah menceritakan apa saja planning dia ketika berada di Thailand. Yusha juga mengajak Maura untuk tinggal di Thailand selama dia kuliah.
Ajakan itu tentunya disambut hangat oleh Maura. Apalagi, Maura juga fasih berbahasa Tagalog.
Yusha dan Maura pulang lebih dulu. Sedangkan Danisha dan Aira masih berada di tempatnya, bercerita tentang kegembiraannya karena cita-cita kedua sahabatnya bisa segera terwujud.
“Trus, kamu gimana Danisha, apa cita-citamu kedepan,” tanya Aira.
Danisha hanya tersenyum. Makna senyum Danisha itu langsung ditangkap oleh Aira. Dia tahu Danisha tidak punya
cita-cita yang berlebihan. Yang Aira tahu, Danisha ingin segera menyelesaikan teror Genderuwo itu.
“Jika aku sudah terbebas dari teror itu. Aku bisa berpikir jernih, mau kemana dan akan bagaimana nantinya, Aira,”ucap Danisha.
Aira pun demikian. Berharap sama seperti Danisha. Mereka akhirnya pulang bersama-sama. Danisha begitu berharap jika suatu saat, dia bisa kembali hidup normal, sama seperti teman-temannya.
Malam minggu itu, penuh dengan warna di hidup Danisha. Di satu sisi, dia begitu gembira melihat aura kebahagiaan terpancar di wajah Yusha dan Maura. Namun, dia juga terus dilanda ketakutan,akan hal-hal mistis yang masih menggelayuti hidupnya.
Di dalam kamarnya, pikiran Danisha masih menerawang jauh entah kemana. Tiba-tiba, dia teringat sosok Kak Stevi. Danisha pun beranjak dari kasurnya dan mengambil amplop cokelat di dalam laci buffetnya.
Sabtu malam dilewati Danisha dengan membaca novel pemberian Kak Stevi. Di atas kasurnya, dia membaca lembaran demi lembaran kisah novel itu, hingga Danisha tertidur.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
malest
bagus,
2023-07-26
1
malest
baguss
2023-07-26
1
malest
bagus
2023-07-25
1