Semua Untuk Cinta?

Semua Untuk Cinta?

AWAL

CINTA POV

Hai! Perkenalkan, namaku Cinta Aprilia Rahayu, aku adalah anak tunggal dari kedua orang tuaku.

Umurku baru menginjak usia 20 tahun. Aku kuliah di salah satu Universitas ternama di Jakarta dengan jalur beasiswa.

Hobby ku adalah olahraga, aku menyukai olahraga karena itu akan membuat tubuhku selalu sehat dan tetap terlihat proporsional tentunya.

Di kampus aku bukanlah mahasiswi yang menonjol selain karena keaktifan ku di kelas. Namun, walaupun aku bukanlah mahasiswi yang masuk dalam jajaran mahasiswi populer, aku memiliki wajah yang lumayan cantik, tinggi, dan berat badanku proporsional.

Kalau kalian ada yang tanya, apa olahraga favorit ku? Jawabannya adalah Bulutangkis. Kalian masih mau tau alasannya? Karena aku suka permainan sang Legend, Taufik Hidayat, terus sampai era nya Hendra - Ahsan, dan yang terbaru, Kevin - Marcus yang sering disebut "Minions", dan ditunggal putra ada siapa lagi kalau bukan karena ada Jonatan Christie.

Ada beberapa hal yang paling aku benci, yang pertama adalah pengkhianatan, yang kedua adalah cowok playboy yang sukanya tebar-tebar pesona kesana kemari, selanjutnya aku sangat membenci malam minggu, karena saat malam minggu akan banyak pasangan muda-mudi yang berkencan dengan pasangannya namun, itu tidak bisa aku lakukan. Mengingat kekasihku bekerja di salah satu perusahaan yang ya lumayan besar lah di kota Surabaya.

Apa aku belum mengatakannya pada kalian? Aku memiliki seorang kekasih bernama Dimas. Kami sudah berhubungan sejak aku masih SMA dan dia masih duduk di bangku kuliah. Kami sangat saling mencintai, ya walaupun kami berhubungan jarak jauh hubungan kami berjalan sangat baik. Dimas selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke Jakarta dan menemuiku.

Oh ya, di Jakarta, aku tinggal hanya berdua bersama mamaku. Jangan tanya dimana papaku berada karena aku sangat membenci laki-laki itu. Sebenarnya aku tidak ingin membahasnya tapi karena aku tau kalian pasti kepo kan, kenapa aku bisa membenci papaku sendiri? Oke, jawabannya karena dia sudah meninggalkan aku dan mamaku demi wanita lain.

Hal itu yang membuatku sempat sangat membenci laki-laki, dimataku mereka semua sama, pengkhianat. Sampai akhirnya aku bertemu dengan Dimas yang saat itu sangat keukeuh memperjuangkan hatiku. Jujur saja aku sempat meragukannya namun, dengan kegigihannya untuk mendapatkan cintaku akhirnya akupun mempercayakan hatiku seutuhnya untuk Dimas miliki. (Inget, hati bukan tubuh!).

♥️♥️♥️

ALFIN POV

Nama gue Alfin Zayn Artana, gue adalah seorang mahasiswa semester 5 di salah satu universitas ternama di Jakarta. Gak perlu gue jelasin tentang fisik gue ya, yang jelas gue itu tampan, tinggi, badan gue atletis, perut gue? Jangan ditanya, penuh kotak-kotaknya cuy, lengan gue juga kekar.

Gue adalah idola para cewek-cewek di kampus ini. Tapi jujur gak ada satupun cewek yang bikin gue tertarik. Ya, gue cuma manfaatin mereka demi kesenangan gue sendiri. Lo tau lah ya, seorang laki-laki normal pasti butuh yang namanya sentuhan. Gue gak munafik, gue emang pernah tidur sama beberapa diantara mereka tapi, gak ada satupun dari mereka yang masih segelan saat sama gue.

Jujur aja sebenernya gue dari kecil itu anak yang baik, gak pernah berani untuk nyentuh cewek. Tapi ada satu hal yang membuat gue berubah, itu karena mama. Mama udah ninggalin gue dan papa saat kita lagi susah. Mama lebih milih pergi bersama laki-laki brengsek yang sudah beristri cuma karena harta dari pada harus berjuang bersama dengan gue dan papa.

Hal itulah yang buat gue selalu memandang rendah cewek. Bahkan gue udah gak perjaka sebelum usia gue 17 tahun. Waktu itu gue pacaran sama anak SMA, ya bisa dibilang the most wanted nya tuh sekolah lah. Dan yang paling bikin gue makin gak percaya sama yang namanya perempuan, itu karena cewek gue ternyata juga udah gak segelan. Kebayang gak tuh? Gimana nyeseknya gue dipermainkan sama nyokap sendiri, dan sekarang sama pacar pertama.

Kedengerannya emang gue brengsek tapi itu karena gue sakit hati. Sejak saat itu gue memutuskan untuk gak akan pernah percaya sama yang namanya cinta dan perempuan lagi, karena keduanya menurut gue sama. Sama-sama nyakitin.

♥️♥️♥️

DIMAS POV

Hai! kenalin, gue Dimas Eka Pradipta. Gue pacarnya Cinta. Sekarang kita lagi menjalani sebuah hubungan jarak jauh, jujur aja ini berat buat gue karena gak ketemu Cinta sehari aja itu udah bikin gue sesak nafas, apa lagi ini gue tinggal jauh yang udah pasti sulit banget ketemunya.

Tapi gue sadar ini juga untuk masa depan gue dan juga Cinta. Kita menjalani hubungan ini cuma didasari saling percaya dan saling jujur aja sih. Tapi jujur aja banyak banget penggoda berkeliaran disekitar gue. Tapi mengingat perjuangan gue yang hampir 2 tahun nungguin Cinta mau terima cinta gue, gue selalu tutup mata kalau itu para penggoda udah memulai aksinya.

Gue berharap gue bisa bertahan ngatasi godaan-godaan ini sampai akhirnya gue bisa halalin Cinta. Karena gue emang beneran cinta sama dia. Dan gue juga percaya sama dia kalau dia gak akan khianatin gue.

#####

ALFIN POV

"Kenapa sih, Al? Muka lo kusut bener? Si Felly gak ngasih lo jatah?" Ucap Fery, salah satu sahabat ku.

"Temen baru dateng, pesenin minum dulu kek, eh malah bahas urusan begituan. Gesrek emang otak lo."

"Sorry, Al, selama gue kenal lo, yang bikin muka lo kusut begitu ya karena apa lagi coba kalau bukan karena urusan itu?" saut Fery sambil tertawa terbahak.

"Eh, Al... Al, itu bukannya si Felly? Dia kayaknya mau ke sini deh," Ucap Rio, yang melihat seorang gadis bernama Felly menuju ke tempat kita nongkrong. Felly adalah gadis yang sangat tergila-gila padaku, ralat mungkin lebih tepatnya tergila-gila sama permainan ranjangku.

"Haduh, ngapain sih tuh cewek ke sini? Bikin badmood gue aja."

"Al, gitu-gitu juga cewek lo. Dia udah sering muasin lo." Ucap Rio.

"Omongan lo perlu diralat. Sorry gue gak pernah punya cewek. Emang gue pernah nembak dia? Gak kan? Dia sendiri yang dateng ke gue. Dan gue laki-laki normal, gak mungkinlah gue nolak daging di depan mata. Lagian ya kalian perlu tau, cewek itu deketin kita itu ada maunya. Kalau bukan harta, ya karena wajah kita yang tampan. Di dunia ini tuh gak ada perempuan yang tulus, semuanya palsu."

"Terserah lo aja deh, Al. Percuma juga bahas masalah cewek ke lo." Ucap Fery.

"Hai, Sayang! Aku kangen deh sama kamu." Ucap Felly yang langsung duduk dipangkuanku dan bersikap manja kepadaku.

"Fel, please deh, gak usah gini. Ini tempat umum, dan gue risih." ucapku jujur.

"Sayang, ngapain sih dengerin orang? Yang penting kan kita, yang nikmatin." Ucap Felly dengan nada sensualnya.

"Udah deh, Fel, ini kampus. Jangan aneh-aneh."

"Kamu tuh ya, gemesin tau gak kalau udah dalam mode juteknya." Ucap Felly sambil menarik pelan pipiku.

"Nanti malam orang tuaku gak ada di rumah. Aku akan dengan senang hati kalau kamu mau nemenin aku karena art ku juga lagi cuti." Lanjutnya seraya beranjak dari duduknya.

"Iya, iya, terserah entar aja deh. Kalau gak sibuk, gue dateng."

"Harus datang, beib, karena aku ingin kepuasan darimu, sekaligus memuaskanmu." Bisiknya sambil mengecup lembut telingaku, membuat aliran darah ku mulai memanas.

"Oke deh. Gue dateng. Tapi awas, kalau lo gak bisa muasin gue, jangan harap gue bakal nurutin nafsu lo lagi." Ucapku dan Felly hanya mengedipkan matanya seraya pergi menjauh dari tempat kami.

"Anjay, giliran urusan begituan aja, lo nurut banget sama si Felly. Gila lo, Al. Jadi kasian gue sama si Felly, dia cinta mati sama lo, dan udah sering banget bikin lo puas, masih aja lo jutekin." Ucap Rio setelah Felly benar-benar pergi.

"Tau tuh, kurang apa coba si Felly? Cantik? Iya. Seksi? Jangan ditanya. Bodynya oke banget. Pinter? Ya, standard lah. Kaya? Gak perlu diragukan. Ditambah lagi, cuma dia yang mampu nyaingin lo dalam hal begituan, bro." sambung Fery.

"Lo mau tau kekurangan dia?" Aku bertanya yang hanya dijawab anggukan oleh Rio dan juga Fery.

"Satu, dia udah gak segel sebelum sama gue. Dua, dia cuma manfaatin kepopuleran gue buat naikin pamornya di kampus ini. Tiga, dia sama gue itu sama, sama-sama rusaknya. Gimana gue mau berubah coba kalau gue sama dia?"

"Nih, ya, gue tuh cari cewek yang segel, yang cuma gue satu-satunya orang yang pernah nyentuh dia, dan cuma nerima sentuhan gue, bukan dari cowok lain. Gue juga cari cewek yang beneran tulus, bukan cuma modus. Yang bisa ngerubah hidup gue, dan bukan dari kalangan mereka-mereka yang deketin gue cuma karena ada maunya."

"Alaah, alasan doang lo. Hari gini, lo masih cari cewek yang segelan? Gue berani bertaruh mobil sport gue, lo gak bakal dapet. Kalaupun ada, gak mungkinlah mau sama cowok brengsek kayak lo." Ucap Rio sambil tertawa dan memberiku tantangan.

"Sialan lo. Udah ah, capek gue, mau pulang dulu, biar entar malem gue bisa bikin Felly nyesel udah nyuruh gue nginep di rumahnya." Ucapku sambil tersenyum tipis.

"Sa ae lo tong." seru Fery, yang lalu diikuti tawa oleh kedua sahabatku itu.

BRUGH...

PYAARRRR...

"Bisa gak sih, jalan tuh sambil lihat-lihat?" Bentak seorang gadis yang ku tabrak saat aku hendak pergi dari kantin.

Aku menatapnya setelah dia membentakku, ku tatap tajam kedua mata indah yang untuk pertama kalinya membuatku merasakan keteduhan. Menyadari ada sesuatu yang aneh dalam diriku, aku langsung menepisnya. Aku tidak ingin terlena oleh arah pandangku saat ini.

"Sorry." Hanya kalimat itu yang terlontar dari mulutku, karena aku sadar, di sini akulah yang salah. Selain itu, aku juga tidak ingin membuat masalah ini menjadi panjang. Berurusan dengan seorang perempuan, sangatlah merepotkan.

"Lo pikir dengan kata, sorry, bisa buat minuman gue balik ke gelasnya dengan utuh, dan baju gue yang basah ini jadi kering? huh?" Ucapnya.

"Huft, cari perhatian? Gue ganti sepuluh kali lipat harga minuman lo, dan dua puluh kali lipat harga baju lo. Beres kan?" Balas ku.

"Lo pikir gue butuh uang lo? Gue tau lo anak orang kaya, dan gue juga tau lo cowok paling populer di kampus ini, tapi attitude lo itu bener-bener buruk. Dasar cowok brengsek."

Mendengar kalimat terakhirnya sungguh membuat emosiku memuncak, aku mendekat pada gadis itu, dan segera menarik dan mencengkram tangannya dengan kuat, dan dia mulai meronta, berusaha melepas cengkramanku.

"Gue udah bilang sorry, gue juga udah bersedia mengganti minuman lo dan baju lo yang kotor, terus apa mau lo sekarang? Coba katakan." Ucapku sambil menatap matanya tajam dengan penuh amarah.

"Oh ya, kurang, aku memiliki penawaran bagus buat lo. Gimana kalau sebagai tanda permintaan maaf gue, gue traktir lo minum sampai puas di club Dragonfly malam ini, dan gue juga akan muasin lo." Ucapku yang langsung membuatnya membulatkan matanya.

PLAK...

Satu tamparan dari gadis itu mendarat mulus di pipi kiriku. Jujur saja, ini pertama kalinya untukku, mendapat sebuah tamparan dari seorang gadis, yang bahkan tidak aku kenal.

Aku shock, aku hanya mematung sambil memegangi pipi kiriku yang ia tampar, rasa sakitnya masih membekas. Rasanya ingin sekali aku marah atas tamparan yang ia berikan. Namun entah mengapa menatap matanya, tubuh ini tiba-tiba rasanya kaku. Otakku menyuruhku untuk membalasnya saat itu juga, tapi hati dan tubuhku menolaknya dengan keras. Membuat ku benar-benar terdiam seperti batu.

"Jangan samain gue dengan ******-****** lo itu. Gue emang gak populer, gue juga bukan orang kaya, tapi gue bukan cewek murahan seperti yang ada dalam pikiran lo." Ucapnya lantang dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya dan langsung meninggalkan ku yang masih tetap mematung di tempat itu.

"Wow, bro, ini rekor baru. Seorang Alfin Zayn Artana ditampar di tempat umum dan lo hanya diam aja. Rekor tuh cewek." Suara Fery dan pukulannya di bahuku menyadarkanku dari lamunanku.

"Menarik. Mungkin aku akan membalasmu nanti." Batinku.

"Bro, lo gak papa?" Tanya Rio menanyakan keadaanku, karena aku masih terdiam.

"Oh, gak, gue gak papa. Tenang aja, gue pasti akan bales dia. Gue akan cari tau siapa dia." Jawabku dengan senyum smirk yang tersungging di bibir ku.

"Tapi tunggu deh, kayaknya gue pernah lihat dia. Tapi dimana?"

"Eh si ****, dia mahasiswi kampus ini juga, ya terang aja lo pernah lihat dia. Jangan bilang otak lo geser setelah ditampar dia ya Al?" seru Rio.

"Sialan lo." Ujar ku dan sambil menyikut agak keras perut Rio.

"Udah ah, pulang aja yuk, gue bener-bener capek." Aku mengajak kedua sahabatku untuk pulang dan mereka pun menyetujuinya.

Kami pulang bersama dengan mengendarai kendaraan masing-masing. Namun pulang yang dimaksud di sini adalah pulang ke rumahku. Ya aku mengajak mereka ke rumahku.

Dirumah aku hanya tinggal berdua dengan papa dan dua orang pembantu serta seorang supir yang selalu mengantar papa kemanapun dan seorang satpam. Dan dengan kehadiran dua orang gesrek ini, membuat rumahku tidak terasa sepi. Setidaknya papa juga akan senang jika rumah terlihat ramai.

♥️♥️♥️

Hai...hai...hai... Fielsya udah balik dengan karya baru ya...

Yuk bantu like, komen saran dan kritiknya. Mau berbagi poin dan koin untuk karya ini juga boleh lo.

terimakasih 🙏 🙏 🙏

Terpopuler

Comments

Isnay Jelita Subakir

Isnay Jelita Subakir

nyimak thor

2020-09-04

0

Re-Kun

Re-Kun

tandain dulu

2020-03-10

1

kiki rizki

kiki rizki

aku mampir thor

2020-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!