DIMAS POV
Aku merasa bersalah pada Cinta karena akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku dan sedikit mengabaikan dia. Tapi semua ini aku lakukan juga demi masa depan kami nantinya.
Seperti saat ini aku masih saja sibuk di depan laptop ku, saat seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku di kantor.
"Masuk," ucapku pada orang itu dan tanpa memperhatikan siapa orang itu, dia langsung saja memelukku.
"Karin," panggilku saat aku menyadari siapa yang memelukku hanya dari aroma parfumnya.
"Masih sibuk? Papa kenapa sih ngasih kerjaan kakak sebanyak ini?" tanya Karin yang begitu sebal melihat tumpukan berkas di hadapanku.
"Ya bagus dong, jadi itu artinya papa kamu percaya sama aku untuk ngerjain semua ini," jawabku.
"Mmm, kak, jalan yuk. Kan udah hampir makan siang," Ucap Karin.
"Oke deh, tapi bentar ya, aku telfon pacar aku dulu," balasku lembut seraya mengambil ponsel yang aku letakkan di saku celana.
"Ih kak, ngapain sih nelfon pacar mulu? Gak bosen apa? Udahlah lupain aja dulu pacarnya. Aku udah laper pengen makan," ucap manja Karin sambil bergelayut manja di lenganku dan duduk dipangkuanku.
"Rin, jangan gini. Ini kantor! Aku gak enak sama karyawan yg lain," ucapku agar Karin berhenti mengganggu ku.
"Kak, ini kantor papa aku. Mana ada sih yang berani protes?" bantahnya.
"Iya kamu. Aku yang gak enak. Udah ya, jangan gini, please!" seruku memelas agar Karin segera menjauh dariku.
"Gini aja, kamu tunggu di mobil, nanti aku nyusul. Aku akan turutin kemanapun kamu mau hari ini," lanjutku dan akhirnya Karin setuju.
Setelah Karin keluar dari ruanganku, aku langsung mengambil ponselku dan menelfon Cinta, namun beberapa kali aku coba menghubunginya, nomornya tetap saja tidak aktif, padahal tadi kami masih sempat berkomunikasi juga lewat telfon. Akupun berpikir positif. Mungkin dia sedang sibuk dengan tugas-tugasnya atau sedang membantu mamanya membuat kue.
Setelah aku selesai merapihkan beberapa berkas, aku langsung menyusul Karin ke mobilnya dan mengambil alih kemudi mobilnya.
"Kamu mau kemana sekarang?" tanyaku.
"Ke hotel xxx, kita makan siang di sana ya kak," jawabnya sambil memainkan ponselnya.
"Emang gak ada tempat lain apa selain hotel? Kita cari restoran biasa aja ya, gak usah ke hotel!" pintaku karena perasaanku tidak enak saat Karin mengajakku ke hotel.
Namun Karin tetap bersikukuh untuk makan di hotel itu karena kebetulan dia mengenal chef di hotel tersebut. Mau tidak mau aku menurutinya karena dia selalu mengancamku akan menelfon papanya yang tidak lain adalah pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Sesampainya di restoran hotel yang kami tuju, Karin langsung memesan makanan untuk kami. Aku pun hanya menuruti apa yang Karin inginkan karena aku betul-betul tidak ingin pekerjaan ku terancam.
Tak berapa lama makanan kamipun datang, kami berdua memakan makanan kami sambil diselingi obrolan-obrolan ringan, namun entah kenapa tiba-tiba saja kepala ku sangat pusing, tubuhku memanas seolah sedang menahan sesuatu, dan beberapa menit kemudian Karin membopongku entah kemana karena aku telah kehilangan kesadaranku.
Tiba-tiba saja aku terbangun sudah berada dalam ruangan yang bisa aku tebak itu adalah kamar hotel. Aku sangat shock saat melihat kondisi tubuhku saat itu dimana tidak ada sehelai benangpun di tubuhku, begitu juga dengan seorang gadis yang tertidur dalam pelukanku dengan tubuh polosnya serta beberapa kissmark di leher dan payudaranya.
Aku benar-benar shock saat itu, aku terus berusaha mengingat apa yang sudah aku lakukan. Sungguh aku benar-benar merasa bersalah pada Karin setelah mengingat rentetan perlakuanku pada Karin. Terlebih saat aku mencoba menghempaskan tubuhnya dari pelukanku dengan perlahan, terdapat bercak darah segar yang menempel disprei membuatku semakin frustasi. Aku tidak tau apa yang harus aku katakan pada Cinta. Aku tidak ingin kehilangan Cinta. Aku benar-benar mencintainya. Tapi sekarang aku justru merusak Karin. Tidak, ini sebuah kesalahan, aku akan membicarakan ini pada Karin nanti, sekarang yang terpenting aku ingin mendengar suara kekasihku, Cinta. Setidaknya aku bisa sedikit berpikir jernih setelah mendengar suaranya.
♥️♥️♥️
ALFIN POV
"Ayo turun," ucapku sambil membuka pintu mobil setelah kami sampai di apartemen pribadiku.
"Ini...?" tanya Cinta menggantung kalimatnya.
"Ini apartemen gue. Ayo cepet turun!" ucapku memerintah Cinta agar segera turun dari mobilku.
"Kita ke sini..?" tanyanya lagi dengan ragu sambil melangkahkan kakinya keluar dari mobil.
"Sesuai permintaan lo, gue bakal muasin lo malam ini," Ucap ku datar menjawab maksud pertanyaan Cinta yang menggantung.
Wajahnya sangat terkejut mendengar ucapanku. Jujur saja aku tidak ingin melakukan ini padanya, aku hanya ingin melindungi Cinta, tidak ada hasrat ataupun nafsu saat membawanya ke apartemenku. Akan tetapi, aku juga tidak memiliki pilihan lain aku juga tidak rela jika Cinta benar-benar nekad pergi ke club sendiri dan membiarkan tubuhnya dijamah laki-laki lain.
Sesampainya di depan pintu apartemen aku menekan password untuk membuka pintu apartemenku.
"Lo duduk aja dulu. Gue mau bersihin kamar dulu, takut banyak debunya," ucapku seraya beranjak ke kamar, cinta hanya diam memandangi setiap sudut apartemenku.
"Lo mau makan apa?" tanyaku setelah selesai membersihkan kamar dan menghampiri Cinta yang berada di sofa.
"Tapi di sini cuma ada mie instan dan telur aja, belum belanja soalnya," ucapku datar.
"Gak usah, gue gak laper," ucapnya sambil tertunduk.
dddrrrtttt...dddrrrtttt...dddrrrtttt...
"Al, hp lo. Ada panggilan masuk nih." ucapnya sambil menyodorkan ponselku yang memang ku letakkan di meja depan Cinta.
"Siapa?" Tanyaku, Cinta hanya mengerdikkan bahu tanda dia tidak tau.
"Halo? Siapa?" tanya ku pada seseorang di seberang telfon karena memang nomornya tidak di kenal.
"Ini om Iwan, Al." ucap on Iwan.
"Oh, ada apa ya om?" tanyaku.
"Cinta lagi sama kamu?" tanya om Iwan.
"Oh iya om, Cinta sama Alfin, om. Om, Alfin minta izin ya, Cinta malam ini nginap di apartemen Alfin. Karena mau Alfin antar pulang juga Cinta gak mau karena gak mau mamanya tau keadaannya saat ini." ucapku yang secara terang-terangan meminta izin pada om Iwan.
"Oke, Al. Om percaya sama kamu. Tolong kamu jaga Cinta ya. Nanti biar om yang bilang sama mamanya Cinta. Besok baru kamu antar Cinta pulang." Ucap om Alfin.
"Siap om. Terimakasih." ucapku.
"Sama-sama, Al." balas om Iwan dan mengakhiri panggilan telfonnya.
"Kok lo malah bilang sama om Iwan kalo gue di sini?" tanya Cinta.
"Terus gue harus bilang apa? Apa gue harus bilang lo minta ke club dan mau jadi jalang? Gitu?" sentakku.
♥️♥️♥️
"Ya gak gitu juga maksud gue. Kalo om Iwan mikir macem-macem dan bilang sama mama gimana?" tanya Cinta dengan raut wajah khawatirnya.
"Justru om Iwan juga nyuruh lo nginap di sini dulu malam ini. Besok baru gue antar lo pulang." jawabku.
"Al...."
"Gue gak akan berubah pikiran. Lo kan yang maksa gue jadiin lo jalang gue malam ini? Jadi, jangan pernah lo ngerubah pikiran lo. Gue udah mau jadiin lo cewek baik-baik, lo sendiri yang minta lebih." Ucap ku ketus sambil memberikan Cinta segelas air.
"Lo minum dulu. Tenang aja, gak gue campur apa-apa kok." ucapku lembut dan Cinta langsung meminum air yang aku berikan tanpa membantah.
"Berapa kali lo bawa cewek?" tanya Cinta.
"Gak pernah." jawabku singkat.
"Gue tau lo, Al! Gue juga tau lo sering tidur sama cewek-cewek yang deketin lo di kampus!" seru Cinta.
"Iya, emang." balasku.
"Terus tadi lo kenapa bilang gak pernah?" tanya Cinta polos.
"Gue gak pernah bawa cewek manapun ke apartemen gue kecuali lo. Lo yang pertama yang gue bawa masuk ke dalam zona keluarga gue." jawabku jujur.
"Iya, gue emang sering tidur sama mereka, tapi gue gak pernah bawa mereka ke sini ataupun ke rumah. Ya paling juga ke hotel atau ke tempat mereka." lanjutku.
"Lo gak takut kalau sampek kena penyakit menular?" tanya Cinta.
"Gue selalu main aman, gue pake pengaman. Tapi, kalo lo mau jadi jalang gue, gue gak mau pake itu." jawabku sambil mendekati Cinta dan merengkuh pinggang rampingnya.
"Lepas, Al!" ucapnya sambil berusaha melepas pelukanku.
"Bukannya lo yang mau?" bisikku, kemudian Cinta terdiam seolah dia menerima perlakuanku namun dengan keterpaksaan.
"Huft, lo tidur aja deh di kamar. Udah gue beresin kamarnya. Gue tidur di sini aja. Tenang aja, gue gak bakal ngapa-ngapain lo." ucapku pada Cinta yang wajahnya kini sudah sangat tegang sambil melepas pelukanku padanya.
"Al, gu-..."
"Sorry, gue gak bisa. Lo tidur gih di kamar." ucapku memotong perkataan Cinta dan sambil menjauh dari Cinta. Karena saat ini aku sedang mengontrol sesuat agar aku tidak menghancurkan masa depan gadis yang ada dihadapan ku ini.
Mungkin jika saja dia bukan Cinta, saat ini sudah aku pastikan dia akan ku ajak bergelut di atas ranjang. Namun entah apa yang menguasai pikiran dan hatiku saat ini sehingga aku bisa mengontrol semuanya dihadapan Cinta.
Cup...
Satu kecupan Cinta berikan di bibir ku, membuat aku sedikit terkejut dibuatnya.
"Terimakasih karena lo udah nahan hasrat lo. Gue tau lo sekarang sedang menahan sesuatu supaya lo gak ngerusak gue. Terimakasih karena lo juga udah mau jagain gue. Kalo tadi lo biarin gue pergi sendiri, mungkin sekarang gue udah ada di bawah laki-laki lain yang siap kapan aja ngerusak gue. Itu ciuman pertama gue, gue ikhlas ngasih buat lo atas apa yang udah lakuin buat gue hari ini." ucapnya lembut sambil tersenyum manis padaku dan kemudian langsung berlari menuju kamar dengan wajah yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
♥️♥️♥️
CINTA POV
"Bego, bego, bego! Ngapain gue cium dia? Ah, udah kayak jalang beneran aja gue main nyosor-nyosor aja." Gumamku sambil berlari masuk ke dalam kamar.
Untuk pertama kalinya aku mencium seorang laki-laki yang bahkan dia bukan kekasihku. Aku selalu menolak jika kak Dimas memintanya tapi, hari ini aku justru mencium laki-laki yang paling aku benci di kampus.
Tapi aku tidak menyangkal, hari ini untuk pertama kalinya dia membuatku merasa aman dan nyaman. Dia melindungiku, dia juga menjagaku dari keputusan konyol ku. Hari ini dia berubah menjadi sosok malaikat untuk ku setelah sebelumnya dia seperti monster di mataku. Hari ini aku dapat melihat sisi lain dari seorang Alfin. Andai saja aku tidak memiliki kak Dimas sebagai kekasihku, mungkin aku akan terpikat oleh pesonanya hari ini.
Mengingat kak Dimas, jujur saja perasaanku tidak enak. Entah ada apa tapi aku merasa terjadi sesuatu yang tidak baik pada kak Dimas.
dddrrrtttt...dddrrrtttt...dddrrrtttt...
Aku mengambil ponselku dan melihat siapa yang menelfonku. Aku tidak membuang waktu untuk segera mengangkat telfon setelah nama "My Love" yang tertera di layar ponselku.
"Halo, kak, tumben nelfon jam segini?" tanyaku.
"Gak papa, lagi kangen. Kamu udah tidur?" jawab kak Dimas.
"Belum. Ini baru mau tidur. Kak Dimas kenapa? Ada masalah? Kok suaranya lesu?" tanyaku.
"Mmm, Cinta, kam-...."
"Kak."
Deg...
Sebelum kak Dimas menyelesaikan kalimatnya, aku mendengar suara seorang perempuan. Tiba-tiba saja perasaanku mulai kacau.
"Itu siapa kak?" tanyaku.
"Itu, suara Karin. Dia anak bos aku. Aku mau nganterin Karin pulang dulu ya, sayang. Kamu baik-baik, dan aku minta maaf." ucapnya dengan terbata dan langsung memutus sambungan telfon kami.
Jujur saja hatiku ragu, hampir tengah malam begini kak Dimas bersama dengan seorang gadis? Terlebih suaranya sangat manja. Bolehkah aku mencurigainya? Tapi bagaimana denganku yang saat ini juga tengah bersama laki-laki lain dalam satu apartemen. Walaupun kami tidak melakukan apapun, tapi tadi aku menciumnya.
Sumpah demi apapun ini benar-benar membuat tidurku tak nyenyak. Berulang kali mencoba memejamkan mata tetapi suara wanita itu selalu terngiang ditelingaku, itu sungguh sangat mengangguku.
Aku mencoba menghubungi kak Dimas namun nomor kak Dimas tidak bisa dihubungi. Perasaan curiga itu seketika menyeruak, namun tak ada yang bisa aku lakukan saat ini mengingat jarak diantara kami cukup jauh, aku hanya bisa berusaha tetap mempercayainya.
Pagipun menjelang namun aku sama sekali belum bisa memejamkan mataku. Sampai akhirnya Alfin mengetuk kamar untuk mengajakku sarapan.
"Lo yang masak semua ini Al?" tanyaku saat aku dan Alfin sudah berada di meja makan dan melihat begitu banyak makanan tertata rapi di sana.
"Bukan, tadi gue telfon orang rumah buat nganterin sarapan ke sini." jawabnya dengan nada dingin.
"Apa dia marah karena aku menciumnya semalam?" batinku.
"Al, untuk yang semalem, sorry gue gak ada maksud buat cium lo." ucapku lirih namun tetap terdengar oleh Alfin.
"Lo tenang aja, gue udah lupain kok." Ucap Alfin sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Bentar lagi kita ke rumah papa, baru gue antar lo pulang." lanjutnya tanpa menatapku.
"Ke rumah lo maksudnya? Ngapain?" tanyaku.
"Lo bukannya minta kerjaan ke papa!" serunya dan aku hanya mengangguk.
Kami pun melanjutkan sarapan kami tanpa ada percakapan lagi. Kemudian kami bergegas ke rumah Alfin untuk menemui om Danu untuk memastikan pekerjaan yang akan kudapatkan setelah kami membereskan meja makan dan mencuci bekas piring yang kami gunakan tadi.
♥️♥️♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
MyRosse🥀
yaah..dimas ny udah g setia?
skrg gmn kputusanya sama kisah mereka?
jujur berarti kehikangn, tp klo terus di simpn, akan sanggup bertahan brp lana?
2020-02-28
0
Devi Devi
jangan smpek deh kak cwek baik2 sprti dia bner2 mau di rusak sma alfin..
2020-01-30
0
vikacu
semngat thor.... awal biasanya menyakitkan.
semoga cpat up yaa...😉
2020-01-09
2