Teringat Masa Lalu

"Loh, udah rame aja nih." Seru papa saat baru saja masuk ke rumah dan mendapati Rio dan Fery sedang bergurau.

"Eh om? Baru dateng om?" Tanya Fery basa-basi.

"Iya, kalian udah lama di sini? Alfin mana?"

"Kita gak lama-lama banget kok om di sini. Alfin lagi mandi."

"Oh gitu ya udah kalian nikmati dulu ya minuman dan camilannya. Om juga mau ke kamar dulu. Nanti kita makan malem bareng di sini."

"Wah om, kita jadi gak enak nih, sering dikasih makan gratis sama om. Jadi pengen tinggal di sini aja biar dapet gratisan tiap hari. Hehehe." Ucap Fery cengengesan.

"Lo mah emang maunya begitu. Gratisan mulu pikirannya." cela Rio.

"Sirik aja lo." dengus Fery.

"Sudah, sudah, kalau kalian mau ya gak papa tinggal aja di sini, om juga senang rumah jadi rame."

"Gak perlu pa, kalau mereka tinggal di sini, bukannya rame lagi, rusuh iya." sahutku dari arah tangga.

"Alfin, kebetulan. Ada yang mau papa bicarakan sama kamu. Tapi papa ganti baju dulu ya, gerah."

"Oke, pa."

♥️♥️♥️

CINTA POV

"Mama." Ucapku yang baru saja tiba di rumah dan langsung memeluk mama.

"Anak mama baru pulang?"

"Iya, ma. Mama istirahat aja ya, biar Cinta yang gantiin beresin ini semua. Mama pasti capek kan?" Ucapku saat melihat kondisi dapur yang berantakan. Ya dapur rumahku memang akan selalu berantakan setiap harinya karena mamaku adalah penjual kue. Mama melakukan itu demi melanjutkan kehidupan kami.

Jujur sedih rasanya jika mengingat masa lalu dimana aku dan mama hidup berkecukupan sebelum akhirnya wanita jalang itu hadir di tengah-tengah kami.

Semenjak mama dan papa berpisah, mama memilih tinggal di sebuah rumah berukuran kecil yang hanya cukup ditinggali tidak lebih dari empat orang itu. Sebenarnya papa telah memberikan kami fasilitas yang lengkap serta uang bulanan yang sangat cukup untukku dan mama sebagai bentuk tanggung jawab terhadapku sebagai seorang ayah. Bukankah itu masih wajar? Mama dan papa memang boleh saja berpisah dan tak memiliki hubungan apapun lagi, mereka hanya terikat karena keberadaanku.

Saat mereka berpisah, papa sudah mengatakan bahwa papa akan tetap memegang tanggung jawabnya terhadapku. Walaupun sejujurnya saat itu aku lebih menginginkan jika papa dan mama tetap bersama, tapi melihat mama yang hampir setiap hari menangis membuatku harus mengikhlaskan kehilangan papa dalam pandanganku namun tidak dari hatiku. Akan tetapi istri barunya yang tidak menyukai hal itu dan melakukan segala cara hingga akhirnya papa mencabut semua fasilitas itu.

Satu bulan setelah perceraian mama dan papa, wanita itu sukses membuat papa menjadi monster yang mengerikan dimataku. Papa menjadi sangat arogan dan emosional. Bahkan papa tidak lagi memperdulikan ku dan mama, hingga akhirnya wanita itu mengusir aku dan mama dari rumah yang papa berikan untuk ku dengan alasan rumah itu adalah milik perusahaan papa dan akan dijual untuk penambahan modal pembukaan cabang perusahaan yang baru.

Mama yang waktu itu tidak ingin berdebat dengan wanita itu, memilih untuk meninggalkan rumah tanpa mengabari papa, memblokir semua akses papa untuk menemuiku dan akhirnya mama menempati rumah kecil ini, rumah yang mama beli dari sisa tabungannya saat masih bersama papa dulu. Sejujurnya aku sangat sakit dengan keadaan seperti itu. Sosok ku yang waktu itu masih berusia tiga tahunan masih sangat membutuhkan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuaku. Tapi papa, dengan egoisnya dia mengorbankan perasaan ku hanya demi kesenangannya.

Dan demi menyambung hidup, mama menggunakan keahliannya membuat kue dan menjualnya dengan sistem titipan. Saat itu kami benar-benar berada di titik terendah, sehingga membuatku sadar bahwa semua ini gara-gara papa, dan sejak saat itu aku membenci papa. Papa yang sudah meninggalkan kami dan membuat hidup kami susah, bahkan mama pernah tidak memiliki uang sama sekali dan harus meminta belas kasih dari tetangga agar mereka mau memberikan mama sedikit makanan untuk bisa aku makan. Beruntungnya ada mbak Anita, tetangga sebelah rumah kami yang sangat baik dan selalu menolong kami disaat kami membutuhkan pertolongan orang lain.

"Gak papa, sayang. Mama gak begitu capek hari ini. Kebetulan mbak Anita baru resign dari kantornya. Jadi dia tadi ke sini bantuin mama dan ngasih mama tawaran kerja sama."

"Kerja sama?"

"Iya, jadi mbak Anita punya rencana mau buka toko kue, dan karena kue buatan mama ini enak-enak, jadi mbak Anita mau ngajak kerja sama, dia yang siapin modal dan mama yang bikin kuenya."

"Mbak Anita baik ya ma! Suami dan anak-anak nya juga baik. Besok Cinta akan menemui mbak Anita dan berterimakasih sama mbak Anita."

"Anak baik. Ya udah, kamu mandi, ganti baju, terus makan, gih."

"Cinta udah makan tadi di luar diajak Salsa mampir ke resto dekat komplek sebelah ma."

"Loh kamu sama Salsa? Kok gak kamu ajak mampir? Mama kangen sama dia."

"Iya ma, tadi udah Cinta ajak mampir tapi dia buru-buru karena maminya mau berangkat ke KL. Biasa, nemenin papinya perjalanan bisnis. Dan katanya besok mau nginap di sini. Boleh kan, ma?"

"Boleh dong sayang. Salsa sudah mama anggap seperti anak mama sendiri."

"Ya udah kalau gitu Cinta mandi dulu ya ma!" Ucapku sambil mencium pipi mama dan berlalu ke kamarku untuk membersihkan diri.

Selesainya mandi aku segera bergegas untuk membantu mama mengecek bahan-bahan kue yang sudah mau habis dan membelinya ke toko bahan kue terdekat.

"Ma, ini yang mau habis butter cream, margarin, so-..."

For your information aja nih ya buat kalian, karena hampir setiap hari aku membantu mama membuat kue kalau sedang senggang, jadi sedikit banyaknya aku tau dan paham bahan-bahan kue yang biasa mama pakai.

"Iya sudah kamu tolong belikan apa aja yang kurang ya nak. Oh iya Cinta, tadi om Iwan telfon, lusa dia mau ke Jakarta. Jadi dia minta tolong sama kamu untuk jemput dia di bandara. Udah kangen sama kamu katanya."

Mendengar nama om Iwan hatiku sedikit pilu. Om Iwan adalah adik dari papa ku sekaligus satu-satunya keluarga papa yang masih menganggap ku dan mama ada. Karena entah apa yang wanita jalang itu katakan pada papa dan keluarga papa yang lain termasuk kakek dan nenek, hingga membuat mereka membenci mama dan tak mau tau lagi tentang kami. Namun om Iwan tetap memperhatikan kami, dia selalu memperhatikan kebutuhanku. Om Iwan memang sangat baik, sikap dan wataknya sangat berbeda dari keluarga papa yang lain bahkan dengan papaku yang notabene adalah kakaknya.

Saat aku dan mama pergi dari rumah pemberian papa, hanya om Iwan lah yang mencari kami hingga akhirnya saat aku menginjak bangku SMA, om Iwan dapat menemukan keberadaan kami. Cukup lama memang waktu yang om iwan butuhkan untuk menemukan keberadaan kami karena mama betul-betul menutup akses agar tak ada satupun keluarga papa dapat menemukan kami dan menyakiti kami lagi. Aku paham dan tak protes akan sikap mama yang seperti itu karena aku tau mama benar-benar sakit hati atas perlakuan papa dan wanita jalangnya itu, akupun juga merasakan hal yang sama seperti yang mama rasakan, kehilangan sosok papa dalam hidupku benar-benar itu sangat menyakitkan.

"Kamu kenapa? Kok sedih?" Tanya mama yang melihat raut wajahku berubah.

"Gak papa ma."

"Kamu gak mau ketemu sama om Iwan?" Pertanyaan mama itu hanya aku jawab dengan gelengan kepala.

"Cinta cuma keinget papa, ma. Papa benar-benar melupakan kita. Dia sudah lupa pernah memilikiku sebagai anaknya. Kakek dan nenek juga. Mereka tidak pernah sekalipun mencari dan menemui kita." Lirihku dengan mata berkaca-kaca mengingat sikap papa terhadapku dan juga mama.

"Hei! Ngapain nangis? Bukannya kamu yang selalu bilang kalau kita akan baik-baik saja walaupun tanpa mereka? Sekarang kamu lihat keadaan kita! Bukankah lebih baik dari tujuh belas tahun yang lalu? Maafkan mama yang telah memisahkanmu dari papamu. Mama hanya tidak ingin kamu terlalu terluka. Maaf juga sempat menutup akses keluarga papamu agar tidak dapat menemukan kita." Ucap mama lembut seraya memelukku memberiku ketenangan.

"Mama gak salah. Maafin Cinta, ma. Bukan maksud Cinta mengungkit masa lalu. Cinta bersyukur kehidupan kita saat ini jauh lebih baik. Dan ya benar kata mama, kita baik-baik saja tanpa mereka. Dan kita tidak membutuhkan mereka." Ucapku merasa bersalah pada mama.

"Yaudah, Cinta beli bahan-bahan kuenya dulu ya ma sebelum kemaleman." Lanjutku.

♥️♥️♥️

ALFIN POV

Setelah lama aku bergurau dengan dua sahabat tengilku ini, bi Surti memamggil kami untuk makan malam. Akupun menghampiri papa ke meja kerjanya untuk mengajaknya makan malam bersama.

"Alfin, kita bisa bicara sebentar?" Tanya papa setelah aku mengajaknya turun namun papa menghentikanku saat hendak keluar dari ruangan kerjanya.

"Boleh, ada apa pa?"

"Semenjak mama mu memilih pergi bersama bosnya itu, papa perhatikan kamu tidak pernah lagi melihatmu dekat dengan teman perempuan?"

Aku tersentak dengan pertanyaan papa. Sejujurnya aku bukan tidak pernah dekat dengan perempuan, tapi aku hanya tidak pernah bermain perasaan dengan mereka. Entah kenapa, kepergian mama waktu itu benar-benar membuatku kecewa.

Saat itu usaha papa ku sempat bangkrut, dan mama yang waktu itu memang pernah bekerja sebagai sekretaris papa memutuskan untuk bekerja di salah satu perusahaan besar pesaing perusahaan papa. Di perusahaan itu mama diterima kerja sebagai sekretaris pemilik perusahaan itu karena mungkin kemampuan mama dibidangnya cukup baik.

Semuanya masih berjalan normal, hingga satu tahun setelah itu, papa mulai bangkit dengan support dari beberapa rekan bisnis dan juga nenek yang menjual beberapa aset peninggalan kakek agar papa bisa mulai mendirikan usahanya lagi. Cukup memakan waktu memang karena menarik hati investor tidaklah mudah terlebih karena kondisi perusahaan papa yang sempat bangkrut. Namun papa tidak menyerah demi tetap bisa menghidupi aku dan mama, papa rela bekerja keras hingga jarang tidur agar perusahaannya bisa kembali seperti dulu.

Namun jujur, saat itu aku merasa sedih karena mama justru mulai tidak memperhatikan aku dan papa lagi. Hampir setiap malam aku mendengar mama dan papa bertengkar. Aku takut, aku frustasi. Sampai akhirnya suatu hari papa pergi ke sebuah hotel karena ada pertemuan bisnis dengan calon investor baru dari Jepang. Namun sesampainya di hotel, papa melihat mama sedang bermesraan dengan bosnya di depan salah satu kamar, dan kemudian mereka berdua masuk ke kamar itu. Hari itu juga papa membatalkan pertemuannya dengan calon investor asing secara sepihak dan pergi meninggalkan hotel itu.

Papa pulang dalam keadaan kacau namun tetap memperhatikan aku. Papa memandikanku dan menyuapiku makan setelah itu menidurkanku di kamar. Karena memang saat itu usiaku masih tiga tahunan. Sampai akhirnya tengah malam mama pulang, dan seperti biasa papa dan mama bertengkar namun kali ini bertengkar hebat dan membuatku penasaran dan mengintip ke kamar mereka.

Aku mendengar ucapan mama yang sampai detik ini masih terngiang dalam ingatanku. Malam itu juga mama pergi di jemput oleh bosnya ke rumah kami, papa benar-benar hancur saat itu. Mama tidak hanya pergi meninggalkan papa, tapi dia juga meninggalkan dan melupakanku sebagai anaknya. Dan bi Surti yang melihatku meringkuk segera merengkuhku, memelukku memberikan ketenangan. Bi Surti ikut menangis melihat kejadian itu sambil memelukku seperti seorang ibu.

Kejadian-kejadian itu selalu berputar di memory ku. Membuatku tak pernah bisa mempercayai perempuan manapun kecuali nenek, bi Surti, dan bi Sumi.

"Buat apa pa, dekat dengan perempuan? Mereka hanya akan menyakiti, dan meninggalkan kita." Ucapku sambil menahan amarah yang bergemuruh di dalam dada.

"Alfin, papa memahami perasaanmu. Kamu betul-betul terluka atas sikap mama mu. Tapi bukan berarti kamu harus mengorbankan masa depan mu. Papa mungkin salah dan gagal memilih teman hidup, tapi papa berharap apa yang terjadi pada papa tidak terjadi padamu. Kamu anak papa satu-satunya kebanggaan papa. Papa juga ingin melihat kamu menikah dan memiliki anak, memberikan papa cucu yang lucu-lucu." Jujur perkataan ini sangat membuatku sesak.

Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk berpacaran serius apa lagi untuk menikah. Aku takut jika nantinya wanita pilihanku itu seperti mama. Aku benar-benar takut, aku tidak ingin ditinggalkan lagi. Aku tidak ingin disakiti lagi.

"Pa, usia Alfin masih dua puluh tahun. Alfin belum ada kepikiran untuk menikah."

"Setidaknya kamu carilah pacar, Al. Ingat Al, tidak semua perempuan itu seperti mamamu. Diantara mereka pasti ada yang jauh lebih baik dari mama mu dan siap mendampingimu dalam kondisi apapun."

"Tapi nyatanya perempuan-perempuan yang mendekati Alfin saat ini itu tidak jauh beda dari mama, pa. Mereka hanya ingin menguras dompet Alfin untuk kesenangan mereka. Alfin gak pernah nemuin perempuan yang lebih baik dari mama."

"Hanya belum, Al, bukan tidak pernah. Kamu hanya butuh membuang rasa sakit hati dan kekecewaanmu terhadap mama mu, dan bukalah sedikit hatimu untuk para gadis di luar sana. Papa yakin pasti ada diantara mereka yang betul-betul tulus mencintaimu."

"Kita lihat saja nanti, pa. Tapi untuk saat ini, Alfin masih ingin sendiri, menikmati kebebasan Alfin." Ucapku sambil tertawa yang diikuti oleh tawaan papa juga.

"Ya sudah ayo kita makan. Teman-teman mu pasti sudah sangat lapar karena telah lama menunggu kita."

Sesampainya di meja makan Aku melihat Rio dan Fery sudah mulai makan terlebih dulu, kemudian aku dan papa menyusul.

"Al, malam ini papa akan pergi ke Surabaya untuk mengecek perusahaan kita di sana."

"Berapa hari pa?"

"Lusa papa pulang."

"Baiklah pa, papa hati-hati dan jaga kesehatan papa. Kalau ada sesuatu yang serius hubungi Alfin segera dan Alfin akan membantu papa."

"Hahahaa, Alfin, Alfin. Papa hanya mau mengecek perusahaan bukan mau tawuran."

"Ya pokoknya Alfin gak mau papa kenapa-kenapa. Papa jangan sampai terlalu capek."

"Baik pangeran. Hamba akan ingat pesan pangeran." Ucap papa mengundang gelak tawa semua orang.

♥️♥️♥️

hai...hai...hai...

jangan lupa like, komen dan vote sebanyak-banyaknya yaa... biar author makin semakin nulisnya... 😍😍😍

terimakasih 🙏 🙏 🙏

Terpopuler

Comments

Lrx

Lrx

20 thn..msh terlalu muda untuk diduruh menikah bg laki2

2020-09-05

0

Isnay Jelita Subakir

Isnay Jelita Subakir

kaya'y yg dimaksud mama'y alfin itu selingkuhannya papa cinta..ya kan thor
semangat thor

2020-09-04

0

Reza Agustin

Reza Agustin

Kasihan sama Cinta, padahal kasih sayang keluarga itu penting. Sedih pokoknya😭

2020-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!