Dia Adikku?

ALFIN POV

Cinta! Gadis itu benar-benar membuatku gila. Dia benar-benar membuat duniaku seperti jungkir balik. Aku yang sangat sulit untuk takluk dihadapan seorang perempuan kini harus mengakui dalam hati jika dia berhasil menaklukkan hatiku.

Melihatnya menangis sungguh membuat hatiku tersayat, aku sadar mungkin sikapku yang selalu mempermainkan hati perempuan juga akan membuatnya terluka. Dengan cepat ku selesaikan masalah ku dengan Felly kemudian bergegas untuk mencari Cinta.

Ku lihat Cinta berlari kearah kelasnya, aku semakin mempercepat langkahku dan meraihnya. Ku dekap Cinta dalam pelukanku, menggumamkan kata maaf berulang kali padanya. Entah apa yang terjadi pada diriku, sepertinya otak dan hatiku tidak sejalan. Otakku tak mengizinkan ku melakukan ini, tapi hatiku memberontak melihat air matanya mengalir dan membasahi pipinya membuat hatiku semakin pilu.

Dalam posisi masih memeluk Cinta, aku merasakan ketenangan hati dan jiwa yang belum pernah aku rasakan hingga suara Rio dan Salsa membuyarkan semua ketenanganku. Aku gugup, aku panik karena aku paham betul Rio pasti akan mengetahui penyebab dari tingkah konyolku ini. Ya memang, dibandingkan dengan Fery, Rio memang lebih dekat denganku, kami berteman sejak dari bangku sekolah menengah pertama hingga saat ini, sedangkan dengan Fery aku baru mengenalnya awal kami kuliah di sini, jelas Rio akan sangat mengetahui dan memahami karakterku. Dan kini ku yakini jika Rio juga telah menyadari tentang perasaanku yang sebenarnya pada Cinta sekalipun aku berusaha selalu menutupinya.

Benar saja saat Rio tepat d hadapanku dan Cinta, mata sahabatku itu langsung menatapku tajam dengan senyum smirknya seolah dia sedang meledekku yang kini mulai salah tingkah karena gadis bernama Cinta ini.

Terlihat jelas kah perasaanku? ~ batinku.

Namun segera mungkin ku tarik Cinta untuk pergi dari hadapan Rio dan juga Salsa. Karena kalau tidak, Rio akan membuatku mengungkapkan apa yang tengah ku rasakan, dan itu tidak akan baik untuk hubunganku dengan Cinta yang saat ini mulai membaik. Dengan alasan masih banyak pekerjaan dari papa yang harus segera kami selesaikan, Cinta pun akhirnya menuruti dan mengikutiku ke kantor.

Sesampainya di kantor, Cinta terlebih dulu mengganti pakaiannya dengan pakaian formal ala kantoran, terlihat seksi di mataku namun tetap cantik dan sopan.

"Permisi pak, 30 menit lagi perwakilan dari perusahaan pak Ilham ingin bertemu dengan anda," ucap mas Andre dengan bahasa yang sangat formal. Meskipun sudah sering kali aku mengatakan jika tidak perlu terlalu formal, dia tetap saja begitu.

"Pak Ilham?" Tanya Cinta, entah kenapa menyebut nama itu raut wajah Cinta berubah jadi sedih, namun aku juga tidak berani untuk menanyakan hal itu karena aku yakin pasti ini berhubungan dengan masalah keluarganya karena aku ingat om Iwan sempat mengatakan nama papanya Cinta adalah Ilham.

"Iya, client baru papa yang waktu itu harusnya lo ikut meeting bareng gue," jawabku tanpa berniat memberitahunya bahwa waktu itu yang datang untuk bertemu denganku waktu itu adalah Dimas.

Aku juga yakin jika hari ini yang akan datang adalah Dimas. Tapi aku berharap jika Dimas tidak akan membawa gadis yang bernama Karin itu kemari.

Setelah 30 menit berlalu, akhirnya merekapun datang, dan sesuai dugaanku bahwa Dimas lah yang akan diutus untuk menemuiku. Ku akui, pemikiran Dimas dalam dunia bisnis tidak perlu diragukan. Rival yang cukup menarik sekaligus berat. ~ batinku.

♥️♥️♥️

CINTA POV

Deg...

Kak Dimas! ~ batinku.

Jujur saja aku merasa canggung dan tidak tau bersikap bagaimana pada kak Dimas. Aku masih sangat kesal padanya, tega-teganya dia mengkhianatiku dengan berselingkuh dengan anak bosnya. Begitu banyak amarah dan pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada kak Dimas. Akan tetapi aku harus sadar diri ini tempat kerja dan kami harus bersikap profesional.

Aku melihat ekspresi terkejut yang juga ditunjukkan oleh kak Dimas saat melihatku juga ikut meeting kali ini. Tatapan matanya seolah ingin mengutarakan banyak hal padaku, sering dia mencuri pandang kearahku sambil tetap membicarakan bisnis dengan Alfin. Aku selalu memalingkan wajah saat kak Dimas menatapku intens dan tatapan kami saling bertemu.

Setelah meeting itu selesai, aku sesegera mungkin ingin keluar dari ruangan itu dan menjauh dari kak Dimas. Aku belum siap harus membahas tentang perempuan itu saat ini dengan kak Dimas. Aku takut jika nanti aku tidak akan mampu menahan emosiku terhadap kak Dimas. Namun sial Alfin terlebih dulu mencegah ku agar aku tidak pergi, dengan sangat terpaksa aku masih tetap di sana namun hanya menjadi pendengar diantara percakapan Alfin dan juga kak Dimas.

Setelah lama mereka berbincang tentang hal-hal di luar urusan bisnis, akhirnya kak Dimas berpamitan untuk kembali ke kantornya sambil tak lupa menyapaku dan menunjukkan senyum manisnya yang sangat ku sukai, namun rasa kesalku pada kak Dimas jika mengingat tentang Karin membuatku ingin sekali menanyakan hal itu langsung saat ini padanya.

Alfin memintaku untuk menemaninya mengantar kak Dimas hingga ke lobby hotel dan aku menyutujuinya. Sambil berjalan menuju lobby, kak Dimas sesekali mencoba menyapaku dan mengajakku berbicara akan tetapi aku hanya menjawabnya sekedarnya saja yang membuat kak Dimas mengernyitkan dahi seolah bertanya ada apa, namun sebisa mungkin aku bersikap tenang dan menunjukkan seolah aku ingin kami bersikap profesional, dan kak Dimas pun memahami hal itu.

Sesampainya di lobby hotel, aku sungguh dikejutkan dengan keberadaan dua orang yang membuatku menyesakkan dada dan kak Dimas mengatakan padaku jika kedua orang itu adalah pemilik perusahaan tempatnya bekerja dan juga anaknya, jujur saja aku shock mendengarnya.

Ya di sana sudah ada pak Ilham, pemilik perusahaan tempat kak Dimas bekerja sekaligus yang tak lain adalah laki-laki yang paling aku benci di muka bumi ini karena telah tega meninggalkan aku dan mama, ya dia adalah papaku namun sayangnya dia tak mengenaliku putri kandungnya sendiri, di sana juga ada seorang gadis yang pagi ini telah mengacaukan hariku, ya dia adalah Karin dan sungguh sangat mengejutkan dan semakin menyesakkan dada saat gadis itu memeluk kak Dimas di depan mataku tanpa ada penolakan sedikitpun dari kak Dimas.

Jika gadis itu anaknya, itu artinya dia adikku? ~ tanya batinku.

Aku langsung memalingkan wajahku saat kak Dimas menoleh ke arahku, aku tak ingin kak Dimas melihat kesedihanku saat ini, tentu ini akan membuatnya merasa menang dan senang telah berhasil membuatku begitu terluka.

Terlihat dengan jelas jika gadis itu sengaja melakukan hal itu di hadapanku karena ia tau tentang hubunganku dengan kak Dimas, namun aku tidak boleh terlihat lemah saat ini terlebih di sini ada papaku.

Sungguh kenyataan pahit yang harus aku terima hari ini, pengkhianatan oleh orang yang paling aku cintai dan itupun ia lakukan dengan saudara beda ibu denganku. Dan hari ini juga untuk pertama kalinya setelah kurang lebih tujuh belas tahun, aku bertemu lagi dengan papa, laki-laki yang sangat aku benci namun sekaligus sangat aku sayangi dan aku rindukan kehadirannya.

Aku begitu sedih melihat kemesraan yang ditunjukkan oleh Dimas dan juga Karin tepat di depan mataku namun, sebisa mungkin aku menahan agar air mataku tak jatuh dihadapan mereka.

Tak hanya karena kak Dimas, hatiku juga hancur saat papaku sendiri tak menyapaku layaknya ayah pada anaknya walau aku tau papa pasti benar-benar lupa padaku karena memang sudah lama sekali kami tidak bertemu, tapi rasa sakit hatiku benar nyata adanya untuk papa. Entah itu karena papa yang telah meninggalkanku atau karena papa tidak mengenaliku.

"Alfin, gadis ini pasti sekretarismu! Benar?" tanya papa pada Alfin seraya menunjuk kearahku.

Dengan menampilkan senyum dan tatapan penuh arti Alfin dengan percaya diri menjawab pertanyaan papa, "benar sekali pak Ilham, bukan hanya itu, tapi Cinta juga adalah calon istri saya." Jawaban Alfin membuatku sangat terkejut dan ingin sekali menamparnya tapi tidak aku lakukan sekarang dihadapan banyak orang, karena aku tau pasti itu akan sangat mempermalukan Alfin.

Kak Dimas yang mendengar jawaban Alfin juga sangat terkejut mendengarnya, terlihat dari raut wajahnya jika saat ini kak Dimas sangat marah sambil menatapku dengan tatapan yang seolah menuntut penjelasan dariku namun, tak ku hiraukan mengingat pengkhianatan yang ia lakukan padaku.

"Nama kamu Cinta?" tanya papa dan aku mengiyakannya.

"Nama kamu mengingatkan saya pada anak pertama saya. Tapi sekarang dia tinggal dengan ibunya," ucap papa yang seolah menunjukkan ketidak peduliannya padaku dan juga mama.

Sontak hatiku bergemuruh, air mata yang sejak tadi ku tahan, akhirnya lolos juga dan berhasil membasahi pipiku. Menyadari hal itu, kak Dimas ingin menghampiriku mungkin dia ingin menenangkanku, namun Karin menahannya lalu dengan cepat Alfin merengkuhku ke dalam dekapannya, entah mengapa rasanya sangat aman dan nyaman. Kak Dimas yang melihat

"Loh, kenapa nangis?" tanya papa namun aku hanya bungkam, rasanya lidah ku keluh hinggq membuatku tak mampu berbicara sepatah katapun.

"Cinta hanya teringat sama papanya, karena papanya sudah meninggal," jawab Alfin yang membuatku mendongakkan wajahku padanya.

Kenapa dia bilang seperti itu? ~ batinku sambil tetap menatap Alfin dengan penuh tanda tanya.

"Pak Ilham!" Sapa om Danu yang baru saja tiba.

"Pak Danu, apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak bertemu dan menjadi rekan bisnis. Terakhir sekitar tujuh belas tahun lalu," sapa balik papa pada om Danu.

"Seperti yang anda lihat, lebih baik dari pertemuan terakhir kita tujuh belas tahun yang lalu," jawab om Danu.

"Semoga kerja sama kita kali ini, bisa berjalan tanpa hambatan dan tanpa adanya tikungan tajam," lanjut om Danu sambil tersenyum penuh arti pada papa dan mengajak papa bersalaman.

Papa hanya tertawa mendengar ucapan om Danu tapi tak lupa membalas jabatan tangan dari om Danu.

"Gadis cantik ini pasti putri anda dengan kartika? Wajahnya sangat mirip dengan kartika," ucap om Danu sambil menoleh pada Karin yang masih bergelayut manja di lengan kak Dimas.

"Ah ya benar sekali pak Danu. Ternyata anda masih ingat betul bagaimana wajah Kartika," jawab papa.

"Dan laki-laki itu adalah calon suaminya," lanjut papa membuatku semakin terasa sesak.

"Wow, sangat mengejutkan, ternyata d sini saya bertemu dengan papa dan adik tiri saya sekaligus calon suami dari adik tiri saya," ucap Alfin dengan semakin mengeratkan rangkulannya di bahuku.

"Papa dan adik tiri?" Tanyaku.

"Iya, Cinta, pak Ilham ini adalah suami baru mamanya Alfin, dan itu artinya gadis ini adalah adik tirinya Alfin," jawab om Danu.

"Kakak tiriku?" tanya Karin.

"Tunggu sebentar, nama mama kamu Kartika Handoko?" tanyaku memastikan dan Alfin juga Karin mengiyakannya bersamaan membuatku lemas hingga tak sanggup menopang tubuhku sendiri.

Tubuhku lunglai dan tanpa sadar aku menjatuhkan diriku ke lantai, "Cinta, lo gak papa kan?" Tanya Alfin sambil mencoba membantuku untuk berdiri namun aku menolaknya.

"Stop! Jangan sentuh aku," ucapku dengan nada dingin membuat semua orang mengernyitkan dahinya.

"Tapi lo kenapa Cinta?" Tanya Alfin lagi.

"Gue benci mama lo, gue benci sama lo, Al! Gue benci semuanya," ucapku yang kini sudah tak mampu lagi menahan emosi.

"Cinta, ada apa?" Tanya papa dengan suara lembutnya. Mungkin jika papa mengucapkan itu bukan dalam situasi ini, aku akan sangat senang dan akan langsung memeluk papa. Tapi tidak untuk hari ini yang, suara lembut itu terdengar menjijikkan ditelingaku.

"Apa peduli anda pada anak anda yang bernama Cinta Aprilia Rahayu?" Tanyaku sambil menatap papa dengan penuh amarah.

"Ci-cinta? Dari mana kamu tau nama lengkap anak saya?" tanya papa membuatku semakin emosi mendengarnya.

"Nama dia Cinta Aprilia Rahayu. Anak pertama anda dari tante Santi," jawab Alfin membuat semua orang terkejut terutama papa dan Karin.

"Cinta, anak papa? Ini benar kamu, nak?" tanya papa dengan air mata yang sudah mengalir dikedua sudut matanya seraya ingin memelukku namun aku menolaknya.

"Jangan sentuh saya! Anda tidak memiliki hak apapun lagi atas saya dan mama sejak anda memutuskan pergi dengan perempuan jalang itu," ucapku dengan nada tinggi dan penuh penekanan.

"Nak, maafin papa, papa sudah sering mencoba menemui kamu tapi mama kamu selalu melarangnya," ucap papa.

"Jelas mama akan melarang anda karena mama tidak ingin anda masuk ke dalam hidup kami lagi dan menyakiti kami lagi," sentakku.

"Lagi pula untuk apa anda mencari saya lagi? Belum puas kah anda telah menyakiti kami dengan meninggalkan kami hanya demi perempuan jalang itu?" lanjutku.

Plak...

Satu tamparan Karin layangkan padaku, "tutup mulut busuk lo itu! Nyokap gue bukan jalang! Kalo papa ninggalin lo dan nyokap lo, itu artinya kalian yang harus introspeksi diri! Atau jangan-jangan mama lo yang jalang sampai buat papa ning-..."

Plak...

"Jaga mulut kamu Karin! Papa tidak pernah mengajari kamu berbicara tidak sopan seperti itu," ucap papa setelah menampar Karin.

Aku sungguh terkejut ternyata papa lebih membelaku dan juga mama. Aku senang akan hal itu, tapi rasa sakit atas pengkhianatan papa dulu masih tetap terasa di hatiku.

"Papa belain dia? Aku anak papa!" bentak Karin.

"Cinta juga anak papa, Karin! Dia kakak kamu!" Ucap papa dengan nada tinggi.

"Pak Danu, sebaiknya kita ke ruangan saya saja. Tidak baik membicarakan hal ini di sini, kita sedang menjadi tontonan gratis saat ini," ucap om Danu yang menyadarkan kami semua bahwa saat ini kami tengah berada di tempat umum.

"Alfin, kamu juga bawa Cinta masuk. Mungkin sudah saatnya kita menjelaskan ini semua pada anak-anak, pak Ilham," lanjut om Danu dan kami semua akhirnya di arahkan ke ruangan om Danu agar bisa menyelesaikan masalah ini dengan cara baik-baik dan kekeluargaan.

.

.

.

.

.

.

.

Hai readers... i'm back....

jangan lupa yaa langsung klik like, komen, dan vote nya juga kalau kalian udah baca, biar author makin semangat nih nulisnya...

terus jangan lupa klik tanda ♥️♥️♥️ untuk menjadikan novel ini menjadi novel favorit kalian dan dapatkan info update setiap harinya...

tengkyu... 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

vikacu

vikacu

yeah....
sungguh tak terduga😅



lanjud thorr... penasaran kelanjutannya😊😊😊

2020-01-26

0

Akira

Akira

akhirx dirimu kembali nyet!!!!!!!!!! miss you😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘

2020-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!