UKM Bulutangkis

Setelah menyelesaikan makan malam dan papa juga sudah berangkat ke bandara untuk melakukan perjalanan bisnisnya ke Surabaya, aku, Rio, dan juga Fery langsung pergi ke club malam tempat biasa kami nongkrong sekaligus bersenang-senang.

"Al, lo yakin gak mau ke rumah Felly? Dia pasti ngarep banget lo dateng malam ini." Ucap Fery saat kami sudah berada di club dan memesan minuman favorit kami, Vodka.

"Lo kayaknya peduli sama tuh cewek, kenapa gak lo pacarin aja?" Tanyaku.

"Hahahaaa, Felly kalo main sama gue gak sebringas kalo lagi sama lo. Dia passive bikin gue badmood." Ucapnya yang membuatku mengernyitkan dahi.

"Lo pernah make dia juga?"

"Sorry, bro, lo inget gak waktu kita lagi party di villanya Stella terus lo mabuk? Waktu itu tadinya lo udah dibawa ke kamar sama si Felly. Tapi sayangnya pas di dalem ternyata lo malah tidur sedangkan si Felly udah nafsu banget. Terus nyamperin gue dan Rio, tapi Rio juga gak respon karena dia lagi sibuk ngehindar dari Stella, jadilah gue ajak dia ke kamar, dan ya gitulah."

"Dan itu lho masih berani bilang kalo dia cewek gue? Kalo dia emang cewek gue, udah gue habisin lo sekarang karena udah berani nyentuh punya gue." Ucapku sambil tertawa lepas.

"Eh, gue duluan ya, gue mau ke rumah Salsa." Pamit Rio.

"Elah Rio, baru jam segini. Lagian ngapain sih lo ngejar-ngejar cewek yang udah jelas-jelas nolak lo? Kayak gak ada cewek lain aja!" Ucapku.

"Salsa beda dari cewek lain bro. Suatu saat kalo lo udah ketemu sama cinta lo, gue yakin lo juga bakal kayak gue. Memperjuangkan apa yang harus jadi milik gue. Ya udah, gue duluan." Aku tersentak oleh perkataan Rio. Jujur saja, aku tidak memahami apa itu cinta, bagaimana rasanya jatuh cinta yang kata banyak orang itu sangat indah. Sejujurnya aku juga ingin tau bagaimana rasanya mencintai dan dicintai, hal yang belum pernah aku rasakan. Akan tetapi rasa takut dan traumaku di masa lalu selalu mengalahkan rasa penasaranku terhadap cinta.

Aku hanya terdiam melihat punggung Rio yang semakin lama semakin jauh dan hilang dari pandanganku. Kalimat-kalimat yang Rio ucapkan begitu saja terus berputar dalam memory ingatanku.

♥️♥️♥️

CINTA POV****

Sepulangnya aku dari toko bahan kue, aku sangat terkejut melihat wanita yang telah merusak kebahagiaanku, merebut papa ku, dan mengambil semua hakku sedang memarahi dan mencaci maki mama. Dan hal yang lebih mengejutkan lagi apa yang aku dengar dari wanita itu dan sikap mama yang hanya diam tak membalas satupun perkataannya. Mama hanya bisa menangis, dan hal itu membuat emosiku tersulut.

Aku menghampirinya dan melayangkan satu tamparan untuknya, "Jangan pernah berani untuk maki-maki mama gue. Lo gak punya hak menghina mama gue apa lagi nyentuh mama gue."

Dia sangat terkejut karena aku yang tiba-tiba saja menamparnya. Seketika itu juga dia menatapku tajam dengan penuh amarah yang sudah siap ia ledakkan.

"Oh mulai berani ya kamu anak kecil? Ternyata begini ya hasil didikan mama kamu? Brutal, tidak punya sopan santun!"

Ucapannya membuatku semakin tersulut emosi. Berani-beraninya dia mengkritik cara mama mendidik aku.

"Untuk apa bersopan santun terhadap jalang kayak lo? Perebut suami orang dan cuma mau nguasain hartanya doang."

Dia hendak menamparku, namun sebelum tangannya berhasil menyentuh pipiku, aku terlebih dulu menangkisnya.

"Jangan pernah berpikir untuk nyentuh gue dengan tangan kotor lo ini atau kalau gak, gue gak akan segan-segan matahin tangan lo." Ucapku dengan penuh penekanan dan dia langsung mengibaskan tanganku hingga cengkramanku ke tangannya terlepas.

"Oke, saya ingin tau seberapa sombongnya kamu setelah kamu tau mama kamu tercinta ini punya hutang sama suami saya?"

Deg...

Aku sungguh terkejut dan langsung menoleh kearah mama menuntut penjelasan tentang hutang yang dimaksud wanita dihadapanku ini.

"Ma, apa bener yang wanita ini omongin?" Tanyaku dan mama hanya diam.

"Jawab, ma. Jangan diem aja?" Aku sedikit menaikkan nada bicaraku karena mama masih tetap tak bergeming. Namun mama yang tetap saja dengan kebisuannya menyadarkan aku bahwa apa yang wanita ini katakan adalah benar.

"Untuk apa ma? Untuk apa mama pinjam uang sama mereka? Apa mama butuh uang? Berapa, ma? Biar Cinta yang carikan. Mama gak perlu pinjam sama mereka dan membuat mama di hina seperti ini sama mereka. Mama bilang sama Cinta sekarang berapa uang yang mama pinjam dari mereka! Kita kembalikan, biar Cinta yang kerja dan cari uang untuk mama." Ucapku yang sudah mulai terisak melihat mama yang sudah terlebih dulu menangis di hadapanku.

"Heemm, mana mungkin mama kamu mau mengatakan bahwa dia sudah meminjam uang pada suamiku untuk membiayai sekolahmu!" Seru wanita itu.

"Apa? Ma, sekarang Cinta mohon sama mama, tolong ceritain semuanya sama Cinta apa yang sebenarnya terjadi, ma? Apa maksud dia mama pinjam uang untuk membiayai sekolahku?" Aku menuntut penjelasan lebih dalam pada mama yang akhirnya membuat mama mau menceritakannya pada ku.

"Waktu itu kamu ingin sekali masuk ke SMA TUNAS BANGSA sayang. Melihat kamu yang begitu semangat untuk belajar dan mendapat beasiswa di SMA itu, namun ternyata kamu gagal dan terancam tidak bisa melanjutkan sekolahmu membuat mama tidak bisa diam begitu saja. Kamu anak mama satu-satunya, mama ingin kamu mendapat pendidikan terbaik. Maka dari itu, mama memberanikan diri menemui papamu."

"Dia bukan papaku." Ucapku menyela penjelasan mama.

"Dengarkan penjelasan mama dulu, nak. Papamu sangat menyayangimu dia ingin sekali bertemu denganmu. Saat mama menemuinya di kantornya, mama menceritakan semua tentang kamu, tentang keinginanmu masuk ke sekolah itu. Dan akhirnya tanpa terpaksa, papamu memberikan mama uang untuk kebutuhanmu. Tanpa sepengetahuan Kartika, setiap bulannya papamu mengirimimu uang untuk keperluan sekolahmu, tapi mama tidak memiliki keberanian untuk menceritakan semuanya sama kamu, Cinta. Papamu juga beberapa kali memaksa ingin bertemu denganmu, tapi mama selalu melarangnya." Ucap mama sambil menunjuk kearah Kartika, istri kedua papa. Akupun semakin terisak mendengar pengakuan mama, tapi aku juga belum bisa memaafkan papa mengingat karena papa lah hidupku nyaris hancur.

"Kenapa mama gak bilang sama aku dulu? Mama tau kalau aku lebih rela putus sekolah dari pada harus menerima bantuan dari mereka, ma." ucapku.

"Tidak, sayang. Demi masa depanmu, mama akan melakukan apapun sekalipun mama harus mengemis pada mereka. Masa depanmu harus cerah, nak. Biar mama bisa membanggakan diri mama di hadapan mereka karena telah berhasil mendidikmu dengan baik." saut mama membuatku semakin terisak mendengarnya.

"Sudah cukup dramanya. Sekarang saya minta segera kembalikan apa yang sudah suami saya pinjamkan untuk kalian." ucapnya membuatku menoleh padanya dan menatapnya tajam.

"Gue jamin sama lo, gue akan ganti semua uang yang udah suami lo keluarin untuk sekolah gue." ucapku menantangnya.

"Cih, sombong sekali kamu gadis kecil. Baiklah, saya akan memberikan kalian keringanan untuk mencicilnya setiap bulan, dan jangan lupa bunganya 30%." ucapnya membuatku tak habis pikir bagaimana bisa ada wanita serakah seperti dia.

"Baik, jangankan 30%, 100% pun bakal gue balikin. Gak sudi gue nerima pemberian dari kalian." Ucapku dengan nada sombong.

"Baik kalau begitu, terhitung mulai bulan ini. Saya tunggu akhir bulan ini cicilan pertama kalian." Ucapnya dan langsung pergi meninggalkan rumah kami.

"Tante, tante Santi gak papa kan? Yang sabar ya tan." Ucap mbak Anita sambil memeluk mama yang memang sedari tadi hanya melihat keriuhan yang terjadi karena wanita itu.

"Aku gak papa kok, nit, makasih ya." balas mama ku lembut.

"Cinta, kamu gak papa juga kan?" Tanya mbak Anita yang kini juga merangkulku dan aku hanya meresponnya dengan gelengan kepala.

"Ya udah yuk masuk, tenangin diri kalian dulu, ya." Ucap mbak Anita seraya menggiringku dan mama untuk masuk ke dalam rumah kemudian segera mengambilkan air untuk aku dan mama.

"Kalian minum dulu ya, biar lebih tenang." ucap mbak Anita.

"Nit, kita sudah gak papa kok, kamu bisa pulang." pinta mama. Ya mungkin mama saat ini sedang tidak ingin diganggu.

"Ya sudah Anita pulang dulu ya tante. Cinta, nanti kalau ada apa-apa atau kalian butuh sesuatu, temui mbak ya." seru mbak Anita yang aku iyakan, dan kemudian mbak Anita pulang.

"Cinta, kamu istirahat aja ya, besok kamu kan harus kuliah." Ucap mama.

"Ma, Cinta mau kerja ya ma? Cinta harus kembalikan semua uang yang sudah mereka keluarkan untuk sekolah Cinta."

"Mama gak setuju, nak. Biar mama aja yang cari uangnya. Tugasmu adalah belajar. Lagi pula kuliahmu tidak ada sangkut pautnya dengan uang pemberian papamu. Kamu kuliah karena beasiswa. Kamu harus kuliah, kamu harus sukses, nak." Ucap mama.

"Cinta bisa kerja part time, ma. Cinta akan tetap melanjutkan kuliah Cinta. Tolong ya, ma izinin Cinta bantu mama! Cinta gak bisa diem aja karena masalah ini juga menyangkut Cinta."

Mama melihatku begitu serius dengan ucapanku, membelai rambutku, "Baiklah nak. Mama izinkan. Tapi kamu tidak boleh terlalu capek atau melalaikan kuliahmu."

"Siap, ma." Ucapku sambil tersenyum dan memeluk erat mama.

"Ya udah, yuk istirahat dulu. Biar besok kita lebih semangat lagi." Ucap mama.

Kami pun masuk ke kamar masing-masing dan saling berperang dengan pikiran kami.

♥️♥️♥️

Dua hari kemudian...

"Cinta, nanti jangan lupa jemput om Iwan di bandara ya. Dan ini uang buat kamu naik taxi ke sananya." Ucap mama seraya memberikanku uang.

"Gak perlu, ma. Cinta ada kok uangnya. Mama simpen aja ya untuk kebutuhan kita."

"Ta-...."

"Udah tante, tante tenang aja, kan ada Salsa. Nanti Salsa deh yang anter Cinta ke bandara. Kebetulan hari ini Salsa gak sibuk." saut Salsa yang memang kemarin dia menginap di rumahku.

"Terimakasih ya, Sa. Tante jadi sering ngerepotin kamu."

"Gak repot kok, tan. Tante ih kayak sama siapa aja. Katanya nganggep Salsa anak, kalau gitu gak usah bilang-bilang makasih atau maaf lagi sama Salsa." Ucap Salsa dengan penuh ketegasan membuat mama tersenyum dan memeluk Salsa.

"Ya udah, ma, kita berangkat dulu ya." pamitku pada mama seraya menarik tangan Salsa agar segera berangkat ke kampus.

♥️♥️♥️

ALFIN POV

Aku baru saja tiba di kampus dan melihat Rio yang juga baru memarkirkan motornya di parkiran, "Eh Rio, tunggu bentar gue ada perlu sama lo. Penting."

Rio mengerutkan dahi namun tetap mengikuti kemana aku berjalan dan berhenti di depan kelas yang masih kosong, "Ada apa?"

"Lo bilang cewek yang nampar gue tempo hari namanya Cinta dan dia sahabatnya Salsa kan?" Tanyaku.

"Mmm, iya, kenapa?"

"Dia sekelas sama Salsa?"

"Sepertinya iya. Ada apa sih? Jangan bilang kalo lo penasaran sama tuh cewek?" Pertanyaan konyol dari mulut Rio terlontar begitu saja namun sayangnya itu memang tepat sasaran.

"Ngaco, gue cuma mau balas dendam sama dia karena udah nampar gue." Jawabku mencoba menyangkal apa yang saat ini ada dalam hati dan pikiranku.

Aku sendiri sebenarnya tidak tau apa yang sedang aku rasakan saat ini. Ya, memang aku mulai penasaran pada gadis itu. Gadis itu sudah benar-benar membuatku kacau selama dua hari ini, dia juga sudah membuatku tak bernafsu melihat wanita-wanita yang hampir setiap malam menemaniku.

Sejak saat dia menamparku, jujur saja timbul perasaan aneh dalam diriku. Ada sesuatu pada dirinya yang sangat membuatku tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentangnya. Bukan, bukan karena dendam. Aku bahkan tidak ingin marah padanya karena tamparannya pada ku, entah perasaan apa itu aku juga tidak memahaminya. Rasanya aku selalu ingin melihatnya setiap detik. Terlebih mata yang meneduhkan itu, ingin sekali aku melihatnya lagi, seolah ada magnet dalam dirinya yang menarikku untuk mendekat padanya.

"Jangan keterlaluan, Al, lo boleh balas dendam tapi please jangan sampai lo ngerusak dia. Dia gadis baik-baik." Ucap Rio memberiku peringatan.

"Cih, gak ada gadis baik-baik Rio. Dia pasti cuma jaga image." Elakku walaupun sebenarnya entah kenapa hati kecilku percaya pada ucapan Rio.

"Dia punya kisah hidup yang hampir sama kayak lo. Tapi sialnya kehidupan dia gak jauh lebih baik dari lo. Kayaknya kalau lo mau berubah jadi cowok baik, lo harus kenal sama dia."

"Sok tau lo."

"Bukan sok tau, tapi emang gue tau, Salsa yang cerita sama gue. Dia juga anak broken home. Mungkin lebih jelasnya lo bisa cari tau langsung ke dia. Itupun kalo lo emang tertarik sama dia." Ucap Rio seraya menepuk bahuku.

"Elah nih bocah dua gue cariin juga taunya ada di sini." Ucap Fery dengan nafas yang ngos-ngosan seperti baru saja lari maraton.

"Ada apaan sih lo sampek segitunya nyariin kita?" Tanyaku heran karena memang Fery adalah sosok yang agak cuek, ada ataupun tanpa aku dan Rio, dia akan tetap bersikap santai, tidak seperti saat ini.

"Gue punya info bagus untuk lo." ucapnya sambil merangkul bahuku.

"Apaan?" Tanyaku.

"Aldo. Cinta..." Ucapnya dengan nafas yang masih belum teratur.

"Yang jelas elah kalo ngomong! Aldo, Cinta apaan? Tuh cewek pacarnya Aldo?" Tanyaku yang jujur saja penasaran.

"Bukan, men, dia maksud gue tuh cewek, dia anak ukm Bulutangkis. Dia Sekretaris di ukm itu. Itu artinya, Aldo pasti tau tentang tuh cewek." Ucap Fery.

Aku berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan sesuatu, "Kita off dari tim basket. Hari ini juga kita pindah ke Bulutangkis."

Keputusanku yang seolah tak terbantahkan itu membuat Fery dan Rio melongo, tak percaya. Pasalnya kami adalah tim inti di ukm basket.

"Lo serius, Al?" Tanya Rio memastikan.

"Serius. Ayo sekarang juga kita daftar untuk ikut ukm Bulutangkis." Ucapku seraya menarik Rio dan Fery yang masih mematung untuk ikut denganku mendaftarkn diri mengikuti ukm dimana Cinta juga adalah anggotanya.

♥️♥️♥️

hai..hai...hai....

yuk lah jangan pelit-pelit bagi like nya, gratis kok... hehehee...

Oh ya, komennya juga ya, kan juga gratis atuh. Dan kalau kalian juga ada simpanan poin, bolehlah bagi-bagi dikit sama author... itung-itung nambahin pahala gitu...

terus klik juga tanda ♥️ kalau kalian udha baca, biar dapat info kalau aku udah update...

terimakasih 🙏 🙏 🙏

Terpopuler

Comments

MyRosse🥀

MyRosse🥀

cie..cie..cie..Alfin udah muali kepo, tapi tetep masih aja mengelak..
itu papanya si Cinta bucin tingkat Dewa x ya..ampe udah gk bisa bedain mana yg Anggel mana yang Iblis..huft..😤😡😈👿

2020-02-20

1

NAM

NAM

Kalau karya baru gini amat yak, reviewnya lama bener... 😥😥😥

2020-01-07

0

Phipin Hariati

Phipin Hariati

mantap Thor...
lanjutt

2020-01-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!