CINTA POV
Setelah Salsa pergi bersama dengan Rio, aku memutuskan untuk segera berangkat ke bandara karena jalanan yang sudah jelas akan macet pasti akan banyak membuang waktu untuk bisa tiba di bandara sebelum om Iwan.
Namun, saat aku hendak pergi, Alfin menawarkan diri untuk mengantarku. Jujur saja aku ragu pada laki-laki itu, aku takut kalau dia akan membalas tamparanku nanti di jalan. Tapi dia bersikukuh untuk tetap mengajakku pergi bersama dengan alasan dia juga akan menjemput papanya yang juga akan pulang sore ini dari perjalanan bisnisnya di Surabaya. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya akupun menyetujui ajakannya.
Di dalam perjalanan kami hanya saling diam, hingga di tengah perjalanan ponselku berdering yang menandakan ada panggilan masuk. Dan sungguh hatiku sangat bahagia melihat di layar ponselku tertera nama "My Love", nama yang aku sematkan untuk menamai nomor ponsel kak Dimas, kekasihku. Aku segera mengangkat telfonnya, dan hatiku semakin merasa senang karena kak Dimas mengatakan bahwa weekend ini dia akan pulang dan akan lebih lama tinggal di sini karena ada beberapa urusan pekerjaan yang harus diurusnya di sini.
Sesampainya di bandara, aku langsung masuk ke area kedatangan dan di sana aku bertemu dengan om Danu yang beberapa hari lalu telah aku tolong. Saat itu dia menawarkan sebuah imbalan karena aku telah menolongnya, namun aku menolaknya, namun beliau tetap memaksa dengan cara halus, beliau mengatakan jika aku membutuhkan bantuannya kapanpun beliau akan siap membantu. Dan saat ini adalah saat yang tepat untuk meminta bantuan darinya. Aku menawarkan diri untuk bekerja di kantornya karena saat ini aku betul-betul membutuhkan uang untuk segera melunasi hutang-hutangku pada wanita jalangnya papaku. Dan aku sangat bersyukur karena beliau ternyata mau membantuku dan menyuruhku untuk datang ke rumahnya besok untuk penjelasan tentang pekerjaan ku. Tentunya aku sangat senang hingga tanpa sadar aku memeluknya seperti seorang anak pada ayahnya.
Aku dan om Danu melanjutkan obrolan ringan kami sampai ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal, aku mengangkat telfon dan sedikit terkejut mendengar suara seseorang disebrang telfon sana.
"Lo tau dari mana nomor gue? Perasaan gue gak pernah deh ngasih-ngasih nomor gue ke lo!" seru ku pada Alfin yang berada disebrang telfon sana.
"....."
"Ya udah, ya udah, ada apaan? Eh lo beli minum emang beli ke Jepang? Lama banget." sautku
"....."
"Iya, iya, bawel lo." ucapku dan kemudian dia mematikan telfonnya.
Tak lama setelah itu Alfin datang menghampiri aku dan om Danu yang tengah asyik mengobrol seraya menunggu pesawat om Iwan landing.
"Alfin, kamu kemana aja? Sudah hampir sepuluh menit papa nunggu kamu. Untung ada Cinta yang nemenin papa." Kata om Danu yang sukses membuatku terkejut. Aku betul-betul tidak mengetahui jika om Danu adalah papanya Alfin.
"Iya pa, maaf tadi masih cari minum dulu. Papa kenal sama Cinta?" Tanya Alfin sampil menatapku dengan sinis, entah apa yang ada dalam pikiran Alfin saat ini.
"Kalian sudah saling kenal?" Tanya om Danu.
"Al..."
"Alfin dan Cinta satu kampus, pa cuma beda jurusan aja." jawab Alfin mendahuluiku.
"Papa kenal Cinta? Dimana?" lanjutnya dengan tatapan yang semakin sinis padaku.
"Iya, Al, kamu inget gak beberapa hari lalu papa cerita sama kamu kalau papa hampir aja kejambretan dan untungnya ada gadis yang nolong papa?" Tanya om Danu dan Alfin hanya mengangguk. Jujur aku melihat ekspresi Alfin saat itu sepertinya dia tidak menyukai aku akrab dengan papanya. Matanya seolah mengintrogasiku, namun aku hanya bisa diam. Sungguh aku tidak menyangka jika om Danu yang sangat baik memiliki anak seperti Alfin yang sifatnya bisa ku katakan tidak sebaik om Danu.
"Nah, gadis itu ya Cinta ini, Al. Kebetulan kalian ketemu di sini dan juga sudah saling kenal, jadi biar om jelasin aja di sini kerjaan apa yang bisa kamu lakukan." ucap om Danu.
Jujur saja perasaanku mulai tidak enak, namun beruntung sebelum om Danu menjelaskan pekerjaan untukku, om Iwan datang dan membuat om Danu mengurungkan niatnya.
"Om sama tante Sarah aja? Kenzo gak ikut?" Tanya ku setelah menyalimi om dan tanteku namun tak melihat keberadaan anak mereka.
"Kenzo besok kan sekolah, jadi sengaja om gak ajak. Lagian biar om dan tante bisa bulan madu lagi di sini." Ucap om Iwan sambil tertawa.
"Cinta apa kabar?" Tanya tante Sarah, istri om ku ini memang sama baiknya seperti om ku. Walaupun keluarga papa yang lain tak pernah menganggapku ada tapi om Iwan dan tante Sarah tetap memperlakukan aku dan mama seperti keluarga.
"Cinta baik, tan." jawabku sambil tersenyum pada tante Sarah yang menangkup wajahku dengan satu tangannya.
"Tuan, mobilnya sudah siap." Ucap seseorang yang bisa ku tebak dia adalah asisten om Danu.
"Loh mas Andre telfon supir lagi? Kan tadi aku bilang kalau aku yang jemput papa!" seru Alfin.
"Papa yang minta Andre untuk telfon supir, karena papa agak ragu sama kamu, apa lagi kamu emang gak pernah jemput papa. Wajar dong kalau papa khawatir kamu cuma bercanda?" ucap om Danu pada Alfin yang menggaruk tengkuknya.
"Alfin gak pernah jemput om Danu? Terus kenapa hari ini...? Ah bodo lah. Gak peduli juga gue." batinku.
"Cinta." Panggil om Iwan yang seolah menanyakan tentang keberadaan om Danu dan Alfin.
"Oh, maaf tuan, saya Danu, ini anak saya Alfin dan kebetulan teman satu kampus dengan Cinta." ucap om Danu yang memahami tatapan penuh tanya om Iwan. Dan om Iwan membalas perkenalan om Danu dengan ramah.
"Alfin, kamu antar Cinta dan keluarganya pulang. Papa dan Andre biar sama supir aja." Ucap om Danu memerintah Alfin.
"Tidak usah, pak Danu, kami biar pulang naik taxi saja, karena kami masih mau ke rumah neneknya Cinta." ucap Om Iwan membuatku terkejut, jujur saja aku tidak ingin bertemu dengan keluarga papa. Kekecewaan ku pada mereka masih membekas di hatiku.
"Gak papa, om, biar Alfin antar. Toh Alfin juga lagi gak ada kerjaan. Males juga nyetir sendiri." ucap Alfin.
"Om, tante, Cinta gak usah ikut ya! Cinta langsung pulang aja." ucapku sambil menahan sesak di dadaku, sambil mengingat perlakuan hampir seluruh keluarga papa pada mama.
"Cinta, percaya ya, sama om. Om jamin gak akan terjadi sesuatu." Ucap om Iwan meyakinkan aku.
Sejenak Aku berpikir dan kemudian memutuskan untuk mengikuti kemauan om Danu untuk pergi ke rumah nenek.
♥️♥️♥️
ALFIN POV
Entah apa yang terjadi pada Cinta saat omnya mengatakan bahwa mereka akan ke rumah neneknya. Terlihat jelas di mata dan raut wajah gadis itu tersimpan kesedihan mendalam. Aku ingin sekali menanyakan hal itu tapi aku sadar aku tidak berhak ikut campur urusan keluarga mereka.
"Alfin, tolong ya, antar Cinta dan om juga tantenya dengan selamat. Papa pulang duluan. Mari pak Iwan, Cinta, om duluan ya, jangan lupa besok datang ke rumah om." ucap papa seraya berpamitan pada Cinta dan juga om nya.
"Iya, pa" / "Iya om" ucapku dan Cinta bersamaan.
*****
Sesampainya di rumah nenek Cinta, wajah Cinta semakin terlihat tegang, air matanya tak henti meneteskan air mata. Melihat hal itu rasanya aku ingin sekali memeluknya dan menenangkan hatinya. Aku memang tidak tau apa yang terjadi pada keluarga Cinta. Akan tetapi kesedihan di wajah cantiknya cukup membuatku memahami jika hubungan Cinta dan keluarganya tidak cukup baik.
"Alfin, kamu ikut masuk saja ya, temani Cinta." ucap om Iwan sambil menepuk bahuku saat kami semua sudah turun dari mobil.
"Om, Cinta gak usah ikut ya! Cinta pulang aja. Lagian kasihan mama sendirian di rumah." Seru Cinta yang enggan untum masuk ke rumah mewah terssbut.
"Cinta, kamu percaya sama om, ya! Semua akan baik-baik saja." Ucap om Iwan lembut.
"Iya, Cinta. Di sini juga ada tante yang juga akan lindungin kamu. Hm!" saut istri om Iwan.
"Alfin, nanti tolong kalau om kasih kamu kode, kamu bawa Cinta pergi dari sini." ucap Iwan dengan penuh makna. Perkataan om Iwan seakan memberiku isyarat bahwa nanti akan terjadi sesuatu pada Cinta yang aku sendiri tidak bisa membayangkannya, namun aku tetap mengiyakan permintaan om Iwan untuk menemani Cinta, lebih tepatnya hatiku yang ingin selalu menjaga gadis itu.
"Assalamu'alaikum, ma, pa." Ucap Iwan yang memanggil orang tuanya.
"Wa'alaikumsalam, kamu tuh ya, kebiasaan kalau pulang gak pernah mau bilang. Loh kamu gak ajak Kenzo?" ucap seorang wanita paruh baya yang bisa ku tebak bahwa wanita itu adalah mamanya om Iwan.
"Maaf ma, Kenzo harus sekolah makanya Iwan gak ajak dia." ucap om Iwan.
"Mereka siapa, Wan?" tanya wanita itu seraya menatap tajam kearahku dan juga Cinta yang sedari tadi hanya menunduk.
"Ini Cinta, ma anaknya mas Ilham dan mbak Santi, cucu mama." Ucap om iwan yang sudah merangkul bahu Cinta. Sesaat ku lihat ketegangan di wajah wanita paruh baya itu, ketegangan yang sama seperti yang aku lihat di wajah Cinta tadi. Jujur saja aku terkejut mengetahui nenek Cinta tak mengenali cucunya sendiri.
"Dan ini Alfin, temannya kuliahnya Cinta." Lanjut om Iwan seraya memperkenalkanku juga. Namun wanita itu tidak sedikitpun menoleh kearahku. Dia masih fokus menatap Cinta seperti seekor singa yang tengah mengintai mangsa yang siap kapan saja ia terkam.
"Untuk apa kamu bawa dia ke sini, Wan? Mama sudah bilang bahwa kita tidak perlu lagi berurusan dengan mereka." Bentak wanita tersebut.
"Ma, tolong dong, di sini yang salah mas Ilham, Cinta di sini korban dari keretakan rumah tangga mas Ilham dan mbak Santi. Cinta ini juga cucu mama, tolonglah, ma sedikit saja buka hati mama, mau diputus dengan cara apapun, Cinta ini tetap memiliki darah mama, dia cucu mama. Cinta dan mbak Santi sudah banyak mengalami kesusahan akibat perbuatan mas Ilham dan wanita sialan itu." sentak om Iwan.
"Tutup mulutmu, Wan. Wanita itu lebih baik dari pada Santi. Wajar saja kalau Ilham berpaling, toh Santi duluan kan yang mengkhianati Ilham!" Ucap nenek Cinta.
"Cukup! Punya hak apa anda mengatakan hal yang tidak-tidak tentang mama saya? Kalau bukan karena om Iwan, saya juga tidak sudi menginjakkan kaki di rumah yang hanya dipenuhi kepalsuan dan kebencian ini! Saya bersumpah, saya tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di rumah ini, dan saya juga tidak sudi memiliki keluarga munafik seperti kalian." Ucap Cinta dengan penuh emosi. Kemarahan, kekecewaan, jelas terlihat di wajah cantiknya.
"Ma, sadar ma. Cinta ini cucu mama. Mama sudah termakan oleh ucapan wanita sialan itu, ma." ucap om Iwan yang sama sekali tak digubris wanita itu.
"Cukup om. Cinta muak berada lama di rumah ini. Lebih baik Cinta pergi. Om juga gak perlu lagi menemui dan menghubungi Cinta dan juga mama. Biarkan mama dan Cinta hidup tenang tanpa gangguan dari kalian." Ucap Cinta dan kemudian Cinta langsung berlari pergi dari rumah mewah itu.
"Alfin, tolong kamu kejar Cinta, tolong jaga Cinta, om percaya sama kamu." Ucap om Iwan mempercayakan ku untuk menjaga Cinta. Seolah mendapat lampu hijau, aku langsung bergegas mengejar Cinta.
Aku melihat Cinta berlari keluar pintu gerbang, aku langsung mengejarnya dan langsung memeluk erat Cinta setelah meraihnya, dia berusaha meronta namun aku tetap tidak melepaskannya, aku semakin erat memeluknya dan seketika itu juga tangisnya semakin pecah membuat aku bisa merasakan apa yang tengah Cinta rasakan sekarang.
"Apa gue gak berhak merasakan rasanya di sayang sama papa dan juga nenek? Dari umur tiga tahun, papa ninggalin gue dan mama demi jalangnya, terus sekarang nenek gue sendiri gak mau mengakui keberadaan gue sebagai cucunya." ucapnya yang terus terisak dalam pelukanku. Namun aku tidak bisa berbuat banyak selain hanya memeluk dan membelai rambutnya mencoba memberinya ketenangan. Perlahan aku mencoba mengajaknya pergi dan beruntungnya dia tidak menolakku, mungkin karena sekarang hatinya sedang kalut dan tidak tau harus berbuat apa.
Aku bergegas kembali ke rumah itu untuk mengambil mobilku, meninggalkan Cinta menunggu di trotoar tidak jauh dari rumah mewah milik nenek Cinta tersebut.
Saat aku kembali, Cinta langsung masuk ke dalam mobil. Dan seperti tadi, dia hanya terdiam, namun kali ini tatapannya kosong. Jujur saja melihatnya seperti ini entah kenapa hatiku juga hancur, aku lebih senang melihatnya marah-marah padaku, atau melihatnya tersenyum dari kejauhan.
"Rumah lo dimana?" tanyaku mencoba mengalihkan perhatiannya.
"Gue belum mau pulang, gue gak mau mama lihat gue dengan keadaan seperti sekarang." ucapnya datar.
"Terus lo mau kemana?" tanyaku.
"Lo biasa ke Club kan? Bisa bawa gue ke sana?"
Deg...
Hatiku rasanya ingin marah mendengar dia ingin pergi ke tempat itu. Jelas itu tidak baik untuknya. Aku tidak ingin ada laki-laki lain melihatnya, tidak aku sangat tidak rela, terlebih di tempat itu banyak laki-laki brengsek yang siap untuk memerkam setiap wanita mana saja yang membuat mereka tertarik.
"Sorry, gue gak bisa bawa lo ke sana
Itu bukan tempat yang baik buat lo." ucapku.
"Kenapa? Bukannya waktu itu lo ngajak gue ke dragonfly buat minum? Dan lo juga bilang kalo lo mau muasin gue kan? Sekarang gue mau, gue mau minum dan gue mau jadi jalang lo, setidaknya dengan jadi jalang, bakal banyak yang care dan percaya sama gue."
Sontak perkataan Cinta membuatku menghentikan laju mobilku.
"Gak, Cin, waktu itu gue cuma bercanda. Lo jangan gila! Lo gadis baik-baik, jadi jangan pernah berubah cuma karena masalah seperti ini. Gue yakin setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya."
"Lo bilang kayak gitu karena lo gak pernah ngerasain apa yang gue rasain selama tujuh belas tahun ini! Bokap gue dan seluruh keluarganya ninggalin gue dan lebih memilih percaya sama wanita jalang dari pada nyokap gue. Udahlah, kalo lo gak mau nemenin gue ke sana dan jadiin gue jalang lo, gue bisa ke sana sendiri dan cari laki-laki lain yang bisa muasin gue malam ini." Ucap Cinta dan hendak membuka pintu mobilku yang benar-benar menyulut emosiku. Dengan cepat aku mengunci pintu mobil agar Cinta tidak bisa keluar dari mobil.
"Lo bener mau jadi jalang gue?" Sentak ku dan membuat dia terkejut mendengarnya namun tetap mengangguk dengan penuh keraguan.
"Oke, gue akan bawa lo ke suatu tempat dan gue bakal muasin lo malam ini. Tapi jangan pernah berpikir untuk pergi dari gue setelah ini. Jangan pernah berpikir untuk merubah keputusan yang udah lo buat karena gue gak akan berubah pikiran juga untuk jadiin lo jalang gue." Sentak ku dan langsung melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi menuju suatu tempat dimana aku belum pernah sekalipun mengajak perempuan lain ke sana kecuali saat ini, Cinta yang hendak aku bawa ke sana.
♥️♥️♥️
hai...hai...hai...
masih sepi aja nih... kuylah ramein like, komen dan vote kalian untuk author, biar author makin semangat nulisnya... 😊😊😊
yang udah vote, makasih yaa, aku do'ain kalian banyak rezekinya...
terimakasih 🙏 🙏 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
MyRosse🥀
rumit banget hidup lo cin..🤧
2020-02-28
0
Akira
Ini banyak yg lue loncatin ceritanya, cha?
Ko episode segini udah sampek si cowok ena-ena sama karin?🤔
2020-01-12
0
Zuii AuLiera Chiedliey
lanjut y KK jgn LM x up nya..😂
2020-01-08
1