AUTHOR POV
Cinta yang sudah beberapa hari tidak masuk kuliah dan juga kerja karena harus merawat mamanya yang sedang sakit akhirnya memutuskan untuk memulai aktifitasnya kembali hari itu karena merasa tidak enak hati jika harus meninggalkan tanggung jawabnya terlalu lama.
Pagi itu Cinta berniat untuk pergi ke kampus terlebih dulu untuk menemui dosen pembimbing PPL dan juga membantu Aldo mengurus UKM nya, lalu siang hari Cinta akan ke kantor untuk membantu pekerjaan Alfin.
Namun, sebelum Cinta berangkat ke kampus, seorang gadis datang menemui Cinta dan dengan tegas memberi peringatan pada Cinta untuk menjauhi Dimas.
"Lo siapa? Lo gak berhak ngelarang-ngelarang gue deket sama Dimas, karena Dimas itu pacar gue," tanya Cinta pada gadis itu.
"Gue Karin, gue anak pemilik perusahaan tempat Dimas bekerja dan gue calon istrinya Dimas," jawab Karin memperkenalkan diri dan menjelaskan hubungannya dengan Dimas.
"Kami akan menikah bulan depan. Jadi gue harap lo jauhin Dimas atau gue akan buat hidup lo menderita karena sudah berani deketin calon suami gue," lanjut Karin yang kemudian langsung pergi meninggalkan Cinta yang masih mematung, mencerna semua ucapan Karin.
Deg...
Setelah tersadar dari lamunannya sontak hati Cinta remuk, hancur mendengar ucapan Karin. Dia tidak menyangka jika Dimas akan tega mengkhianatinya. Cinta benar-benar shock mendengar pengakuan Karin jika bulan depan Dimas akan menikah dengan wanita itu, bukan dirinya, gadis yang Dimas cintai sejak beberapa tahun lalu, Cinta yang selalu menemani Dimas saat laki-laki itu berada dititik terendahnya. Apa ini? Kenapa hanya dalam waktu sekejap semuanya berubah? Benak Cinta dipenuhi oleh tanda tanya kenapa Dimas begitu tega melakukan ini padanya. Bukankah Dimas yang berjuang mati-matian untuk mendapat kepercayaan darinya? Lalu mengapa sekarang Dimas berpaling pada wanita itu?
Cinta berusaha menetralkan diri, dia berusaha bersikap biasa saja dan tetap melanjutkan aktifitasnya, mungkin nanti Cinta akan meminta penjelasan pada Dimas. Lebih penting baginya saat ini dia menemui dosen pembimbing PPL, Aldo dan juga Alfin.
Dengan langkah gontai cinta berjalan ke area kampus menuju ruang dosen untuk melakukan bimbingan terkait PPL nya nanti. Kemudian langsung menemui Aldo di basecamp UKM nya setelah selesai urusannya dengan dosen tersebut.
"Lo baik-baik aja, Cinta?" tanya Aldo yang melihat Cinta tidak fokus dan terus melamun dan tentu saja teguran Aldo mampu membuyarkan lamunan Cinta.
"Eh iya kenapa, kak?" tanya Cinta.
"Lo baik-baik aja kan? Lo ada masalah? Ngelamun gitu dari tadi!" tanya Aldo mengulang pertanyaannya.
"Eng-enggak kok, kak. Gue gak papa. mungkin gue cuma lagi kepikiran mama aja," jawab Cinta yang tentu saja itu hanya alasan untuk menutupi suasana hatinya yang saat ini memang tengah kacau karena Dimas.
"Kenapa mama lo?" tanya Aldo.
"Mama udah beberapa hari ini lagi sakit, kak." jawab Cinta yang kali ini memang jujur atas keadaan mamanya yang sedang sakit.
"Kalau gitu lo pulang aja, gak papa biar gue yang handle semuanya. Toh bentar lagi anak-anak bilang mau ke sini kok," ucap Aldo.
"Mmm gak usah kak, gak papa kok. Mama juga udah baikan," sahut cinta.
"Hai! Bro!" sapa Alfin yang baru saja masuk ke basecamp UKM tersebut.
"Loh, Cin, mama lo udah sehat?" lanjut Alfin menanyakan keadaan mama Cinta karena melihat Cinta sudah mulai beraktifitas di UKM tersebut.
"Lo tau, Al kalau mamanya Cinta sakit?" tanya Aldo dengan mengerutkan dahinya.
"Iya, waktu itu Cinta telfon gue kalau mamanya sakit. Iya kan Cinta?" jawab Alfin sambil memastikan jawabannya pada Cinta dan gadis itu mengangguk menandakan apa yang Alfin katakan itu benar adanya.
"Kalian ada hubungan apa?" tanya Aldo yang ditujukan untuk Cinta dan juga Alfin.
"Eeehhh kak Aldo salah paham. Gue sama Alfin gak ada apa-apa. Dia cuma bos gue," jawab Cinta dengan cepat agar Aldo tak salah paham dengan hubungannya dengan Alfin.
"Bos?" tanya Aldo seraya menatap Alfin dan Cinta secara bergantian seolah mengintrogasi karena menaruh kecurigaan pada keduanya.
"Tatapan lo gitu banget, bro! Dia kerja di perusahaan bokap gue sebagai asisten gue. Part time sih dan waktunya juga fleksibel jadi gak akan ganggu kegiatan dia yang lain terutama kuliah kita." Ucap Alfin.
"Oh, gue kirain gitu kalian ada hubungan. Gak terima rasanya gue kalo lo mainin Cinta." ucap Aldo sinis sambil menatap Alfin.
"Kamu suka sama Cinta?" tanya seorang gadis yang tak lain adalah Alice, kekasih Aldo.
"Eeehhh sayang, gak kok bukan gitu maksudku. Aku cuma anggap Cinta adik aja," ucap Aldo yang tak ingin membuat kekasihnya salah paham.
"Tenang aja, gue juga gak minat sama kak Aldo. Bukan tipe gue kok," ucap Cinta.
"Hahahaaa, iya, iya gue tau itu," sahut Alice sambil tertawa dan menghampiri Aldo yang kemudian melingkarkan tangannya di lengan Aldo.
"Hadeuch, bucin juga lo, bro," ucap Alfin yang ditujukan pada Aldo.
"Makanya lo tobat deh jadi playboy biar tau rasanya mencintai dan dicintai," cibir Alice.
"Sial lo. Entar gue tobat malah lo yang suka sama gue. Ogah deh gue. Mending gue playboy aja deh dari pada disukain dedemit kayak lo," sahut Alfin yang langsung mendapat beberapa jitakan dikepalanya. Tentu saja pelakunya adalah Aldo, Cinta, dan juga Alice.
"Sakit, bego!" seru Alfin.
"Lo seneng banget ya jadi cowok brengsek? Mempermainkan hati banyak cewek! Gak inget lo kalau mama lo juga perempuan? Lo begitu sama aja lo nyakitin mama lo sendiri," ucap Cinta yang tanpa sadar membuat emosi Alfin memuncak.
"Kalau lo gak tau apa-apa tentang keluarga gue, gak usah asal ngomong, atau lebih baik lo tutup mulut lo." ucap Alfin dengan nada dingin sambil menatap Cinta tajam namun entah apa arti dari tatapan Alfin itu. Namun Cinta yang memang memiliki perasaan sensitif dapat melihat amarah dan kekecewaan mendalam dari tatapan Alfin tersebut.
Setelah mengucapkan itu, Alfin langsung bergegas pergi dari basecamp itu untuk menetralkan perasaannya. Dia tidak ingin jika sampai amarahnya sampai melukai Cinta. Untuk diketahui saja, Alfin tidak akan segan-segan melukai siapa saja yang sudah berani mengungkit tentang mamanya. Tapi karena kali ini Cinta yang berani menyebut soal mamanya dihadapannya, Alfin lebih memilih pergi. Tentu saja Alfin tidak ingin melukai Cinta karena pada dasarnya, Alfin saat ini mencintai gadis itu.
Cinta yang merasa bersalah walaupun dia tidak memahami apa yang terjadi pada Alfin, segera mencari Alfin untuk meminta maaf atas apa yang sudah ia katakan pada laki-laki itu.
Cinta berkeliling fakultas Alfin untuk mencari keberadaan laki-laki itu namun Cinta tak juga bisa menemukan laki-laki itu. Cinta benar-benar merasa bersalah hingga ia cemas memikirkan laki-laki itu takut jika Alfin akan meluapkan emosinya pada hal yang tidak-tidak.
"Cinta!" Panggil seseorang yang tak lain adalah Salsa, cinta menoleh keasal suara tersebut.
"Salsa, Rio," gumam Cinta.
'Mungkin Rio tau dimana Alfin. Mereka kan bersahabat,' batin Cinta.
"Rio, lo lihat Alfin gak? Gue cari dia dari tadi tapi gak ketemu," tanya Cinta.
"Alfin? Gak tuh gue gak lihat. Dari tadi gue sama Salsa dan belum ketemu Alfin sama sekali. Ada apa?" Jawab Rio.
"Mmm gimana ngomongnya ya, gue tadi kayak salah ngomong deh sama Alfin. Terus dia marah dan pergi," ucap Cinta menjelaskan kenapa dirinya mencari Alfin.
"Emang lo ngomong apaan sampek Alfin marah?" Tanya Rio penasaran.
"Mmm tadi gue bilang kalau dia itu harusnya berubah, gak usahlah jadi playboy nyakitin perempuan lagi. Toh mama dia kan perempuan, kalau dia nyakitin perempuan, sama aja dia nyakitin mamanya," jawab Cinta.
"Shit! Pantes aja si Alfin marah. Dia itu paling gak suka kalau ada yang bahas-bahas soal mamanya," ucap Rio dengan nada suara yang sedikit ditinggikan.
"Ikut gue!" Lanjut Rio seraya menarik tangan Cinta menuju ke suatu tempat yang juga diikuti oleh Salsa.
"Yo, mau kemana?" Tanya Salsa penasaran namun Rio hanya bungkam sambil terus menarik tangan Cinta.
"Lihat itu!" Ucap Rio pada Cinta menunjukkan keberadaan Alfin yang sedang bermain basket namun dengan raut wajah yang kacau dengab permainan yang penuh dengan emosi.
"Buat Alfin, mamanya udah mati. Mamanya pergi ninggalin dia dan papanya sekitar tujuh belas tahun yang lalu. Mamanya pergi dengan laki-laki lain yang lebih tajir, ninggalin mereka saat papanya mengalami kebangkrutan," ucap Rio menjelaskan mengapa Alfin sampai semarah itu jika ada seseorang yang membahas soal mamanya.
"Gue harap lo jangan pernah bahas soal wanita itu lagi dihadapan Alfin," lanjut Rio memberi peringatan pada Cinta.
Cinta hanya diam mematung sambil menatap Alfin dengan perasaan yang sangat menyesal setelah mendengar penjelasan Rio. Seketika itu juga hati Cinta tergerak ingin menolong Alfin untuk lepas dari keterpurukannya. Cinta yakin jika Alfin sebenarnya memiliki sisi yang sangat baik mengingat beberapa hari mereka bersama dan sering berkomunikasi membuat Cinta sedikit banyaknya mulai memahami karakter Alfin yang sebenarnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Rio yang menahan Cinta saat hendak pergi.
"Gue mau nenangin Alfin," jawab Cinta.
"Mending lo jangan ganggu Alfin dulu atau Alfin bisa aja berbuat kasar sama lo!" Ucap Rio memperingatkan Cinta.
"Lo tenang aja," sahut Cinta yang kemudian langsung bergegas menghampiri Alfin.
Rio dan Salsa hanya diam dan memperhatikan dari jauh, walaupun mereka khawatir jika Alfin akan melakukan hal yg tidak-tidak pada Cinta, namun mereka juga tidak bisa menahan Cinta karena gadis itu terlihat begitu yakin jika dia bisa menenangkan hati Alfin.
Mereka memperhatikan apa yang Cinta lakukan hingga mereka membelalakkan mata mereka saat melihat Cinta memeluk Alfin dan membuat Alfin menghentikan kegiatan bermain basketnya.
"Please, stop! Gue minta maaf," ucap Cinta lirih.
Alfin yang sedikit terkejut atas apa yang Cinta lakukan hanya bisa diam. Entah karena apa, pelukan Cinta begitu sangat menenangkan untuk Alfin. Amarah yang begitu menggebu tadi, seolah lenyap begitu saja karena pelukan hangat dari Cinta.
"Al, maafin gue. Gue bener-bener gak ada maksud untuk bahas soal itu. Please maafin gue," lirih Cinta.
"Cinta, lo kalau mau meluk gue jangan dilingkungan kampus, nanti aja pas di ruangan kerja aja, biar gak ada yang lihat," goda Alfin.
Plak...
Suara tamparan terdengar jelas ditelinga Alfin. Bukan, bukan Cinta yang namparnya. Melainkan Cinta yang mendapat tamparan dari seseorang, dan Alfin begitu geram mengetahui orang yang berani-beraninya menyakiti gadis yang ia cintai.
"Dasar cewek gatel! Gak tau malu lo ya meluk-meluk cowok orang. Gue peringatin lo, jangan pernah lo deketin Alfin atau...." Ucap Felly yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Atau apa? Inget ya Fel, kita gak pernah ada hubungan apapun dan gue bukan cowok lo," tegas Alfin setelah memotong ucapan Felly.
"Maksud kamu apa, Al? Aku cinta sama kamu, dan kita, kita sudah sering melakukan hal itu, Al!" Ucap Felly.
"Kita lakuin itu karena lo yang minta," bentak Alfin.
Deg...
Entah kenapa mendengar obrolan Alfin dan Felly hati Cinta terasa sakit, tapi tidak mungkin karena Cinta menyukai Alfin, mungkin saja karena sifat Alfin yang selalu mempermainkan perempuan membuat Cinta juga merasakan kepedihan yang Felly rasakan saat ini karena Alfin yang tak mau mengakui hubungan mereka.
Cinta yang tak tahan mendengar perdebatan yang semakin lama semakin menyakitkan hatinya itu memilih untuk pergi meninggalkan Alfin berdua dengan Felly. Cinta tak menghiraukan saat Alfin memanggil namanya dan menahannya untuk tetap di sana.
♥️♥️♥️
CINTA POV
"Kenapa rasanya sakit?" Gumamku sambil berlari menjauh dari Alfin dan Felly hingga sebuah tangan kekar berhasil menarik tubuhku dalam pelukannya.
"Maaf," ucap seseorang tersebut yang ku yakini dia adalah Alfin, karena aku begitu hafal suara ini. Suara yang beberapa hari ini selalu menemaniku.
Aku tak berusaha melepas pelukannya karena jujur saja aku nyaman dengan pelukan ini. Pelukannya begitu hangat dan membuat perasaanku menjadi tenang.
"Maaf, aku janji tidak akan mempermainkan perasaan perempuan lain lagi. Aku janji ini terakhir kalinya aku mempermainkan mereka," lanjutnya yang terdengar sangat tulus.
Aku tak bergeming, kalimatnya seolah menghipnotisku hingga jari-jarinya memegang daguku dan mendongakkan wajahkau agar menghadap padanya, dia menatapku intens, tatapannya begitu tajam namun mampu menyejukkan hatiku.
"Tolong maafin aku," ucap Alfin lagi.
"Jangan minta maaf sama aku, Al! Harusnya kamu minta maaf sama mereka yang sudah kamu sakiti," sahutku.
"Iya, nanti aku minta maaf sama mereka, tapi sekarang aku minta maaf sama ka- eh kok gue manggil aku - kamu ya? Ah bodolah. Intinya gue minta maaf sama lo," ucap Alfin sambil melepas pelukannya padaku.
"Cinta, Alfin," panggil Rio, kami pun langsung menoleh pada Rio.
"Cinta, kita kayaknya udah telat deh ke kantor! Kita berangkat sekarang yuk!" Ajak Alfin yang sangat terlihat sekali jika saat ini dia sedang menghindari Rio.
"Eits, kalian mau kemana? Kita capek tau ngejar kalian!" Ucap Salsa.
"Kita lagi sibuk, mau ke kantor," ucap Alfin ketus.
"Jangan galak-galak dong! Tadi lo udah janji ya gak akan nyakitin cewek," ucapku mengingatkan Alfin.
"Apaan sih, gue gak nyakitin dia, Cinta!" seru Alfin.
"Lo ketus sama Salsa sama aja lo nyakitin dia! Cewek itu gak mau di kasarin!" sahutku.
"Iya, iya sorry," ucap Alfin.
"Hahahaaa, baru kali ini gue lihat lo takluk di hadapan cewek, Al," ucap Rio sambil tertawa dan itu sukses membuat Alfin salah tingkah. Aku yang sangat gemas melihat tingkah Alfin langsung terbahak.
.
.
.
.
.
.
Maaf guys kalau aku lompati ceritanya. Tadinya mau lanjutin part Dimas yang ketahuan mamanya di rumah Karin. Tapi khawatir ceritanya gak nyambung dari cerita awal karena emang aku masih meraba-raba juga sih untuk part itu, jadi aku lompati ke beberapa hari kemudian. Tapi tetap aku usahakan nulis part Dimas yang menjelaskan ke mamanya. Tapi mungkin nanti. Aku cari timing yg pas dulu kali ya...
semoga kalian tetep suka ya!!!
Happy reading guys...
#UQYI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
R@🦢
jgn bahas dimas lah..maless
2020-03-30
0
Parasitisme
udah aku fav ya. nnti lanjut lagi bacanya 😊
smngat
2020-02-17
1
Dik_A
Maaf belum bisa up karena kemarin ada misskomunikasi dikit sama author aslinya. 😁😁😁
insyaallah hari ini akan ada chapter baru.
happy reading guys.
#UQYI
2020-01-22
0