Papa dan Cinta?

CINTA POV

"Sa, gue ke base beel dulu ya, kak Aldo lagi butuh bantuan gue nih." Ucapku setelah menerima pesan dari kak Aldo yang sedang sibuk di basecamp ukm Bulutangkis karena hari ini adalah hari terakhir pendaftafan anggota baru ukm.

"Oke, entar kalau lo udah kelar, lo telfon gue aja. Terus kita langsung ke bandara. Toh sekarang cuma setor tugas doang kan!" seru Salsa.

"Oke." Jawabku sambil berlalu dan pergi ke base anak-anak bulutangkis.

"Hai kak Aldo! Cinta cantik datang." Seru ku setibanya di basecamp.

"Eh cepet banget datengnya, baru juga di chat, udah dateng aja." Jawab kak Aldo.

"Ouh, jadi maunya gue datengnya lama?"

"Ya bukannya gitu, lo kan biasanya lama banget kalo di suruh ke sini. Ini tumben-tumbenan cepet. Gak ada kuliah emang?" Tanya kak Aldo dengan nada lembut.

"Gak ada kak, hari ini gue cuma setor tugas doang. Oh iya kak, apa nih yang bisa gue bantu?" Ucapku menanyakan apa yang harus aku lakukan.

"Ouh, pantes cepet. Ini, Cin, tolong lo pindahin data-data anggota baru ke laptop gue ya, gue capek banget, anak-anak lain pada sibuk sama tugas kuliah. Entar kalo lo capek, bilang aja, nanti kita gantian." kata kak Aldo seraya memberikan laptopnya dan setumpukan formulir pendaftaran anggota baru.

"Wih, udah banyak ya kak!" seruku.

"Tau nih, tahun ini pendaftarnya membeludak." jawab kak Aldo.

"Ini mah kayaknya efek Asian Games kemarin deh, kak. Apa lagi ini yang daftar banyak yang cewek, fix sepertinya mereka fansnya si Jonatan Christie atau Kevin Sanjaya." Ucapku sambil tertawa.

"Bisa aja lo, Cin." saut kak Aldo dan jariku mulai menari-nari di atas keybord laptop milik kak Aldo, hingga beberapa saat kemudian ada orang lain yang masuk ke dalam basecamp.

"Hai, bro!" suara seseorang yang menyapa kak Aldo. Namun sepertinya aku mengenali suara itu.

"Eh Alfin cs. ada apa nih bro, kalian kemari?" sapa balik kak Aldo, dan benar saja tebakanku saat kak Aldo menyebut namanya.

"Kita ke sini mau daftar ukm lo." ucap Alfin tanpa basa-basi.

"Apa? Ngapain dia mau daftar? Bukannya dia udah jadi kapten tim basket? Pasti ada yang gak beres nih." batinku.

"Masih buka kan pendaftarannya?" lanjutnya.

"Oh, masih kok. Tapi bukannya kalian anak basket, dan lo, Al, lo kan kapten tim?" Tanya kak Aldo yang mewakili pernyataan hatiku juga.

"Kita berhenti di basket. Bosen." Jawab Alfin santai.

"Siapa nih? Pacar lo?" Tanya Alfin pada kak Aldo sambil menunjuk kearahku yang sedari tadi masih tertunduk dan fokus pada laptop walaupun sebenarnya tujuanku adalah menghindari berinteraksi dengannya.

"Bukan, dia salah satu orang kepercayaan gue di sini, dan kebetulan juga dia salah satu pemain andalan kita di sektor ganda campuran dan ganda putri." kak Aldo menjelaskan tentang keberadaanku.

"Lo gak ada niatan buat ngenalin ke gue?" tanya Alfin.

"Hahahaa, sorry bro, dia namanya Cinta. Tapi sorry, kali ini lo jangan ganggu dia, kalo cewek lain, terserah lo lah, tapi kalo Cinta, gue gak akan biarin lo ganggu dia." Ucap kak Aldo memperkenalkan nama ku pada Alfin seraya memberinya peringatan.

"Oh, nama lo Cinta? Senang bisa ketemu lagi sama lo. Gue Alfin. Gue harap lo gak lupa sama gue, orang yang lo tampar beberapa hari lalu." Ucapnya seraya mengulurkan tangannya untuk mengajakku berjabat tangan sambil mengingatkanku kejadian tempo hari.

Melihat tangan Alfin yang tetap menggantung berharap balasan dariku, akhirnya aku mendongakkan kepalaku memberanikan diri menatapnya. Walaupun hati kecilku sebenarnya takut jika Alfin merencanakan sesuatu untuk membalas tamparanku.

"Lo mau ngapain ke sini?" tanyaku ketus sambil menepis tangannya.

"Lo gak denger kalau gue ke sini karena gue dan dua temen gue ini mau gabung di ukm kalian. Atau jangan-jangan lo budek ya? Perasaan gue ngomongnya tadi juga keras." jawabnya tak kalah ketus.

"Sorry, gue lagi fokus ngetik. Jadi gak ngeh kalau ada kucing garong masuk ke sini untuk daftar jadi anggota baru." ucapku sambil menatapnya seolah sedang menantangnya.

"Apa lo bilang? Lo nyebut gue apa tadi?" Tanyanya memastikan ucapanku.

"KU-CING GA-RONG. Kenapa emang? Ada masalah?" Ucapku dengan penuh penekanan di awal dan kemudian membalikkan pertanyaannya.

"Lo gak terima gue sebut lo kucing garong? Atau lo mau bales tamparan gue? Nih silahkan tampar, bales tamparan gue waktu itu!" Ucapku menantangnya sambil mengarahkan sebelah pipiku pada Alfin. Alfin mendekat padaku hingga wajah kami hanya berjarak 5 cm.

"Sayangnya gue lagi gak mood nampar cewek. Gue maunya cium lo. Gimana?" Ucapnya pelan yang sukses membuatku membulatkan mata dan siap untuk menamparnya lagi.

"Eits, gak bisa, gue gak akan biarin lo nampar gue untuk kedua kalinya." Ucapnya lembut namun tatapannya begitu tajam sambil menangkis tanganku yang sedikit lagi menyentuh pipinya dengan kasar.

"Al, udah deh, gue peringatin lo, jangan dia. Cewek lain, silahkan! Tapi jangan Cinta." Ucap kak Aldo yang kini menengahi kami.

"Sorry, bro, gue cuma mau ngingetin dia atas tamparannya ke gue beberapa hari lalu." ucap Alfin.

"Tamparan? Cinta nampar lo? Kok bisa?" Tanya kak Aldo penuh selidik.

"Dia numpahin minuman gue makanya gue marah dan nampar dia kak." jawabku mendahului Alfin.

"Hahahaa, cuma gara-gara minuman lo ditampar Cinta. Hebat lo Cinta bisa nampar nih playboy tengil. Eh tapi lo gak ada niatan buat balas dendam kan Al? Sampai-sampai lo mau masuk ke ukm kita?" ujar kak Aldo yang entah itu memujiku atau meledek Alfin dan kemudian memastikan tujuan Alfin ikut ukm ini.

"Sorry, gue emang playboy tapi pantang buat gue bales tamparan cewek." Ucap Alfin namun tetap tidak membuatku merasa lega.

"Ya udah, ini gimana? Gue mau daftar masih bisa kan?" lanjutnya.

"Gak bisa. Udah ditutup, formulirnya udah habis." Jawabku dengan cepat.

"Gak bisa gitu dong, kan tadi Aldo masih bisa! Kenapa lo bilang gak bisa?" ucap Alfin yang mencoba mendebatku.

"Iya karena tiba-tiba formulirnya habis." ucapku sambil melipat kedua tanganku di depan dada.

"Masa sih, Cin? Bukannya masih lumayan banyak ya? Tadi kan udah aku print lagi formulirnya!" tanya kak Aldo.

"Duh, kak Aldo, gak bisa diajak kompromi banget sih?" batinku.

"See, Aldo bilang bisa, so sekarang mending lo ambilin tiga formulir buat kita." ucap Alfin memerintahku dan karena permintaan kak Aldo, akhirnya akupun mengambil formulir untuk mereka bertiga.

"Nih, kalian isi sekarang juga karena mau langsung gue masukin data kalian." ucapku seraya menyerahkan formulir untuk mereka bertiga.

"Cinta." Panggil seseorang yang sangat aku hafal suaranya.

"Eh, tumben lo ke sini, Sa? Tapi gue belum kelar nih, lagian ke bandaranya juga masih lama. Lo bosen ya? Lo tunggu di sini aja gak papa." Ucapku pada Salsa.

"Sorry, Cin, kayaknya gue gak bisa nganter lo deh ke bandara? Soalnya gue mau jalan sama Rio." Ucap Salsa ragu dan seketika itu juga gue menoleh pada Rio yang juga tengah menatapku.

"Mmm, ya udah gak papa, gue bisa berangkat sendiri kok." Ucapku lembut dengan menampilkan senyum pada Salsa. Walaupun sebenarnya aku khawatir pada Salsa karena aku tidak percaya pada Rio, tapi karena Salsa juga terlihat senang saat bersama Rio, akupun mengalah tapi tetap mengawasi tingkah Rio.

"Lo gak papa kan? Gue bener-bener gak enak sama lo, Cin." ucap Salsa yang betul-betul merasa tak enak hati padaku.

"Gue beneran gak papa kok, Sa. Lo nyantai aja." Ucapku.

♥️♥️♥️

ALFIN POV

Mendengar gadis itu adalah anak ukm bulutangkis entah kenapa hati ini tergerak untuk masuk ke ukm yang sama dengannya. Dengan terburu-buru aku menyeret Rio dan juga Fery ke basecamp bulutangkis untuk mendaftarkn diri mengikuti ukm tersebut. Aku tak peduli lagi dengan statusku saat ini yang merupakan kapten tim basket, tujuanku saat ini hanya satu, yaitu selalu bertemu dengan gadis itu untuk membuatnya marah. Entah kenapa kemarahannya menjadi hiburan tersendiri untukku, wajahnya yang terlihat kesal membuatku gemas dan selalu membuatku selalu ingin melihatnya.

Sesampainya di sana, hatiku merasakan sesuatu yang benar-benar aneh, sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Jantungku rasanya melompat-lompat di dalam sana, senyum lebar langsung tersungging di bibirku tanpa bisa aku tahan. Terlebih saat aku melihat sosok gadis yang sudah dua hari ini membuatku kacau sekaligus senang dalam waktu yang bersamaan.

Aku menghampirinya, namun untuk menjaga gengsiku, aku menyapa Aldo, ketua ukm bulutangkis dan berpura-pura tidak mengenalinya. Saat aku memperkenalkan diri padanya setelah Aldo menyebutkan siapa namanya, gadis itu menatapku dengan tatapan tajam menepis tanganku dan dengan ketus ia membalas perkenalanku. Aku tidak marah, aku juga tidak kecewa atas tingkahnya. Dimataku dia gadis yang lucu dan aku merasa dia sudah memiliki tempat di hatiku. Kemarahannya membuat ku gemas, penolakannya seolah dia sedang menantang adrenalinku untuk bisa semakin dekat dengannya. Apa aku mulai menyukainya? Entahlah. Yang jelas aku ingin selalu berada di dekatnya, melihatnya marah dan menatapku tajam, itu yang membuat hatiku senang.

Kemudian seorang gadis lain yang aku tau namanya adalah Salsa, gadis yang membuat Rio tergila-gila, gadis itu juga sahabatnya Cinta datang ke basecampe beel. Dia menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa mengantar Cinta ke bandara karena Rio mengajaknya untuk berkencan. Sesaat aku melihat perubahan raut wajah Cinta, ada sedikit kecemasan namun entah apa yang ia cemaskan. Namun tak lama Cinta menampilkan senyumnya yang terlihat begitu manis dimataku menandakan bahwa dirinya baik-baik saja. Dan mendengar percakapan dua gadis itu aku memikirkan sesuatu untuk bisa lebih dekat dengan Cinta hari ini. Aku menawarkan diri mengantarkannya ke bandara, namun gadis itu terlihat ragu, aku paham, mungkin Cinta takut aku akan melakukan hal yang tidak ia inginkan.

Kemudian dengan beralasan bahwa aku akan menjemput papa juga di bandara karena memang hari ini kebetulan papa juga pulang dari Surabaya dan kebetulan juga hari ini aku membawa mobil ke kampus, akhirnya Cinta mau menerima tawaranku walaupun masih terlihat keraguan di matanya.

Dalam perjalanan menuju bandara, tak ada satupun diantara kami yang membuka suara. Kami hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesekali aku mencuri pandang kearahnya, beruntungnya dia tidak menyadari itu. Entah mengapa perjalanan ke bandara kali ini begitu berarti untuk ku. Aku benar-benar merasa senang.

Baru pertama kali ini aku merasa senang bersama dengan seorang gadis tanpa adanya nafsu untuk melepaskan hasratku, melainkan betul-betul cukup merasa senang hanya karena bisa bersamanya.

dddrrrtttt...dddrrrtttt...dddrrrtttt...

Ponsel Cinta bergetar dengan nada panggilan yang tidak begitu keras. Dia menerima telfon itu dengan begitu ceria sungguh membuatku semakin menyukai senyumnya. Namun sebuah kalimat yang ia ucapkan pada seseorang disebrang telfon sana sebelum akhirnya Cinta mengakhiri panggilan telfon itu cukup membuat dadaku terasa sesak.

"I love you, too. See you on this weekend, honey."

Kalimat itu dan diakhiri dengan kiss bye, benar-benar membuat dadaku terasa diremas-remas. Bisa ku tebak jika yang baru saja menelfonnya adalah kekasih Cinta. Baru kali ini aku merasa ingin marah karena seorang gadis yang bahkan tidak ada hubungan apapun denganku berbicara mesra dengan laki-laki lain yang sebenarnya memang memiliki hak untuk melakukannya dari pada aku.

Aku berusaha sebisa mungkin menetralkan perasaanku yang tiba-tiba saja kacau karena Cinta. Aku menepis semua rasa yang berkecamuk dalam dadaku, hingga tak terasa kamipun sampai di bandara.

"Lo masuk aja duluan, gue mau cari minum, haus!" seruku dan Cinta tanpa menjawabku langsung menuju area kedatangan untuk menunggui om nya yang pesawatnya diperkirakan akan sampai 15 menit lagi.

Sesuai dengan ucapanku, akupun pergi ke minimarket untuk membeli air minum untukku dan untuk Cinta kemudian aku mencari Cinta dan mendapatinya sedang berbicara dengan seseorang yang aku kenal. Aku mendekat untuk menguping apa yang sedang mereka bicarakan.

"Baiklah, Cinta, kalau kamu menerima tawaran om, besok kamu bisa datang ke rumah om. Alamatnya sudah tertera di kartu nama itu." ucap papaku seraya menunjukkan alamat pada kartu nama yang papa berikan untuk Cinta.

"Oke om, makasih ya." balas Cinta dan langsung memeluk papa.

"Papa, Cinta! Ada hubungan apa mereka? Apa papa dan Cinta.... Aaa gak, gak mungkin. Papa gak mungkin suka sama daun muda. Tapi Cinta memeluk papa, tadi dia juga mengatakan i love you di telfon, apa tadi dia sedang berbicara dengan papa di telfon? Bagaimana mungkin? Dari mana mereka saling mengenal?"

Batinku semakin berkecamuk. Begitu banyak pertanyaan dalam hatiku tentang papa dan Cinta. Begitu sakit rasanya melihat Cinta dengan papa hingga aku memutuskan untuk menunggunya di dalam mobil dan menghubungi Cinta.

"Aargghh sial. Gue kan gak punya nomernya tuh anak. Gimana coba?" Gumam ku sampai akhirnya nama Rio terlintas begitu saja di kepalaku.

Segera aku menghubungi Rio untuk meminta nomor ponsel Cinta pada Salsa, mengingat Rio dan Salsa saat ini sedang bersama.

"Rio, tolong mintain nomernya Cinta ke Salsa. Terus kirim ke gue secepatnya." ucapku pada Rio di sebrang telfon.

"....."

"Gak perlu banyak tanya, lakuin aja apa yang gue minta." Ucapku tak ingin di bantah dan langsung menutup panggilan telfonku pada Rio.

Beberapa detik kemudian ada notif chatting dari Rio tertera di layar ponselku, dan setelah aku buka, Rio benar mengirimiku nomor ponsel Cinta dan tak membuang waktu lama, aku langsung menghubungi Cinta.

♥️♥️♥️

hai...hai...hai...

jangan lupa like dan komennya yaa...

vote untuk hibahin sedikit poin dan koin untuk karya ini juga boleh kok... author seneng banget malah, dan kalian juga bisa dapat pahala...

terimakasih 🙏 🙏 🙏

Terpopuler

Comments

Phipin Hariati

Phipin Hariati

kereeennn
lanjut thorrr

2020-01-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!