GADIS KESAYANGAN CEO
Sebuah rumah yang mewah dan bahagia terlihat dari seberang jalan yang agak sepi saat malam hari.
Banyak lampu taman yang menyinari taman yang luas itu.
Tampak dari depan dua orang satpam sedang berjaga-jaga di depan pintu pagar melihat situasi agar aman dan terkendali.
Dari kamar ada seorang wanita yang sedang merapikan pakaian suaminya masuk ke dalam koper besar.
Wanita cantik itu adalah Yurika.
Wanita berdarah jepang yang menikah dengan seorang pengusaha kaya bernama Raldi.
Mereka menjalani pernikahan sudah hampir 2 tahun, namun mereka belum di karuniai seorang anak.
Raldi keluar dari kamar mandi dan memakai pakaiannya.
"Sayang, apa pakaianku sudah masuk kedalam koper?" Tanya Raldi pada istrinya.
"Sudah, sayang." Sahut Yurika.
Yurika pun membantu suaminnya memakai baju.
Ia membantu suaminya mengancingkan kemejanya.
"Sayang, perginya jangan lama-lama ya." Kata Yurika pada suaminya.
"Iya, cuma 3 hari saja, setelah semuanya selesai aku akan segera pulang." Kata Raldi mencium kening istrinya.
"Hati-hati dirumah ya selama aku pergi ke inggris." Kata Raldi pada Yurika.
Setelah selesai berpakaian, Yurika mengantar Raldi ke depan pintu rumahnya.
Raldi kembali mencium kening istrinya dan kemudian pergi menaiki mobil mewah menuju ke bandara.
Lama Yurika menatap kepergian suaminya itu, lalu ia masuk kembali ke dalam kamarnya.
Yurika duduk di tepi ranjang sambil membaca novel yang ia sukai sebelum tidur.
Tak lama kemudian masuklah seorang pelayan yang sudah lama bekerja dengannya dan sangat setia padanya.
Nama pelayan itu adalah Bibi Inah. Di usianya yang sudah paruh baya namun ia masih kuat bekerja melayani majikannya itu.
"Nyonya, ini teh hijaunya." Kata Bibi Inah pada Yurika.
"Terima kasih ya." Ucap Yurika.
Bibi Inah kembali ke dapur setelah Yurika habis meminum secangkir teh hijau buatannya.
Malam semakin larut, Yurika merasakan kantuknya setelah membaca novel yang di tangannya.
Ia merebahkan tubuhnya dan menarik selimut menutupi tubuhnya yang hanya menggunakan pakaian tidur tipis.
Yurika pun memejamkan matanya dan terlelap.
Waktu menunjukan pukul 2 pagi.
Salah satu satpam tampak tertidur di pos jaganya dan satunya lagi masih terjaga sambil mendengarkan radio di ponselnya.
Tiba-tiba ada sebuah benda yang di lemparkan ke arah pos satpam itu dan benda itu mengeluarkan asap yang tebal.
Satpam terbatuk-batuk dan merasakan perih pada matanya.
Lalu masuklah beberapa orang pria betubuh tegap dengan memanjat pintu pagar.
Pria-pria bertopeng itu menyergap kedua satpam itu dan menutup mulut mereka dengan sapu tangan yang sudah di berikan obat bius.
Kedua satpam itu langsung pingsan tergeletak di tanah.
Setelah selesai mengatasi kedua satpam itu, pria-pria bertopeng masuk kedalam rumah dengan membobol pintu.
Dengan mudahnya mereka kini sudah berada di dalam rumah yang mewah itu.
Mereka mengambil beberapa barang yang mereka anggap berharga.
Saat itu Bibi Inah sedang di dapur ingin mengambil air minum, dan melihat pria-pria bertopeng masuk untuk merampok rumah.
Bibi Inah menjerit ketakutan saat melihat pria-pria bertopeng itu.
Mereka lantas membekap mulut Bibi Inah dan saat Bibi Inah berontak menggigit tangan salah seorang dari mereka, meletakkan sebuah pisau lipat tepat di leher Bibi Inah untuk membuatnya berhenti berontak.
Yurika terbangun mendengar suara jeritan Bibi Inah yang terdengar samar-samar.
Dirumah itu hanya ada 3 orang pelayan saja.
Kebetulan 2 pelayan lainnya sedang pulang kampung, jadi hanya Bibi Inah saja yang menemani Yurika di dalam rumah.
Yurika keluar dari kamarnya dan menuju kearah dapur untuk melihat apa yang terjadi.
Ia pun melangkah dengan cepat.
Ia terkejut saat melihat pria bertopeng sedang mengikat tubuh Bibi Inah di salah satu kursi yang ada di dapur.
Sangking kagetnya ia mundur dan tanpa sengaja menyenggol benda hingga terjatuh.
Suara benda jatuh itu menarik perhatian para pria yang lainnya.
Mereka melihat Yurika yang sedang berlari menaiki anak tangga untuk masuk kedalam kamarnya.
Mereka mengejar Yurika dan menangkap kakinya.
Yurika pun terjatuh dan pakaian tidur yang tipis itu tersingkap sehingga terlihatlah paha mulusnya oleh pria-pria bertopeng itu.
Mereka mendekati yurika dengan senyuman mesum.
"Jangan, pergi kalian! jangan!" Teriak Yurika.
"Dia sangat cantik! hahahaha." Kata salah seorang dari mereka.
"Apa mau kalian?" Tanya Yurika ketakutan.
"Kami ingin hartamu, cantik!" Sahut seorang lagi.
"Ambil yang kalian mau, tapi jangan ganggu aku." Kata Yurika menepis tangan mereka yang meraba-raba tubuhnya.
"Kami akan mengambilnya setelah puas bermain denganmu! hahahaha." Sahutnya lagi.
Mereka memperkosa Yurika di saat itu juga secara bergantian.
Yurika menjerit ketakutan saat mereka memperkosanya secara bergantian.
Yurika terkulai lemas setelah di perkosa oleh pria-pria itu.
Ia masih tergeletak di lantai dengan air mata yang mengucur dengan deras.
Para pria bertopeng itu pergi setelah mengambil apa yang mereka inginkan.
Yurika masih menangis tergeletak di lantai.
Kedua satpam itu tersadar dan merasakan nyeri pada kepalanya.
Beberapa saat kemudian, mereka bangun dan berlari ke dalam rumah yang pintunya sudah terbuka lebar.
Betapa kagetnya mereka melihat kondisi majikannya yang sudah di perkosa oleh beberapa pria yang merampok rumahnya.
Segera mereka menghubungi Raldi dan mengatakan semuanya melalui telepon.
Bibi Inah sudah terlepas dan membawa Yurika masuk ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya.
Air mata masih mengalir dari sudut mata Yurika.
Bibi Inah juga ikut menangis melihat kondisi Yurika saat itu.
"Sabar nyonya." Kata Bibi Inah.
"Mereka memperkosaku! tubuhku jadi sangat kotor!" Sahut Yurika dalam isak tangisnya.
"Apa suamiku sudah tau semuanya?" Tanya Yurika.
"Iya, nyonya. Tuan Raldi berpesan agar secepatnya menghubungi polisi." Kata Bibi Inah.
"Aku mohon jangan panggil polisi. Aku tak ingin malapetaka ini tersebar luas dan membuat malu suamiku." Pinta Yurika.
"Iya nyonya, baiklah." Sahut Bibi Inah.
Raldi langsung pulang saat mengetahui apa yang menimpa istrinya itu.
Ia meninggalkan pekerjaan pentingnya dan langsung kembali pulang.
Raldi menemui Yurika yang sedang memegang pisau di dalam kamarnya.
Yurika sangat frustasi dan ingin bunuh diri.
Raldi masuk dan langsung menangkap pisau itu lalu melemparnya jauh.
"Apa yang kau pikirkan yurika?" Katta Raldi memeluk istrinya.
"Jangan sentuh aku! tubuhku sangat kotor." Kata Yurika menangis.
"Yurika, aku mohon jangan seperti ini! Aku tetap mencintaimu, sayang." Kata Raldi mencoba menenangkan istrinya.
"Mereka memperkosaku, aku jadi wanita yang tak pantas untukmu lagi." Kata Yurika.
"Tidak! sayang, aku mencintaimu dalam keadaan apapun. Aku tetap mencintaimu." Ucap Raldi bersungguh-sungguh.
Raldi memang sangat mencinyai istrinya itu.
Raldi pun berusaha menenangkan istrinya, dan akhirnya Yurika dapat tenang dan tertidur dalam dekapannya.
Raldi merasakan kesedihan yang di rasakan oleh Yurika.
Raldi merasa bersalah karena tak dapat menjaga istrinya dengan baik sehingga melapteka itu menimpa istrinya.
Beberapa bulan kemudian, Yurika di nyatakan sedang berbadan dua oleh dokter.
Hatinya semakin hancur mengetahui bila ia mengandung anak yang bukan darah daging suaminya.
Ia bahkan tak tau siapa ayah dari anak yang ada dalam rahimnya itu.
Raldi mencoba untuk menerima apa yang terjadi pada istrinya itu.
Ia menerima bayi kini berada dalam kandungan istrinya.
Sepulang dari kantor, Raldi kembali melihat Yurika memegang pisau untuk menyayat nadinya.
Dengan cepat Raldi mengambil pisau itu dan kali ini ia sangat marah pada istrinya.
"Kenapa kau melakukan hal ini lagi, yurika?" Bentak Raldi sangat marah pada Yurika.
"Biarkan aku mati! aku tak menginginkan anak ini! biar dia mati bersamaku." Kata Yurika menangis.
"Dengarkan aku Yurika! Aku menerima apapun keadaanmu. Aku mencintaimu yurika." Kata Raldi.
"Aku tak ingin anak ini." Kata Yurika.
"Jangan berkata seperti itu. Anak di dalam rahimmu tak berdosa." Kata raldi.
Yurika terus menangis dalam dekapan raldi.
"Tenanglah, kita akan melewati semuanya bersama. Aku akan tetap bersamamu selamanya." Ucap Raldi.
Setelah Yurika hamil, Raldi mengumpulkan semua orang yang bekerja dirumahnya.
Ia menyuruh semua pelayan dan juga satpam untuk tutup mulut atas kejadian yang sedang menimpa istrinya itu.
Ia tak tingin orang luar tau tentang malapetaka itu agar Yurika dapat bebas bergaul lagi dengan orang luar setelah ia melahirkan anaknya.
Beberapa bulan kemudian, Yurika pun sedang hamil tua.
Ia duduk di kursi taman sambil menghirup udara segar di pagi hari.
Matahari yang hangat menyinari tubuhnya.
Raldi sang suami yang sangat mencintainya, menghampirinya dengan segelas susu hangat di tanganya.
"Sayang, minumlah susu ini." Kata Raldi.
"Aku tak mau." Sahut yurika.
"Sayang, ini bagus untuk kandunganmu." Kata Raldi.
"Aku bilang aku gak mau!" Teriak Yurika menepis susu itu hingga tumpah.
Raldi hanya menghela nafas saat Yurika berubah sifat menjadi kasar setelah kejadian itu.
Dengan sabar ia membelai rambut istrinya dan mencium keningnya.
"Kalau kau tak mau meminumnya, tak apa! Asalkan kau tetap menjaga kesehatanmu." Kata Raldi.
Yurika hanya diam tak menanggapi suaminya.
Tak lama kemudian, ada sebuah mobil mewah datang kerumahnya.
Mereka melihat sepasang suami istri yang turun dari mobil itu.
Mereka adalah nayun dan suaminya Irsal.
Nayun adalah adik kandung dari Yurika.
Saat itu Nayun juga sedang hamil anak pertamanya.
Nayun dan Irsal tak tau kejadian yang menimpa Yurika.
"Kak, bagaimana dengan kandunganmu? Apa kau sudah ke dokter?" Tanya Nayun pada Yurika.
"Sudah." Sahut Yurika.
"Apa kau sudah USG? Apa jenis kelamin anakmu?" Tanya Nayun.
"Perempuan." Sahut Yurika asal bicara.
Padahal selama kehamilannya, Yurika tak pernah pergi memeriksakan kandunganya.
Raldi sering mencoba untuk membujuknya untuk kedokter, namun Yurika tak pernah mau.
"Anakku juga perempuan!" Kata Yuna dengan riang.
"Kak Raldi pasti sangat senang mendapatkan seorang putri, sama sepertiku." Kata Irsal.
"Tentu saja! Aku bahkan tak sabar untuk menggendongnya." Sahut Raldi.
Yurika hanya diam menatap wajah suaminya yang tersenyum tanpa beban sedikitpun.
Di masa kehamilannya yang kini sudah 8 bulan, Yurika tak pernah mau keluar rumah.
Bahkan semua keperluan untuk bayinya Raldi yang mempersiapkannya.
Raldi begitu antusias menanti kelahiran bayi yang jelas-jelas bukan darah dagingnya.
Suatu malam Yurika merasakan mulas yang luar biasa pada perutnya.
Ia berteriak kesakitan membuat Raldi terbangun dalam tidurnya.
"Ada apa sayang?" Tanya Raldi.
"Perutku sakit sekali." Kata Yurika.
"Apa kau akan segera melahirkan?" Tanya raldi.
Yurika pun mengangguk.
Dengan cepat Raldi membawa Yurika kerumah sakit.
Ia pun menemani Yurika yang berjuang untuk melahirkan bayinya.
Dengan peluh keringat Yurika melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik malam itu.
Raldi menatap bayi itu dalam-dalam.
Ia seperti jatuh cinta pada bayi perempuan yang bukan darah dagingnya.
Ia memeluk bayi itu dan menciumnya penuh kasih sayang.
Bayi itu sangat mirip dengan Yurika.
Kulitnya putih kemerah-merahan.
Kemudian perawat membawa bayi mungil itu keruangan Yurika dirawat setelah melahirkan, agar bayi itu mendapatkan asi dari ibunya.
Namun Yurika menatap bayinya penuh amarah.
Ia menolak untuk menyusui bayinya.
"Yurika, jangan begitu. Dia bayi kita!" Kata Raldi membujuk istrinya agar mau menyusui bayinya.
"Dia bukan bayi kita. Aku benci dia! Bawa dia pergi dari hadapanku." Teriak Yurika marah.
Tak ingin membuat jiwa istirnya terguncang, akhirnya Raldi membawa bayi permpuan yang tak berdosa itu keluar dari kamar Yurika.
Bayi itu menangis dengan kencang seakan tau ia tak di sukai oleh ibu kandungnya.
Raldi mendekap bayi itu dan tak lama perawat membawa botol susu untuk bayi itu.
Raldi kembali menatap bayi perempuan yang belum diberikan nama.
Raldi menggendong bayi itu dan berbisik di telinganya.
"Aku ayahmu, nak! Aku beri nama kau SUHAILA." Bisik raldi sambil menitikkan air matanya.
Bayi yang kini bernama SUHAILA itu tampak tenang dalam dekapan Raldi.
Raldi sangat menyayanginya.
Raldi seakan benar-benar seorang ayah untuk bayi perempuan itu.
Seminggu menjalani perawatan setelah melahirkan, Yurika kembali pulang kerumah.
Raldi membawa bayi mungil itu dengan perasaan yang sangat bahagia.
Bibi Inah dan pelayan lainnya menyambut gembira kedatangan bayi mungil itu.
Setelah melahirkan bayinya Yurika tak pernah mau melihatnya apalagi menyentuhnya.
Ia sangat membenci bayi yang ia lahirkan seminggu lalu.
Malam harinya, Suhaila menangis kelaparan.
Yurika menutup kedua telinganya sambil berdecak kesal.
"Bawa pergi bayi itu dari kamar ini! Aku benci mendengar tangisannya." Teriak yurika sambil menutup kedua telinganya dengan bantal.
Raldi bangun dan membawa Suhaila keluar dari kamar.
Pelayan membuatkan susu unuk Suhaila yang masih berusia satu minggu.
Sambil duduk Raldi memberikan susu pada suhaila dari botol dot.
"Ternyata Ila lapar." kata Raldi bicara pada Suhaila.
Raldi suka memanggilnya dengan sebutan Ila.
"Ila, anak ayah." ucap Raldi lagi.
Ila pun minum susu itu hingga habis.
Setelah kembali tidur, Raldi membawa ila masuk kedalam kamar, namun Yurika mengusirnya.
Ia tak mau sekamar dengan Ila.
Lagi-lagi raldi mengalah dan membuatkan kamar untuk Ila.
Raldi memberikan kepercayaan kepada Bibi Inah untuk merawat Ila saat ia sedang tidak berada di rumah.
Saat Ila sudah berusia satu bulan, Nayun adiknya Yurika melahirkan seorang bayi perempun di salah satu rumah sakit.
Yurika dan Raldi datang menjenguk Nayun di rumah sakit dan melihat bayinya.
Yurika sangat senang menggendong bayi Nayun yang di beri nama Zaskia.
Raldi menatap Yurika yang sangat sayang pada bayi yang di panggil Kia itu.
"Sangat disayangkan! Kau lebih menyayangi keponakanmu dari pada bayi yang kau lahirkan." gumam Raldi dalam hatinya menatap Yurika.
Kni usia Ila sudah 7 bulan dan Ila sedang sangat menggemaskan.
Pipinya yang merah menambah kegemasan siapa saja yang melihatnya.
Raldi sangat perhatian dan menyayangi Ila, namun tidak untuk Yurika, ia tetap saja membenci Ila.
Saat menatap Ila, Yurika selalu teringat dengan kejadian yang mengubah hidupnya itu.
Suatu ketika saat pulang dari kantornya, Raldi singgah ke salah satu mini market untuk membeli susu buat Ila.
Raldi ingat susu Ila tinggal sekotak lagi dirumah, jadi ia berniat untuk membeli banyak agar ada stok di rumah.
Setelah membeli beberapa kotak susu, Raldi tak sabaran untuk pulang dan bermain bersama Ila.
Ia tancap gas dan melaju dengan kencang.
Di tengah jalan yang awalnya sepi tiba-tiba ada pengguna sepeda motor yang menyebrang jalan yang di lalui oleh mobil raldi.
Raldi kaget dan banting stir agar tak menabrak motor tersebut.
Raldi menabrak pembatas jalan dan mobilnya terpental jatuh ke dalam jurang yang dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kalo gitu mending kamu gugurin aja kandungan kamu dulu,Dari anak kamu harus menderita dan tersiksa dgn sikap mu..
2023-03-10
0
Ayuk
Nikah 2 tahun blm dapet,, giliran digilir langsung bunting,,,
Buset dah,,,
Top cer,,,
Mmmm
2021-05-12
0
ïm.ålgå†år~ ✨
kasian banget ila padahal ayanya sendiri yg bukan darah dagingya aja nerima masa jbukknya enggak
2021-03-04
0