Dua bulan setelah hari pertunangannya dengan Galuh, Ila sedang bersiap untuk menghadapi ujian semester genap. Ila yang sudah melupakan kejadian malam di hotel itu tampak sibuk belajar agar bisa mempertahankan juara umum yang ia raih selama ini.
Ila yang sangat tekun belajar, tak memperdulikan kondisi tubuhnya yang makin hari kian kurus. Ila jarang mau makan nasi dan ia hanya sering makan cemilan yang ia beli di mini market dekat rumahnya. Susu yang biasanya di berikan pelayan pun tak pernah habis diminumnya. Ia hanya fokus pada apa yang kini sedang ia hadapi.
Di ruang kelasnya, Ila duduk sambil mencoret-coret kisi-kisi soal matematika di mejanya. Tak lama Eri bangkit dari duduknya.
"Mau kemana kau?" Tanya Ila.
"Aku mau ke toilet, darah haidku sangat banyak! Aku mau ganti pembalut." Jawab Eri.
"Oke!" Sahut Ila.
Eri pun pergi keluar kelas dan tiba-tiba Ila tersentak.
"Kalau di ingat-ingat sudah dua bulan ini aku tidak haid!" Gumam Ila.
Ila semakin tersentak dan membesarkan matanya.
"Apa jangan-jangan aku sedang hamil anak si beruang kutub itu?" Ucap Ila dalam hatinya.
"Ya Tuhan, apa yang akan aku lakukan jika hal itu benar terjadi?" Ucap Ila lagi dalam hatinya.
Rasa takut berkecamuk di dalam hatinya. Ila yang masih duduk di bangku SMA, berkhayal kalau dia berjalan kesekolah dengan keadaan perut yang besar dan menerima caci maki dari orang-orang yang ada di lingkungan sekolah. Lalu Ila berpikir kalau Yurika pasti akan mengusirnya dari rumah karena ia tak mau melihat Ila lagi yang hamil di luar nikah. Banyak pikiran aneh yang singgah di dalam otak Ila saat itu.
"Aku harus segera memeriksakannya ke dokter kandungan." Kata Ila.
Keesokan harinya Ila bolos sekolah. Ia bertekad pergi kerumah sakit dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya. Ila mendaftarkan dirinya pada dokter spesialis kandungan. Ila duduk menunggu panggilan dengan tatapan mata orang-orang di sekitar yang melihat dirinya dengan padangan yang mencurigakan. Namun Ila berpura-pura tak acuh pada tatapan mata padanya.
Selang beberapa jam, nama Ila pun di panggil oleh salah seorang perawat yang bertugas.
Ila masuk dan terkejut melihat seorang dokter kandungan yang tak lain adalah sepupunya Galuh yaitu Roni.
"Hah? Ila?" Kata Roni kaget melihat Ila masuk kedalam ruangannya.
"Kak Roni." Ucap Ila gemetar ketakutan.
"Ayo, cek tekanan darahmu terlebih dahulu!" Kata perawat.
Ila pun di tensi dengan tekanan darah yang rendah.
"Apa kau sering merasakan pusing?" Tanya perawat pada Ila.
"Iya." Sahut Ila.
"Baiklah, sekarang dokter akan memeriksamu." Kata perawat mempersilahkan Ila duduk di hadapan Roni.
Roni menahan senyumnya saat melihat Ila yang tampak gugup di hadapannya.
"Apa keluhanmu?" Tanya Roni.
"Sudah dua bulan ini aku tidak haid, dokter." Jawab Ila menundukkan wajahnya di depan Roni.
"Oh, begitu." Sahut Roni.
"Perawat tolong periksa air seninya ya." Perintah Roni pada perawat.
"Baik dokter." Sahut perawat dan membawa Ila keruangan lain.
Disana Ila di suruh pipis di dalam toilet dan menampung air seninya sedikit. Setelah itu Ila disuruh menunggu di tempat duduk yang menjadi tempat Roni melaksanakan tugasnya.
Roni menghampiri perawat yang sedang memeriksa air seni Ila saat itu.
"Apa hasilnya?" Bisik Roni.
"Negative, dok!" Jawab perawat.
"Hehehe, mungkin dia stress karena pelajaran di sekolahnya." Bisik Roni lagi.
"Bantu aku buatkan laporan palsu! Buatkan laporan kalau gadis SMA itu sedang hamil!" Kata Roni pada perawat.
"Apa dokter mengenalnya?" Tanya perawat.
"Hehehe, dia itu tunangannya sepupuku." Jawab Roni.
"Oke, baiklah dokter, sesuai keinginanmu!" Sahut perawat itu.
Tak lama kemudian, Roni membawa secarik amplop yang di dalamnya ada hasil test pack bertanda positive. Ila kaget saat melihat hasil test pack yang sebenarnya bukan miliknya.
"Selamat ya Ila, kau sedang hamil dua bulan!" Ucap Roni menahan tawanya.
"Aku hamil?" Tanya Ila bagaikan tak percaya.
"Iya! sekarang di dalam perutmu ada anaknya Galuh. Wah, pasti kalau sudah lahir akan sangat menggemaskan ya!" Kata Roni.
"Dari mana kakak tau kalau ini anak Galuh?" Tanya Ila dengan linangan air matanya.
"Kau itu tunanganya, sudah pasti kau melakukan hal itu dengannya kan!" Jawab Roni dengan wajah nyelenehnya.
"Tante Hana pasti akan senang mendengar kabar baik ini karena dia akan segera punya cucu!" Kata Roni lagi.
"Kak, aku mohon! Tante Hana jangan sampai tau tentang kehamilanku." Kata Ila.
"Eh, kenapa? Kau dan Galuh akan segera menikah." Kata Roni.
"Jangan kak, aku mohon! Aku pasti akan kehilangan mukaku di hadapan tante Hana." Kata Ila menangis sambil memohon.
"Baiklah! Kalau itu yang kau mau. aku akan merahasiakannya." Kata Roni.
"Sekarang, aku akan menulis resep obat untuk menguatkan kandunganmu." Sambung Roni lagi.
Roni menulis resep obat sambil menahan tawanya, sedangkan Ila masih sibuk menghapus air matanya di hadapan Roni. Ila keluar dari ruang dokter dengan wajah basah karena air matanya. Tatapan mata yang tajam dan suara orang-orang berbisik mengenai dirinya.
Ila tak tahan dengan ocehan orang yang berbisik-bisik sambil menatapnya. Ia langsung lari dan membuang amplop yang berisikan hasil tes kehamilan yang sebenarnya itu adalah palsu.
Sambil berjalan Ila mengelus perutnya yang rata. Ila berhenti di salah satu apotek untuk menebus resep obat yang di tulis oleh Roni untuknya.
Ila kembali kerumah lebih awal. Dengan wajah yang sedikit pucat Ila masuk kedalam kamarnya. Lagi-lagi Ila menangisi nasibnya yang telah di permainkan oleh Galuh dan juga Roni tanpa sepengetahuan dirinya.
"Apa yang akan aku lakukan sekarang?" Gumam Ila sambil memegangi perut ratanya.
"Aku tak mungkin menggugurkan bayi yang tak bersalah ini!" Ucap Ila sambil menatap obat yang ia tebus di apotek.
Ila mengambil air minum dan meminum obat-obat itu.
"Jika aku terusir dari sini, aku janji akan berjuang membesarkan anakku sendiri." Ucap Ila lagi yang terhanyut dengan perkataan Roni padanya.
Malam harinya Roni yang tak bertugas menjadi dokter jaga di rumah sakit, berkumpul bersama Galuh dan kedua sahabatnya di tempat biasa. Roni menceritakan semua kejadian siang tadi kepada mereka. Roni menceritakan tentang kebohongannya pada Ila.
"Dasar kau dokter sinting! Gadis kecil itu pasti sedang merasakan hancur sekarang." Kata Hamka.
"Aku juga merasa kasihan sih setelah membohonginya tadi." Kata Roni.
"Bagaimana ekspresinya saat kau bohongi tadi?" Tanya Syakir.
"Sudah pasti mewek lah! Dia bahkan memohon padaku agar tak mengatakan apapun pada tante Hana." Kata Roni.
"Hehehe, dia pasti sedang menangis di dalam kamarnya, dia mengira ada bayi kecil milik Galuh di dalam perutnya sekarang!" Kata Syakir.
"Obat apa yang kau berikan padanya?" Tanya Hamka.
"Hanya vitamin penambah darah karena tekanan darahnya rendah, dan beberapa obat yang memudahkan dirinya untuk menstruasi." Jawab Roni.
"Aku yakin dia sedang stress dengan pelajaran di sekolahnya, makanya haidnya tidak teratur." Sambung Roni lagi.
Galuh hanya tersenyum tipis saat mendengar cerita Roni tentang Ila.
"Dasar gadis kecil lugu!" Gumam Galuh mengingat kejadian saat di kamar hotel dengan Ila.
Seminggu meminum obatnya, Ila menjadi gadis yang rakus. Ia sangat bernafsu ingin makan dan makan. Ila yang masih berpikir kalau dia sedang mengandung, membaca banyak artikel di internet seputar tentang kehamilan. Ila membaca kalau wanita hamil ada yang sangat bernafsu untuk makan dan ada juga yang ingin makan apapun karena sedang mengalami masa ngidam.
"Aku tidak pernah merasa pusing lagi dan sama sekali tidak mual ataupun muntah-muntah! Apa bayiku ini sangat baik sehingga dia tidak membuatku merasakan kesakitan sedikipun?" Gumam Ila mengelus perut rata yang isinya hanya cacing gelang.
Ila berpikir tentang tipu daya Roni terhadap dirinya. Ila berkhayal akan merawat anaknya sebagai singel mom.
Ia tak pernah berpikir untuk meminta pertanggung jawaban dari Galuh yang telah menghamilinya.
Jauh Ila berpikir, tiba-tiba lamunannya buyar saat mendengar nada dari ponselnya. Ia melihat Hana sedang menghubunginya. Ila pun mengangkat telepon dari Hana.
"Sayang, kau sedang apa?" Tanya Hana.
"Sedang belajar, tante." Jawab Ila.
"Oh, kau siswi yang rajin ya!" Ucap Hana memuji Ila.
"Ada apa ya, tante?" Tanya Ila.
"Bulan depan main kerumah tante ya!" Pinta Hana.
"Tante kangen banget sama Ila." Sambung Hana.
"Emm, iya! Kebetulan bulan depan Ila sedang libur akhir semester." Jawab Ila.
"Oke, tante tunggu ya." Kata Hana.
"Iya, tante." Sahut Ila.
Setelah menutup teleponnya Ila kepikiran dengan sikap Hana yang terlalu baik padanya. Terlintas ia tak tega untuk menyakiti hati Hana yang sangat menyayangi dirinya.
"Apa yang akan aku lakukan jika tante Hana tau aku sedang hamil pasti dia akan kecewa padaku! Selama ini tante Hana menganggapku gadis baik." Ucap Ila galau.
Ila pun menghadapi ujian semester genap di senin pagi yang cerah itu. Ila duduk di bangkunya dengan konsentrasi penuh menjawab soal-soal yang ada di lembar ujiannya.
Ujian di hari pertama selesai, Ila duduk di bawah pohon yang ada di halaman sekolahnya bersama Eri dan juga Fiqri. Kedua sahabatnya itu melihat tubuh Ila yang tampak berisi dan juga ILa terus saja mengunyah makanan apa saja yang ia beli.
"Ila, aku perhatikan selama beberapa minggu ini kau sangat rakus!" Kata Fiqri.
"Iya, tidak seperti biasanya! biasanya kau tidak suka makan." Kata Eri.
"Hehehe, aku sangat lapar." sahut Ila.
"tubuhmu juga sedikit berisi sekarang." kata Eri.
"hehehe, itu bagus kan!" kata Ila tertawa canggung.
"iya sih, lebih berisi kau semakin cantik." kata Fiqri.
"huh, dasar modus! Apa kau ingin merayu Ila, hah? Apa aku lupa Ila sudah bertunangan?" Ujar Eri pada Fiqri.
"Hei, aku ini sahabatnya, jadi kalau aku bilang Ila cantik kan tidak ada masalah!" Sahut Fiqri.
"Huh, modus!" Ujar Eri.
"Aku tidak modus!" Teriak Fiqri.
"Hei, sudahlah! Kenapa kalian terus saja bertengkar? Nanti jodoh loh." Kata Ila tertawa melihat kedua wajah sahabatnya memerah.
"Tidak mungkin!" Seru keduanya saling memalingkan wajah.
"Aduh, kompak banget nyahutnya!" Kata Ila semakin tertawa geli melihat ekspresi malu-malu pada Eri dan Fiqri.
Ila kembali kerumah dengan rasa lelah di tubuhnya. Ila melihat ada sebuah mobil yang baru saja keluar dari pintu gerbang rumah. Lalu mobil itu berhenti dan tampaklah Bagus membukan kaca pintu mobilnya.
"Apa kabar om?" Sapa Ila.
"Baik! kau baru pulang sekolah?" Tanya Bagus.
"Iya om, hari ini aku ujian." Sahut Ila.
"Om sedang apa disini?" Tanya Ila.
"Mengantar berkas-berkas pengalihan surat harta dari namamu menjadi nama nyonya Yurika." Jawab Bagus.
"Oh, begitu!" Sahut Ila.
"Jaga dirimu baik-baik ya Ila, om masih ada urusan di kantor." Kata Bagus.
"Iya, om! Hati-hati di jalan." Ucap Ila.
Mobil Bagus telah meninggalkan asap kendaraannya saja di halaman rumah itu. Ila melangkah masuk kedalam rumah. Tampak Yurika sedang menangis di ruang tamu. Yurika kaget saat melihat Ila yag baru saja masuk kedalam rumah. Dengan cepat Yurika menghapus air matanya kemudian berlalu masuk kedalam kamarnya.
Ila yang masih di ruang tamu hanya diam menatap Yurika yag sedang membawa beberapa map berisikan surat-surat mengenai harta yang kini sudah dialihnamakan atas nama Yurika.
"Kenapa dia menangis? Seharusnya dia senang karena harta peninggalan dari suaminya sudah menjadi miliknya semua." Gumam Ila.
Ila melangkah hendak masuk kedalam kamarnya, namun karena posisi kamarnya dekat dengan dapur, Ila mencium bau yang sangat enak sehingga membuat air liurnya mengalir.
Ila mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam kamar, ia lantas pergi menuju dapur dan melihat para pelayan yang sedang menyiapkan makan siang.
"Baunya sangat enak!" Seru Ila.
"Nona Ila, ayo coba sedikit makanan mewah ini." Kata Pelayan memberikan semangkuk kecil makanan yang akan menjadi menu makan siang Yurika dan Kia.
"Wah, sangat lezat!" Seru Ila senang.
Ila pun sembunyi dan makan makanan yang menurutnya mewah itu di bawah kolong meja. Kia datang dengan dagu menjulang tinggi sangking sombongnya.
"Wah, nona Kia menginjakkan kakinya ke dapur!" Seru salah seorang pelayan.
"Hei, apa makan siang untukku sudah siap?" Tanya Kia.
"Sebentar lagi ya nona." Sahut Pelayan.
"Cepat dong! Apa kalian mau aku pecat, hah?" Teriak Kia.
"Siapkan makan siangku segera! aku sudah sangat lapar." Ujar Kia sembari melangkah pergi dari dapur itu.
Semua pelayan merasa dongkol dengan sikap Kia yang tak sadar diri dengan posisinya. Semua pelayan dirumah itu tau kalau Kia bukanlah anak kandung dari Yurika, melainkan hanyalah seorang keponakan yang Yurika pungut karena orang tuanya Kia sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat beberapa tahun yang lalu.
"Dia sangat menyebalkan! ingin sekali aku menjahit bibir judesnya itu." Ujar salah seorang pelayan.
"Sabar ya! Si Kia memang tajam mulutnya." Sahut Ila yang sudah keluar dari bawah kolong meja.
Agar pelayan cepat menyelesaikan tugasnya, Ila ikut membantu mengerjakan pekerjaan para pelayan yang sangat menyayanginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Wooii Roni kena kamu dengan Galuh ntar,Seenaknjidat mu boong😂😂😂
2023-03-10
0
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
cacing gelang 😳🥺😩
2020-09-17
2
Meilani sasmita
cacing gelang lah pulak.
2020-09-01
2