Sandi melihat Ila yang menggunakan gaun pesta yang tak kalah bagusnya dari Kia. Mata Sandi tak berkedip saat menatap Ila yang terlihat sangat anggun saat itu. Salah satu teman Kia, melirik Ila yang terlihat sangat cantik dari kejauhan.
"Kia, Siapa itu?" Tanya Genta sambil menunjuk Ila.
"Dia hanya seorang babu, bagiku!" Sahut Kia.
"Sayang banget, cantik-cantik hanya babu." Ujar Genta.
"Kenapa? apa kau suka padanya?" Tanya Kia.
"Kalau hanya untuk bersenang-senang sudah pasti aku menyukainya." Sahut Genta.
"Sikat!" Ucap Kia.
Genta terkekeh jahat dan mengajak beberapa teman-temannya untuk mendekati Ila yang duduk agak menjauh dari kerumunan pesta. Genta dan beberapa teman-temannya kini sudah duduk berada dekat dengan Ila.
Mereka tampak berbisik merencanakan sesuatu untuk berbuat jahat kepada Ila. Salah seorang dari mereka mencoba untuk mendekati Ila yang duduk sendirian.
"Permisi! Maaf nona. Apa kau tau toilet di sebelah mana?" Tanya Dodi.
"Kau jalan saja lurus dan belok ke kiri, disana ada toilet pria." Jawab Ila ramah pada Dodi.
"Apa kau mau menolongku untuk mengantarkan aku kesana? Aku takut kesasar." Taanya Dodi dengan senyuman liciknya.
"Oh baiklah." Sahut Ila yang polos ingin menolong Dodi.
Ila pun berjalan mendahului Dodi yang mengikutinya dari belakang. Setibanya mereka di depan toilet, beberapa teman yang lain termasuk juga Genta mengelilingi Ila yang membuatnya bingung bercampur ketakutan.
"Siapa kalian?" Tanya Ila melihat satu persatu wajah dari mereka yang mengelilinginya.
"Hehehe, gadis cantik! Kami akan membawamu untuk bersenang-senang bersama kami." Sahut Genta mulai mengelus jarinya ke wajah Ila.
"Jangan menyentuhku!" Ujar Ila.
"Kalau sedang marah, dia bertambah cantik." Kata Dodi ikut menyentuh tubuh Ila.
"Tangkap dia! Lalu bawa dia masuk kedalam toilet." Kata Genta pada teman-temannya.
Mereka pun menangkap Ila dan menyeretnya masuk ke dalam toilet pria yang kebetulan tampak sepi. Ila berusaha untuk berteriak dan berontak untuk melepaskan diri dari mereka, namun jumlah mereka yang lebih dari dua orang tak mampu membuat Ila untuk terlepas dari genggaman mereka.
Di dalam toilet pria, Ila di lecehkan oleh Genta dan teman-temannya. Mereka menyentuh tubuh Ila secara beramai-ramai. Ila menangis saat di lecehkan oleh Genta dan teman-temannya.
Ila sibuk menepis tangan-tangan jahil yang menghampiri tubuhnya yang sudah gemetar ketakutan, bahkan gaun yang Ila pakai sudah robek sana sini karena ulah tangan mereka.
Berulang kali Ila berteriak minta tolong, namun tak ada seorang pun yang mendengar teriakannya.
"Bos, kalau dia terus berteriak, nanti orang-orang curiga." Kata Dodi pada Genta.
"Kau benar." Sahut Genta.
Ila terus berteriak untuk meminta pertolongan agar bisa terlepas dari orang-orang jahat yang bahkan ia sama sekali tak mengenalnya. Genta kesal karena suara Ila semakin kencang berteriak minta tolong.
"Diam kau!" Bentak Genta seraya menampar wajah Ila dengan kuat.
Karena tamparan Genta terlalu keras, Ila terpental dan kepalanya terbentur dengan closet wc yang ada di dalam bilik toilet. Ila pingsan dan tergeletak di lantai. Genta serta teman-temannya sangat panik melihat Ila yang tak sadarkan diri. Dodi mendekatkan jari telunjuknya pada lubang hidung Ila untuk mengetahui nafasnya.
"Bos, dia pingsan!" Ujar Dodi panik.
"Cepat pergi dari sini!" Kata Genta pada semua temannya ingin kabur.
Saat Genta dan teman-temannya hendak kabur meniggalkan toilet tersebut, sesosok pria menatap mereka dengan tajam. Genta membalas tatapan pria itu dan kemudian melirik orang-orang yang berada di belakangnya.
Genta dan teman-temannya gemetar ketakutan melihat orang-orang yang bertubuh kekar yang berdiri di belakang pria yang tak lain adalah Galuh.
Galuh melirik Ila yang sudah tergeletak di lantai bilik toilet dengan luka lebam di keningnya.
"Ternyata ada bocah-bocah yang sedang berbuat jahat pada seorang gadis!" Ucap Galuh menatap satu persatu wajah pemuda-pemuda yang ada di hadapannya.
Galuh berjalan mendekati Genta yang tampak gemetar ketakutan.
"Apa kau mau kabur? Tidak semudah itu, bocah!" Ujar Galuh menatap bengis pada Genta.
Galuh menoleh kebelakang memberikan kode pada Didi dan beberapa pengawal lainnya.
"Baiklah, bos! Kami akan membawa mereka mengunjungi rumah sakit malam ini, hehehe." Ucap Didi menggeretakkan tulang jari-jarinya.
Didi sang supir dan pengawal lainnya menyergap Genta serta teman-temannya. Mereka menghajar pemuda-pemuda nakal itu di dalam toilet, sedangkan Galuh melepaskan jaket yang ia pakai untuk menutupi tubuh Ila yang menggunakan gaun robek. Galuh menggendong dan membawa Ila keluar dari toilet tersebut.
Galuh membawanya masuk kedalam mobil dan segera ia menghubungi Hana yang juga berada di club tersebut.
Hana segera datang bersama Yurika. Mereka berdua terlihat sangat panik mengetahui kondisi Ila yang masih pingsan di dalam mobil Galuh.
Hana dan Yurika melihat kondisi Ila yang pingsan dengan gaun robek.
Yurika menangis melihat anak yang selama ini di jauhinya tergolek tak sadarkan diri.
"Kenapa dia?" Tanya Hana pada Galuh.
Galuh menceritakan semuanya pada Hana dan juga Yurika, namun saat itu mereka tak tau siapa dalang atas kejadian itu yang sebenarnya.
Hana mencoba untuk menenangkan Yurika yang sangat khawatir pada Ila.
"Tenanglah Yurika." Ucap Hana.
"Hana, tolonglah aku! Jaga Ila untukku." Pinta Yurika memohon pada Hana.
"Baiklah, aku mengerti keadaanmu, Yurika." Sahut Hana memeluk teman sosialitanya itu.
Hana dan Galuh membawa kerumah mereka. Saat di perjalanan, Ila tersadar dan merasakan sakit pada dahinya.
Galuh melirik Ila dari spion tengah mobil.
"Ila, kamu sudah sadar, syukurlah." Ucap Hana.
Ila bingung melihat Hana yang sedang memeluknya. Ia berusaha mengingat kembali apa yang terjadi padanya saat di toilet pria.
"Tante Hana! Kenapa aku tiba-tiba berada di dekat tante?" Tanya Ila.
"Tadi kau pingsan, sayang. Galuh yang membawamu keluar saat kau pingsan." Sahut Hana.
"Kak Galuh?" Gumam Ila semakin bingung.
Tiba-tiba Ila merasakan sakit pada dahinya.
"Aahh!" Pekik Ila meraba dahinya yang benjol.
"Nanti tante obati ya." Kata Hana.
"Sekarang kita mau kemana, tante?" Tanya Ila.
"Kerumah tante saja. Malam ini kau menginap dirumah tante." Jawab Hana.
"Tidak usah tante, nanti aku merepotkan tante." Sahut Ila menolak.
"Ila, patuh sama tante ya, sayang." Kata Hana.
Mau tak mau Ila menuruti permintaan wanita yang sangat baik padanya.
Galuh yang sedang menyetir mobilnya terus menginjak pedal gas menuju kerumah.
Tiba dirumah, Antoni terkejut melihat Ila yang datang bersama Hana dan Galuh. Ia pun melihat gaun Ila yang sudah robek-robek tak karuan.
"Apa yang terjadi pada calon menantuku?" Tanya Antoni pada Hana.
"Nanti mama ceritain! Mama mau urus Ila dulu." Sahut Hana membawa Ila masuk ke kamar tamu yang tak jauh dari kamar Galuh.
Antoni bertanya pada Galuh, dan Galuh pun menceritakan semua yang terjadi pada Ila malam itu.
"Kasihan sekali Ila, dari lahir dia sudah sengsara." Ucap Antoni.
"Maksud papa?" Taanya Galuh bingung.
"Tidak! Bukan apa-apa. Kau pergilah istirahat." Sahut Antoni yang terlihat menyimpan rahasia di hadapan Galuh.
Dengan rasa penasaran, Galuh berjalan menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamarnya. Saat itu ia berpas-pasan dengan Hana yang baru saja keluar dari kamar Ila.
"Terima kasih ya, kau sudah menyelamatkan calon mantu mama." Ucap Hana pada Galuh.
"Ma, aku kan belum setuju untuk menikah dengan dia." Sahut Galuh.
"Mama tidak perduli! Kau harus menikahinya setelah Ila lulus SMA." Kata Hana.
Galuh berdecak kesal sambil membanting pintu kamarnya. Hana hanya menghela nafas panjang melihat putra tunggalnya yang sedang kesal padanya. Galuh menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk. Tak luput dari ingatannya saat ia memergoki Ana yang selingkuh dengan pria lain di salah satu kamar hotel.
"Kenapa kau melakukan hal yang menyakitkan untukku, Ana? Aku sangat mencintaimu, Ana." Ucap Galuh dalam kegalauannya.
Dengan rasa lelahnya seharian berada di luar rumah, Galuh menutup matanya untuk tertidur malam itu tanpa membersihkan dan mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Keesokan paginya, Galuh yang sudah siap mandi menuruni anak tangga dan melangkah menuju ruang makan. Ia berniat untuk sarapan bersama dengan kedua orang tuanya.
Saat itu ia juga melirik Ila yang sedang duduk makan di samping Hana. Galuh duduk di samping kiri papanya.
Galuh melihat menu makanan yang menjadi santapannya di pagi itu.
"Wah, nasi goreng!" Seru Galuh antusias.
Dengan segera Galuh mengambil nasi goreng itu dan melahapnya.
"Enak sekali, ma!" Seru Galuh lagi sangat lahap makan nasi goreng.
"Benarkah? Hehehehe, itu buatan calon mantu mama loh." Sahut Hana membuat Galuh auto tersedak.
Entah kenapa Ila spontan menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya pada Galuh. Galuh mengambilnya dan segera meminumnya. Hana dan Antoni melirik mereka berdua saat di meja makan sambil senyum-senyum.
"Aduh, mesra banget sih!" Seru kedua orang tua Galuh.
Ila dan Galuh seketika menjadi canggung. Galuh menatap Ila yang hanya menunduk tak berani membalas tatapanya.
"Nanti antarkan Ila pulang ya, Galuh." Pinta Hana.
"Tante, tidak usah! Ila pulang naik taksi saja." Sahut Ila menolak.
"Ila, patuh pada om dan tante ya." Kata Antoni.
"Baiklah, om." Sahut Ila.
Selesai sarapan Galuh mengantar Ila untuk pulang kerumahnya. Saat akan masuk kedalam mobil, Galuh di hampiri oleh Didi yang sudah menyelesaikan tugasnya semalam.
"Lapor bos! Semuanya aman dan terkendali." Kata Didi pada Galuh.
"Oke, bagus!" Kata Galuh.
Didi melihat Ila yang masih berdiri di luar mobil.
"Hai, nona Ila yang cantik, imut nan menggemaskan!" Sapa Didi pada Ila.
"Selamat pagi, pak supir!" Sahut Ila membalas sapaan Didi.
"Dia bilang aku pak supir." Gumam Didi bergeleng kepala.
"Nona, aku ini masih muda dan imut loh! Jangan panggil aku pak supir ya." Kata Didi pada Ila.
"Maaf ya, jadi aku harus panggil apa?" Tanya Ila.
"Panggil aku, kakak tampan!" Seru Didi dengan wajah konyolnya.
Galuh memutar kedua bola matanya sambil menghela nafas saat melihat tingkah konyol dari supir pribadinya yang memiliki peran multitalenta.
"Bos, aku saja yang antar non Ila." Kata Didi.
"Tidak usah!" Sahut Galuh.
"Bos, tapi aku kan supirnya." Kata Didi lagi.
"Tutup mulutmu atau ku potong gajimu selama setahun!" Ancam Galuh.
Didi langsung menutup mulut dengan kedua telapak tangannya. Ia takut Galuh akan benar-benar akan memotong gajinya selama satu tahun.
Ila dan Galuh masuk kedalam mobil dan mobil pun bergerak melaju dengan kencang.
Galuh yang suka melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Ila terlihat sangat pucat saat di perjalanan.
"Kak, bisakah kau melajukan mobilnya dengan perlahan?" Pinta Ila pada Galuh.
Mendengar Ila, Galih bukannya menurunkan kecepatan pada mobilnya, tapi ia malah semakin tancap gas yang membuat mobil tersebut semakin kencang.
Ila sangat ketakutan di dalam mobil dengan wajah yang sangat pucat. Sesekali Ila berteriak saat Galuh memotong jalan dengan mobil-mobil yang lain.
Tiba dirumahnya, Ila segera turun dari mobil dan muntah-muntah disana. Apa yang ia makan saat sarapan tadi pagi keluar begitu saja karena rasa mualnya akibat ulah Galuh membawa mobil begitu kencang.
Galuh tersenyum tipis dan agak jijik melihat Ila yang sedang muntah-muntah di sana.
Ila mengusap mulutnya dan menatap kesal pada Galuh.
Galuh membalas tatapan kesal Ila padanya.
Ila menghela nafas saat di perlakukan tak baik oleh Galuh.
"Kak, terima kasih ya semalam sudah menyelamatkan aku dan sekali lagi terima kasih sudah mengantarku pulang." Ucap Ila pada Galuh.
Ila berlalu masuk kedalam rumahnya setelah ia berterima kasih pada Galuh.
Galuh yang masih di dalam mobil, hanya menatap gadis belia yang baru saja ia kerjai.
"Aku pikir dia kesal, ternyata dia malah mengucapkan terima kasih padaku." Gumam Galuh masih menatap Ila yang sudah masuk ke dalam rumahnya.
Galuh melajukan mobilnya pergi dari kediaman Yurika.
Ila yang baru saja pulang di hadang oleh Kia yang sudah menantinya dari tadi di ruang tengah. Kia menatap Ila dengan sangat kesal. Ila yang memang tak pernah akur dengan Kia, membalas tatapan Kia.
"Hei babu, dari mana kau? Sudah berani pulang pagi, hah?" Ujar Kia pada Ila.
"Bukan urusanmu!" Sahut Ila.
Ila berlalu begitu saja tanpa mau meladeni Kia yang selalu mencari gara-gara padanya setiap hari.
Kia melihat raut wajah Ila yang bagaikan tak terjadi sesuatu apapun padanya. Kia berpikir keras dan berusaha untuk menghubungi ponsel Genta, namun panggilannya selalu di tolak oleh Genta.
"Kenapa sih si Genta menolak panggilan teleponku?" Tanya Kia kesal pada Genta.
"Apa yang sebenarnya terjadi semalam? Aku lihat si Ila biasa saja dan Genta juga gak ada kabar sampai hari ini." Kata Kia sangat penasaran dalam hatinya.
Ila masuk ke dalam kamarnya dan duduk di meja belajarnya. Ia masih kesal pada Galih yang membuatnya mual-mual hingga muntah barusan.
"Ini yang membuatku tidak ingin dekat-dekat dengan si Galuh itu! Dia selalu saja menyebalkan." Ujar Ila sangat kesal pada Galuh.
"Tapi walaupun begitu, dia sudah menyelamatkan aku dari para pemuda yang melecehkan aku semalam. Seandainya Galuh seorang pria yang tidak menyebalkan, mungkin aku akan dengan senang hati menjadi istrinya." kata Ila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
🙄🙄🙄😡😡
2023-03-10
0
Qaisaa Nazarudin
Dalang nya si anak pungut yg sok2an jd puteri..
2023-03-10
0
Qaisaa Nazarudin
Udah deh Sandi kamu jgn nyesel karna kamu tlah memilih kaca dan membuang permata..
2023-03-10
0