Dua minggu kemudian Genta yang baru keluar dari rumah sakit akibat patah tulah karena di hajar oleh Didi dan anak buah Galuh lainnya, masuk ke sekolah seperti biasa.
Kia yang bukan teman sekelas Genta, melihatnya dengan kondisi tangan yang bergantung di leher. Kia merasa keheranan saat melihat Genta di kantin sekolah. Kia mendekati Genta yang sedang duduk dengan teman-temannya disana.
"Genta! Kenapa dalam beberapa hari ini kau tidak mau mengangkat teleponku?" Tanya Kia.
"Apa kau masih berani bertanya padaku, hah? Apa kau tidak lihat kondisiku sekarang? Ini semua adalah salahmu!" Teriak Genta kesal pada Kia.
"Apa yang terjadi? Apa hubungannya denganku?" Balas Kia ikut kesal.
"Tanganku patah dan harus di rawat di rumah sakit selama dua minggu gara-gara gadis yang kau anggap babu itu!" Sahut Genta.
"Apa? Maksudmu si babu yang mematahkan tanganmu?" Tanya Kia.
"Dasar bodoh! Bukan si babu yang mematahkan tanganku, tapi pengawal pria yang menyelamatkan si babu yang mematahkan tanganku. Bukan hanya aku saja yang terluka karena di hajar habis-habisan olehnya, tapi Dodi dan teman-temanku yang lain juga." jawab Genta.
"Siapa pria itu?" Tanya Kia.
"Mana aku tau!" Sahut Genta.
"Sial! Pantas saja si babu pulang pagi waktu itu, ternyata ada orang yang menyelamatkan dia. Tapi siapa?" Gumam Kia.
"Pergilah sana! Kau membuatku menjadi sial saja." Ujar Genta.
"Kenapa kau menyalahkan aku? Bukannya kau sendiri yang menginginkan dia." Teriak Kia kesal.
"Memang semua karena kesalahanmu! Kau juga memiliki rasa tidak suka padanya makanya kau setuju saat aku ingin mengerjai si babu." Kata Genta.
"Pergi sana!" Teriak Genta mengusir Kia menjauh darinya.
Kia berdecak kesal dan pergi meninggalkan ruang kantin. Saat berjalan menuju ke ruang kelasnya, sebuah tangan menarik lengannya dengan kasar. Ia melihat orang yang menarik lengannya yaitu Sandi.
Sandi menatap tajam pada Kia.
"Apa yang kau lakukan pada Ila?" Tanya Sandi marah pada Kia.
"Apa? Aku tidak melakukan apa-apa pada si babu!" Sahut Kia.
"Apa kau pikir aku bodoh, hah? Aku mendengar semua pembicaraanmu pada Genta di kantin barusan!" Kata Sandi.
Kia sedikit terkejut karena Sandi ternyata mendengar semua perbincangannya dengan Genta saat di kantin mengenai Ila.
"Oh, jadi kau sudah tau semuanya! Lantas kau mau apa?" Tanya Kia.
"Aku peringatkan padamu, jangan berbuat hal yang dapat membahayakan Ila, atau aku akan..
"Akan apa, hah?" Teriak Kia dengan lantangnya pada Sandi.
"Apa kau lupa? Tanpa bantuan dari mamaku, perusahaan ayahmu tidak akan berkembang seperti sekarang!" Sambung Kia.
Sandi semakin kesal dengan apa yang Kia katakan padanya. Kia tersenyum licik pada Sandi.
"Kau harus membayar semua hutang budi pada keluargaku, jadi lebih baik kau menurut pada apa yang aku katakan. Bukankah begitu sebaiknya, kekasihku?" Ucap Kia.
"Aku terpaksa menjadi kekasihmu!" Ujar Sandi.
"Aku mencintaimu sejak pertama kau datang kerumah untuk bermain bersama Ila, dan sekarang kau adalah kekasihku, sampai kapanpun kau tetap kekasihku!" Kata Kia.
"Aku tidak mencintaimu! Aku hanya mencintai Ila." Ucap Sandi.
Sandi melepaskan cengkramannya dari lengan Kia, dan berlalu begitu saja tanpa mau menatap pada Kia lagi. Sedangkan Kia menatap Sandi dengan perasaan yang sangat marah karena kekasihnya itu tidak benar-benar mencintainya. Cinta yang di rasakan oleh Kia sejak kecil hanya bertepuk sebelah tangan, karena Sandi mencintai Ila dari saat mereka kecil.
Kia pulang dari sekolahnya saat sore hari dengan menaiki mobil mewah yang setiap hari menjemput dirinya.
Saat di perjalanan, ia melihat Ila yang tertawa lepas bersama Eri di pinggir jalan. Kia melihat betapa bahagianya Ila memiliki sahabat seperti Eri yang selalu membuatnya tertawa dengan tingkah-tingkah konyol yang Eri miliki.
Kia melihat Ila dan Eri masuk ke salah satu toko yang menjual kaset musik.
"Dia selalu saja bersenang-senang dengan sahabatnya! sementara aku, hanya selalu mati kebosanan setelah pulang dari sekolah! kenapa sih semua orang suka apa Ila? semua pelayan dirumah menyayanginya, Sandi mencintainya, bahkan sekarang ada tante Hana dan om Antoni yang juga menyayanginya, sampai si berengsek Genta juga tertarik padanya walaupun hanya untuk mempermainkannya saja! sedangkan aku, hanya mama saja yang perhatian dan sayang padaku. sungguh menyebalkan!" Gumam Kia yang memiliki sifat iri dan dengki pada Ila sejak kecil hingga sekarang.
Diruang kantornya, Galuh duduk di depan meja dan fokus pada laporan yang akan di tanda tangani olehnya. Tak lama kemudia masuklah seorang wanita yang selama ini sangat ia cintai yaitu Ana. Dengan tatapan tajam ia melihat Ana yang sudah masuk kedalam dan mendekatinya.
"Mau apa kau datang menemuiku?" Tanya Galuh.
"Sayang, aku sangat merindukanmu! Aku minta maaf soal malam itu, aku punya alasan atas apa yang aku lakukan." kata Ana.
"Apa alasanmu? Apa kau mau bilang hal itu biasa terjadi karena budaya barat yang kau dapatkan dari kecil?" Ujar Galuh.
"Bukan begitu sayang, aku melakukan hal itu karena ingin membantu perusahaan ayahku!" Kata Ana.
"Apa maksudmu?" Tanya Galuh.
"Aku terpaksa melakukan hal itu pada pria yang akan membantu menaikan saham perusahaan ayahku! Kau tau kan kalau perusahaan ayahku saat ini sedang kacau balau." Kata Ana.
"Kau pikir aku bisa dengan mudahnya kau bodohi, hah?" Teriak Galuh kesal pada Ana.
"Sayang, aku berkata dengan jujur! Aku terpaksa melakukannya." Kata Ana.
"Pergilah, Ana! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi di hadapanku." Ujar Galuh untuk mengusir Ana.
"Sayang, aku mohon maafkan aku! Kita sudah menjalin kasih selama 5 tahun, semuanya kita lalui bersama, apa kau tidak ingat banyak kenangan manis yang sudah kita jalani bersama." Kata Ana mendekat dan bergelayut mesra pada tubuh Galuh.
"Aku ingat semuanya, bahkan aku ingat di malam saat kau bersama dengan pria lain di kamar hotel itu! aku membencimu, Ana! Sekarang pergilah dan jauhi aku selamanya." Kata Galuh sambil melepaskan tangan Ana pada lehernya.
Galuh mendorong tubuh Ana agar menjauh darinya, lalu mengusirnya untuk keluar dari ruang kerjanya. Saat di luar ruang kerja Galuh, Ana berdecak kesal karena gagal untuk meyakinkan Galuh untuk memaafkan kesalahan yang telah menyakiti pria yang mencintainya selama ini.
"Sial! Biasanya Galuh tak pernah tau hubunganku dengan pria-pria lain selain dirinya, namun waktu itu aku sedang sial hingga Galuh memergoki aku dengan salah satu pria selingkuhanku!" Gumam Ana dalam hatinya.
"Aku tidak akan berhenti untuk meyakinkan Galuh lagi! Aku akan terus berusaha agar Galuh memaafkan aku dan menerimaku kembali." Kata Ana.
Sepulang dari kantornya, Galuh langsung masuk ke kamarnya dengan rasa lelah seharian beraktifitas menjalani perusahaan keluarganya. Saat ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, Galuh di kagetkan oleh sosok pria yang duduk di sofa kamarnya. Pria itu tak lain adalah Roni sepupu dari Galuh yang tinggal di kota lain.
"Hai, sayang!" Sapa Roni yang memiliki sifat konyol seperti Antoni.
"Woi, kampret! Sejak kapan kau berada di dalam kamarku, hah?" Teriak Galuh pada sepupunya.
"Hehehe, belum lama! Apa kau tau, aku sangat merindukanmu." Ucap Roni nyeleneh.
"Hentikan sikap nyelenehmu itu! Kau sungguh menjijikkan!" Sahut Galuh.
"Kapan kau datang?" Tanya Galuh.
"Tadi siang!" Jawab Roni.
"Mau apa kau di kota ini?" Tanya Galuh.
"Apa kau tidak dengar ucapanku tadi? Aku sangat merindukanmu, Galuh seppupuku sayang." Kata Roni memeluk Galuh.
"Hei, lepas! Kau membuatku geli." Teriak Galuh kesal pada Roni.
"Hehehe, ternyata kau masih sama seperti dulu." Kata Roni yang mengerti sikap Galuh sedikit dingin.
"Kau juga tak berubah, masih suka nyeleneh dan konyol!" Sahut Galuh.
"Jadi kau mau apa datang ke kota ini?" Tanya Galuh.
"Aku ingin wanita!" Jawab Roni.
"Apa di kotamu tidak ada wanita?" Tanya Galuh.
"Aku bosan dengan wanita yang ada di kotaku, makanya aku berkunjung kesini untuk mencari wanita dan bersenang-senang." Jawab Roni asal bicara.
"Dasar pria gila!" Umpat Galuh.
Roni hanya cengengesan saat Galuh mengatakan dirinya gila. Begitulah hubungan antara Galuh dan sepupunya Roni. Mereka sudah dekat dari kecil walaupun mereka tinggal di kota yang berbeda.
Tak lama kemudian, Hana memanggil keduanya untuk turun dan bersiap untuk makan malam bersama di ruang makan.
Galuh yang sudah selesai mandi menuruni anak tangga menuju ke ruang makan. Disana ia sudah melihat kedua orang tuanya yang sedang memanjakan Roni. Galuh duduk sambil menatap Romi yang sedang disuapi oleh Hana.
"Wah, masakan tante Hana memang lezat!" Seru Roni berniat untuk memuji sang tante.
"Hei, apa kau begitu bodoh? Tantemu itu tidak bisa masak!" Sahut Antoni.
"Benarkah itu, tante?" Tanya Roni.
"Hehehe, aku ini wanita yang selalu sibuk dengan urusan sosialitaku, jadi tak sempat untuk belajar memasak." Jawab Hana dengan gamblangnya.
"Hahaha, walaupun tidak bisa masak, yang penting tante sangat cantik!" Seru Roni.
"Benarkah! Wah, kau memang sangat pintar memuji diriku. Ini makan lagi!" Kata Hana kegirangan sambil terus menyuapi Roni.
Galuh hanya memutarkan kedua bola matanya melihat Hana dan Roni yang bagaikan seorang ibu menyuapi seorang bayi baru lahir.
"Ma, pa, minggu depan aku akan pergi meeting keluar kota." Kata Galuh.
"Berapa lama?" Tanya Antoni.
"Dua minggu. Tapi bila cepat selesai urusannya aku akan pulang lebih awal." Jawab Galuh.
"Baiklah." Sahut Antoni.
"Galuh, mama sudah putuskan setelah kau pulang dari luar kota, kau dan Ila akan bertunangan." Kata Hana.
"Ma, aku sudah berapa kali bilang sama mama, kalau aku menolak perjodohan ini!" Kata Galuh.
"Jangan membantah lagi, Galuh!" Kata Hana.
Galuh hanya berdecak kesal mendengar Hana menaikan nada bicaranya.
"Tante, apa Galuh akan segera menikah?" Tanya Roni.
"Iya." jawab Hana.
"Dengan siapa?" Tanya Roni.
"Nama gadis itu Ila, dia anak dari teman sosialitanya tante. Masih muda belia, anak SMA!" bisik Hana.
"Wah, beruntung sekali Galuh mendapatkan gadis SMA!" Seru Roni sambil melirik Galuh yang sedang kesal.
"apaan sih kampret!" Ujar Galuh pada Roni.
"Hei, Galuh! Aku tidak pernah menyangka kalau kau suka pada gadis kecil, hehehe." Ucap Roni berbisik pada Galuh.
"Apa kau budek? Aku kan bilang menolak perjodohanku padanya." Kata Galuh.
"Kenapa kau menolaknya? Bermain dengan gadis kecil itu asik loh!" Kata Roni.
"Dasar gila!" Ujar Galuh.
Lagi-lagi Roni hanya cengengesan saat Galuh mengatakan dirinya gila.
"Tante, aku jadi penasaran dengan gadis belia itu. Ayo kenalkan padaku!" Pinta Roni.
"Baiklah, besok tante akan memperkenalkan Ila padamu." Sahut Hana.
Malam harinya Galuh dan Roni pergi nongkrong bersama teman-temannya di salah satu cafe yang biasa mereka jadikan tempat bertemu. Disana sudah menunggu Hamka dan Syakir.
Galuh memesan minuman soda yang biasa ia minum, sedangkan Roni yang berprofesi sebagai seorang dokter memesan susu dingin untuknya.
"Hahaha, pak dokter selalu menjaga kesehatan ya!" Kata Hamka meledek Roni yang memesan segelas susu dingin.
"Hei, ini minuman yang sangat populer." Sahut Roni.
"Iya, populer di kalangan para balita! hahahahaha." Sahut Syakir.
"Heemmpp!" Roni kesal sambil memalingkan wajahnya pada Hamka dan Syakir.
"Awas saja kalau kalian sakit, aku tidak akan mengobati kalian!" Kata Roni.
"Hei, kau itu dokter di kota lain, kalau kami sakit ada banyak dokter di kota." Kata Galuh.
"Dasar begok! Aku datang ke kota ini karena kau sudah pindah tugas kesini." Kata Roni.
"Benarkah?" Tanya Hamka.
"Iya lah! Awas saja kalau kalian sakit dan aku yang menjadi dokter yang menangani kalian, aku tidak akan mengobati kalian, tapi aku akan menyuntik mati kalian semua!" Seru Roni dengan dendam kesumatnya.
"Hehehe, kami hanya bercanda, pak dokter ganteng!" Kata Hamka membujuk Roni yang sedang kesal.
"Hheemmpp! Rayuanmu tak berlaku padaku." Sahut Roni.
Saat merek sedang bercanda untuk membujuk Roni yang ngambek, Ana mendekati Galuh disana. Mata teman-teman Galuh dan juga Roni menatap kesal pada Ana.
"Galuh, aku ingin bicara padamu." Kata Ana.
"Apa kau tidak mengerti apa yang aku katakan padamu tadi siang? Aku tidak ingin melihatmu lagi di hadapanku!" Kata Galuh pada Ana.
"Tapi Galuh, aku hanya ingin menjelaskan yang sebenarnya terjadi." Kata Ana terus berusaha.
"Aku tidak perduli! Pergi jauhi aku." Ujar Galuh.
"Aku mencintaimu, Galuh! Aku juga tau kalau sampai detik ini kau masih sangat mencintaiku." Kata Ana.
"Hei, Ana! Apa kau tidak mengerti apa yang Galuh katakan padamu barusan? Dia tidak menginginkanmu lagi." Kata Roni yang sama sekali tidak menyukai Ana.
"Jangan campuri urusanku dan Galuh! Kau hanya orang luar!" Teriak Ana pada Roni.
"Siapa yang kau bilang orang luar, hah? Roni itu sepupuku!" Balas Galuh kesal pada Ana.
"Ana, pergilah! Jangan ganggu kesenangan kami malam ini." Kata Hamka.
"Iya, pergilah sana wanita tukang selingkuh!" Kata Syakir.
Ana tak tahan mendengar Galuh dan teman-temannya menghina dirinya sebagai wanita yang tukang selingkuh, walaupun apa yang mereka katakan untuknya memanglah kenyataan.
Galuh menghela nafasnya dengan berat menatap Ana yang pergi dengan perasaan yang sangat kesal.
"Sudahlah, Galuh! Masih banyak wanita di dunia ini." Kata Hamka.
"Hei, apa kalian tidak tau? Sebentar lagi Galuh akan segera menikah." Kata Roni dengan mulut cemprengnya.
"Apa?" Teriak Hamka dan Syakir terkejut.
"Woi, kampret! Kenapa kau mengatakan hal itu pada kedua temanku, hah?" Teriak Galuh kesal pada Roni.
"Apa salahnya? Apa kau tidak berniat untuk mengundang mereka?" Tanya Roni.
"Jika aku menikah aku bahkan tidak akan mengundangmu!" Teriak Galuh pada Roni.
"Daasar sepupu menyebalkan!" Ujar Roni kesal pada Galuh.
"Siapa wanita yang akan dinikahi oleh Galuh?" Tanya Syakir pada Roni.
"Seorang gadis belia yang masih SMA!" Seru Roni dengan wajah konyolnya.
"Hei, dasar mulut ember kau!" Ujar Galuh menarik rambut Roni dan memukulinya.
"Aduh! sakit woi!" Teriak Roni.
"Wah, Galuh sangat beruntung bisa bermain-main dengan gadis kecil!" Seru Hamka dan Syakir.
"Kata tante Hana, besok aku akan di kenalkan oleh gadis kecil itu." Kata Roni dengan rambut yang sudah acak-acakan.
"Benarkah?" Tanya kedua teman Galuh lagi.
"Iya! besok gadis kecil itu akan makan malam dan menginap dirumah." Kata Roni.
"Kami pasti akan datang!" Seru Hamka dan Syakir.
"Hei, kalian tidak di undang." Kata Roni menatap keduanya.
"Bodo amat! Setahu kami tante Hana itu malaikat tak bersayap, kalau kami datang berkunjung pasti disuruh makan, kami juga akan menginap disana! Hahahaha" kata Hamka dan Syakir.
"Hei, kalian berdua jangan mencoba untuk merebut perhatian tante Hana dariku!" Teriak Roni pada keduanya.
Roni dan kedua sahabat Galuh sedang bergaduh di cafe itu, sedangkan Galuh hanya tepok jidat saat melihat sepupu dan kedua sahabatnya yang bertingkah bagaikan anak-anak.
Di ruang dapur hampir setiap harinya, Ila makan bersama para pelayan disana, sementara Kia dan Yurika makan di ruang makan dengan menu makanan mewah yang enak. Malam itu Ila kurang selera untuk menyantap makan malamnya. Dengan sepiring nasi yang terlihat sangat sedikit itu, Ila duduk makan bersama pelayan yang lainnya.
"Nona Ila kenapa makansedikit? Apa makanannya tidak enak ya?" Tanya seorang pelayan.
"Bukan begitu, aku sedang tidak berselera saja! Mungkin karena aku sedang kepikiran dengan materi pelajaran yang aku persiapkan untuk pertandingan di luar kota nanti." Sahut Ila.
"Nona Ila kan pintar! Kami yakin kalau nona Ila akan menang saat pertandingan nanti." Kata pelayan lainnya.
"Semoga saja! Doakan aku ya." Kata Ila.
"Kalau begitu nona Ila harus makan makanan yang bergizi supaya sehat dan bisa menjawab semua pertanyaan saat pertandingan nanti." Kata pelayan itu memberikan ayam goreng kesukaan Ila.
Dari kejauhan Yurika melihat Ila yang sedang makan bersama para pelayan dirumahnya. Batinnya sangat tersiksa melihat pemandangan yang setiap hari mengganggu pikirannya. Rasa bersalah karena telah menelantarkan Ila yang keluar dari rahimnya dan tumbuh di sekitar para pelayan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Athaya Winangun
tinggal mengakui ila apa susahnya sih , paling nggak kasih perhatian dikit kek .
2020-08-22
1
Yeyen Dhevan
kasian ila
2020-08-17
0
Fitriah Niapele
thou tolong dong buat yurika menyesal sdalam dalamnya biar dia tau anak kandung yg soleha sama anak angkat yg seraka itu
2020-07-30
10