Hana masuk ke dalam kamar Ila dan menemuinya. Hana mengajak Ila duduk di tepi ranjang untuk membicarakan tentang pernikahan.
"Ila, apa semalam kau tidur dengan Galuh?" Tanya Hana lembut.
"Tante, sebenarnya aku dan kak Galuh......
"Ila, sebaiknya kita percepat saja pernikahanmu dan Galuh! Itu akan lebih baik." Ucap Hana yang memotong perkataan Ila.
"Tapi tante, aku masih sekolah." Kata Ila.
"Tidak masalah! untuk urusan di sekolahmu biar om Antoni yang urus." Sahut Hana.
"Tapi tante, kenapa harus secepat itu? Apa karena semalam aku tidur seranjang dengan kak Galuh?" Tanya Ila.
Hana tak menjawab. Ia hanya menatap mata Ila.
"Tante, aku dan kak Galuh tidak melakukan apapun semalam. Dia hanya menemaniku karena aku takut tidur sendirian jika ada suarapetir." Kata Ila menjelaskan pada Hana kejadian yang sebenarnya.
"Iya, Tante percaya pada Ila, tapi tante tidak percaya pada Galuh! Galuh itu pria yang sudah dewasa. Apa mungkin dia tidak melakukan apapun padamu di saat kau tidur?" Sahut Hana yang membuat hati Ila gusar.
Lalu Hana melirik kain sprei berwarna putih yang menjadi alas ranjang tidur di kamar Ila. Tidak ada noda darah di sana. Hana merasakan kekhawatiran jika sampai terjadi sesuatu pada Galuh dan juga Ila sebelum mereka menikah.
"Ila, dengarkan tante. Tante dan om Antoni sudah sepekat untuk membicarakan pernikahanmu pada mamamu setelah kita kembali dari liburan." Kata Hana mengelus wajah Ila dengan lembut.
"Tante, aku masih ingin lulus sekolah." Ucap Ila.
"Iya, tante paham! Kau akan tetap sekolah seperti biasanya setelah menikah dengan Galuh." Sahut Hana.
"Apa kepala sekolah akan mengizinkan hal itu?" Tanya Ila.
"Untuk itu biar menjadi urusannya om Antoni." Jawab Hana.
Ila masih terdiam tidak mau menyetujui apa yang Hana perintahkan padanya. Hana melihat Ila diam saja pertanda kalau Ila telah setuju untuk menikah dengan Galuh secepatnya.
Sore harinya Ila tidak menampakkan wajahnya di vila lingkungan villa itu. Ia hanya berdiam diri di dalam kamarnya karena malu atas kejadian yang semalam. Sementara Galuh tidak perduli sedikitpun dengan kejadian yang semalam. Ia menikmati masa liburannya dengan berenang di kolam renang halaman belakang.
Hana mencari keberadaan Ila yang tidak keluar kamar setelah selesai makan siang. Hana pun menemui Ila lagi di kamarnya.
"Sayang, kenapa kau tidak keluar?" Tanya Hana.
"Aku malu, tante." Sahut Ila.
"Malu kenapa?" Tanya Hana.
"Karena kejadian semalam saat kak Galuh dan aku tidur bersama. Pasti Bibi Leni dan Bapak penjaga villa berpikir aku telah melakukan hal yang tidak baik bersama kak Galuh." Jawab Ila.
"Itu tidak benar! Mereka tidak tau apa-apa tentang kejadian semalam." Kata Hana membohongi Ila agar Ila mau keluar dari kamarnya.
"Ila, tante mengajakmu kesini agar kau bisa menikmati hari libur sekolahmu." Sambung Hana.
"Ayo kita turun ke bawah dan bersenang-senang disana." Ajak Hana.
Ila pun mengikuti ajakan Hana untuk bersenang-senang di halaman belakang bersama Galuh dan juga Antoni. Saat melihat Antoni, Ila merasa sangat malu dengan kejadian semalam. Walaupun dia dan Galuh memang tidak melakukan apapun.
"Ila, sini duduk dekat om." Kata Antoni yang sedang menikmati buah durian.
Ila pun duduk di samping Antoni sambil menundukkan wajahnya.
"Ila, bersenang-senanglah! Om lebih suka kalau kau ceria seperti biasanya." Kata Antoni lagi.
Ila pun memperlihatkan senyuman canggungnya saat itu. Di tepi kolam renang Galuh menatap Ila dengan kesal.
"Jelek!" Gumam Galuh yang tak menyukai senyuman canggung dari Ila.
Antoni dan Hana yang sangat menyayangi Ila, berusaha keras untuk membuatnya senang dan kembali ceria. Dengan tingkah-tingkah konyol yang dimilikinya, Antoni berhasil membuat Ila tersenyum ceria lagi dan menikmati masa liburannya di villa tersebut.
Ila duduk sambil menatap air kolam yang sangat jernih itu.
"Apa kau ingin berenang?" Tanya Hana pada Ila.
"Aku tidak bisa berenang, tante." Jawab Ila.
Hana, Antoni dan Galuh terkejut saat mendengar bahwa Ila tidak bisa berenang. Padahal di rumah Yurika terdapat kolam renang yang cukup luas disana. Hana dan Antoni pun mengerti keadaan Ila sedangkan Galuh masih keheranan dengan jawaban Ila yang mengatakan kalau dirinya tidak bisa berenang.
"Aku mencium bau-bau keanehan pada gadis ini." Gumam Galuh dalam hatinya.
Ila mengingat masa kecilnya yang memang tidak pernah merasakan kebahagiaan. Ila teringat bagaimana sikap Yurika dan Kia yang selalu tidak pernah memperdulikan kehadiran dirinya.
"Bagaimana mungkin aku bisa berenang? Dari kecil aku selalu di larang untuk mendekati kolam renang yang ada di balakang rumah. Hanya Kia yang boleh menikmati apa saja yang ada dirumah itu." Ucap Ila dalam hatinya.
Malam harinya setelah berbincang lama dengan Hana dan Antoni di ruang makan, Ila menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk beristirahat. Namun saat ia hendak membuka pintu kamarnya, lengan Ila di tarik oleh Galuh yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Ila, apa kau setuju dengan perkataan mamaku untuk menikahkan kita secepatnya?" Tanya Galuh menatap Ila dengan kesal.
"Sebenarnya aku tidak mengatakan setuju atau tidak pada tante Hana. Aku juga tidak tau harus berbuat apa." Sahut Ila.
"Ini semua gara-gara kau! Jika kau tidak memintaku menemanimu semalam, mungkin kita tidak akan dinikahkan secepatnya." Ujar Galuh menyalahkan Ila.
"Aku tidak tau akan jadi seperti ini!" Ucap Ila.
Saat Galuh akan memarahi Ila lagi, tiba-tiba Galuh melirik ke arah tangga dan melihat Hana yang akan mendekati mereka. Galuh langsung melepaskan cengkramannya dari lengan Ila.
"Kalian berdua sedang apa? Kenapa belum tidur?" Tanya Hana pada Galuh dan Ila.
"Kami hanya mengobrol saja! Iya kan Ila?" Kata Galuh sambil melotot pada Ila.
Ila tau kalau Galuh sedang berpura-pura baik padanya karena di depan Hana.
"Hahaha, iya tante! Kami hanya sedang ngobrol saja." Sambung Ila.
"Ini sudah larut malam. Kalian pergi masuk ke dalam kamar kalian masing-masing! Ingat ya jangan mengulangi hal yang seperti kemarin. Kalian belum menikah." Kata Hana.
Ila dan Galuh pun masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Hana juga masuk ke dalam kamarnya yang berada tepat di depan kamar Ila.
Setelah menjalani masa liburannya semala dua minggu, Ila kembali menjalani aktifitasnya di sekolah. Kini Ila duduk di bangku kelas 3 SMA dan kebetulan Eri juga Fiqri kembali menjadi teman sekelasnya. Tiga sahabat itu pun menceritakan hari libur mereka masing-masing. Tawa dan canda membuat perasaan gundah Ila hilang walaupun sebentar saja. Ila sedang gundah menghadapi masalahnya karena akan segera menikah dengan pria yang sama sekali tidak mencintainya. Begitu pula dengan dirinya yang memang tidak memiliki perasaan apapun terhadap Galuh.
Jam istirahat Ila dan kedua sahabatnya itu duduk di bawah pohon yang ada di halaman sekolah. Saat sedang bercanda dengan kedua sahabatnya itu, Ila melihat Antoni yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah. Ila tau apa yang di lakukan oleh Antoni saat itu. Ila menghela nafas dengan berat sambil menundukkan wajahnya.
"Pernikahan itu akan benar-benar terjadi." Batin Ila kecewa.
Dua bulan kemudian Ila melihat baju kebaya putih yang tergantung di lemari pakaiannya. Ila duduk di tepi ranjang miliknya sambil melihat sekeliling kamarnya yang mungil itu.
"Aku pasti akan merindukan tempat ini." Ucap Ila.
Ila kembali menoleh pada kebaya putih yang akan ia gunakan besok di saat hari pernikahannya dengan Galuh. Ila tak kuasa menahan air matanya yang jatuh begitu saja. Sebenarnya ia sangat tidak ingin pernikahan itu terjadi. Namun ia juga tidak dapat berbuat apa-apa dengan keputusan yang di ambil oleh Yurika dan juga Hana.
"Kapan aku bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya?" Ucap Ila dalam isak tangisnya.
Malam itu Ila terus menangis karena kesal harus menikah dengan Galuh. Disisi lain Galuh juga merasa kesal pada keputusan orang tuanya yang menikahkan dirinya dengan wanita yang tidak ia cintai. Galuh berdiri di balkon kamarnya menatap sejauh mana matanya memandang. Pikirannya melayang entah kemana. Tak lama kemudian Antoni datang dengan selembar kertas untuk Galuh.
"Apa ini?" Tanya Galuh.
"Hafalkan tulisan itu! Besok kau akan ijab qabul di pernikahanmu." Sahut Antoni.
Galuh membaca nama Ila atas binti ibunya bukan bin ayahnya. Galuh bingung menatap secarik kertas itu.
"Pa, kenapa nama Ila di nasabkan atas ibunya bukan ayahnya?" Tanya Galuh.
"Kau tidak perlu banyak bertanya! Lakukan saja yang aku perintahkan padamu." Sahut Antoni.
Antoni pergi begitu saja tanpa jawaban yang diinginkan oleh Galuh. Galuh kembali menatap kertas yang bertuliskan nama Suhaila binti Yurika.
"Ada yang tidak beres pada keluarga mereka! Suatu saat aku pasti akan mengetahuinya." Gumam Galuh.
Galuh keluar dari kamarnya menemui Hana yang tampak sibuk menyiapkan acara pernikahan putranya tersebut.
"Ma, apa ini? Kenapa nama Ila di nasabkan ke ibunya bukan ayahnya?" Tanya Galuh.
"Galuh dengarkan mama! Mama mohon padamu jangan tanyakan hal ini lagi padaku atau pada siapapun." Kata Hana.
"Tapi kenapa ma?" Tanya Galuh penasaran.
"Galuh, sudah aku katakan jangan bertanya apapun lagi tentang hal itu!" Teriak Hana.
"Aku yakin ada hal yang tidak beres pada keluarga Ila." Ujar Galuh.
"Galuh, berhentilah berpikir yang tidak-tidak! Dari pada kau memikirkan hal tersebut lebih baik kau lihat kamar yang sudah mama siapkan untuk kau dan Ila tempati setelah menikah." Kata Hana mengalihkan pembicaraan.
"Ma, aku sudah putuskan setelah menikah aku akan tinggal di apartemen bersama Ila." Kata Galuh.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau tinggal disana? Rumah ini cukup besar untuk menampung keluarga kita." Ujar Hana terkejut dengan keputusan Galuh.
"Aku ingin mandiri. Itu alasanku!" Sahut Galuh sembari berlalu dari Hana yang masih menatapnya.
Di pagi yang cerah Ila terlihat cantik dengan kebaya putih yang membalut tubuhnya. Pelayan yang menyayanginya sangat kagum melihat paras Ila yang sangat mirip dengan Yurika.
"Lihatlah, nona Ila sangat mirip dengan nyonya ya." Kata salah satu pelayan.
"Iya! Dia bagaikan boneka jepang yang memakai baju kebaya." Sahut pelayan lainnya.
Ila mendengar semua perkataan para pelayan yang menyanjung kecantikannya, namun hal itu tidak mengukir garis senyuman pada bibir Ila. Ila menatap dirinya yang duduk di depan cermin dengan ekspresi yang datar. Tak lama kemudian, Yurika datang menghampiri Ila untuk di bawa keruangan yang sudah di jadikan tempat pernikahan.
Hati Yurika bergetar saat melihat Ila yang bagaikan kembaran dirinya dengan memakai kebaya putih yang indah.
Mempelai pria beserta keluarganya telah hadir. Bapak penghulu dan juga saksi pun sudah menanti sedari tadi. Ila melangkahkan kakinya dan duduk di samping Galuh yang juga duduk di hadapan bapak penghulu.
"Mari kita mulai." Kata Penghulu.
"Bismillahirrahmanirrahim. Saudara Galuh saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Suhaila binti Yurika dengan emas kawinnya berupa 100 gram emas dan seperangkat alat sholat, tunai!" Kata Penghulu.
"Saya terima terima nikah dan kawinnya Suhaila binti Yurika dengan emas kawin yang tersebut di atas, tunai!" Ucap Galuh.
"Bagaimana saksi? Sah?" Tanya Penghulu.
"Sah!" seru para saksi pernikahan.
Setelah mengucapkan ijab dan qabul itu Galuh sempat melihat air mata Ila yang jatuh membasahi wajahnya. Ila tak kuat menahan dirinya untuk tidak menangis di hadapan semua orang. Ila cepat-cepat mengusap air matanya agar tidak di ketahui orang-orang yang sedang menyaksikan pernikahan itu.
Pernikahan itu selesai dalam waktu yang singkat. Kini Ila yang masih duduk di bangku SMA sudah resmi menjadi seorang istri dari Galuh. Tidak ada rasa kebahagiaan di hati Ila saat itu. Ila banyak mengekspresikan wajah yang datar kepada tamu-tamu undangan yang hadir saat di acara resepsi pernikahannya dengan Galuh.
Namun hal itu tidak berlaku pada Galuh yang terlihat lebih santai saat bertemu dengan para tamu dan juga sahabat-sahabatnya.
"Galuh! Apa malam ini kau akan melahap kelinci kecil itu?" Tanya Hamka sambil berbisik.
"Tentu saja! Sudah sah." Jawab Galuh asal bicara.
"Dasar biadab kau! Hehehe." Ujar Syakir.
"Aku yakin dia pasti merintih kesakitan saat kau melakukannya. Hehehe." Sahut Roni.
"Bukan merintih, tapi mendesah. Dasar dokter kandungan bodoh!" Ujar Hamka seraya menendang bokong Roni.
"Hei, Ila itu anak perawan! Pasti sakit." Balas Roni.
"Galuh, aku peringatkan padamu untuk pelan-pelan saat melakukannya pada Ila. Apa kau mengerti sepupuku yang pedofil?" Sambung Roni pada Galuh.
"Ila sudah berusia 17 tahun, jadi aku bukan termasuk pedofil, bodoh!" Ujar Galuh kesal pada Roni.
"Tetap saja dia gadis kecil." Sahut Hamka.
Keempat pria dewasa itu cengengesan sambil sesekali melirik Ila. Ila juga melirik kearah mereka yang sedang berbisik-bisik.
"Mereka sedang membicarakan apa sih? Mereka sangat mirip dengan ibu-ibu komplek yang sedang bergosip!" Gumam Ila melirik sahabat-sahabatnya Galuh.
Acara resepsi telah usai. Yurika dan Kia masih berdiri di halaman gedung untuk mengantarkan Ila pergi bersama keluarga barunya itu. Yurika menatap Ila yang hendak masuk ke dalam mobil Galuh. Yurika melangkahkan kakinya untuk mendekati Ila.
"Ila." Ucap Yurika membalikkan tubuh Ila dan memeluknya dengan Ila.
Entah apa yang membuat Yurika memeluk putrinya untuk pertama kalinya itu. Air mata membasahi wajah Yurika saat memeluk Ila. Ila sangat terkejut dengan perlakuan Yurika yang tak pernah ia dapati selama ini.
"Jaga dirimu baik-baik." Ucap Yurika pada Ila.
"Mama." Ucap Ila ikut menangis dalam pelukan Ila.
Ila membalas pelukan Yurika padanya. Hana ikut menangis haru melihat ibu dan anak yang akan berpisah rumah itu. Sedangkan Kia kesal melihat Yurika memeluk Ila untuk pertama kalinya.
"Kenapa mama memeluk si babu, sih? Menyebalkan!" Gumam Kia kesal.
Kia yang kesal menarik lengan Yurika agar terlepas dari pelukan Ila.
"Mama, ayo pulang!" Kata Kia dengan wajah yang cemberut pada Yurika.
Pelukan antara Yurika dan Ila pun terlepas di karenakan tarika Kia pada lengan Yurika. Hana dan Antoni sangat kesal melihat sikap Kia yang merusak moment berharga Ila dan Yurika.
Ila pun masuk ke dalam mobil Galuh. Sementara Hana dan Antoni masuk ke mobil yang satunya lagi.
Setelah semuanya berpamitan, Didi tancap gas dan melajukan mobil yang di tumpangi Galuh dan Ila ke apartemen.
Ila bingung saat Galuh membawanya ke apartemen bukan kerumah Hana.
"Kak, kenapa kita kesini? Ini apartemen siapa?" Tanya Ila pada Galuh.
"Ini apartemenku! Kita akan tinggal disini sekarang." Jawab Galuh dengan nada datar.
Ila menatap Galuh yang sedang membawa kopernya dan di bantu oleh Didi.
"Ya Tuhan, apa lagi ini? Tidak ada om Antoni dan tante Hana disini. Aku harus melakukan apa jika si beruang kutub ini berbuat jahat padaku." Ucap Ila dalam hatinya.
Koper yang berisi pakain Galuh dan juga Ila sudah berada di dalam kamar. Sebelum pamit Didi sempat berbisik pada majikannya itu.
"Bos, mimpi yang waktu itu terjadi!" Bisik Didi pada Galuh.
"Mimpi apa?" Tanya Galuh bingung.
"Mimpi ular! Hehehe." Jawab Didi sembari cengengesan.
"Hah, kau benar." Sahut Galuh.
"Nikmati saja, bos. Hehehe." Kata Didi.
"Enyah kau!" Teriak Galuh pada Didi.
Didi berlalu masuk ke dalam lift sambil cengengesan setelah meledek majikannya itu. Galuh menutup pintu apartemen dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Disana ia melihat Ila yang masih sibuk dengan koper yang berisi pakaian mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Heiihh anak pungut gak sadar diri,kamu itu cuma menumpang dirumah itu,so soan berlagu..
2023-03-10
0
Qaisaa Nazarudin
Seharusnya binti Abdullah kalo anak luar nikah,bukan binti ibu nya🤫🤫🤫
2023-03-10
0
Siti Asmaulhusna
kasian bangeeuutt harta peninggalan bpk nya nyadi ambil smua nya sama si Yurike
2020-07-11
3