Satu bulan kemudian di pagi hari yang cerah, Ila sudah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya.
Ila memakai sepatu dan keluar dari rumah. Dihalaman depan ia melihat Yurika sedang memeluk Kia yang akan berangkat kesekolah dengan mobil mewah dan seorang supir yang mengantarnya.
Ila mendekati Yurika yang tersenyum sambil melambaikan tanganya pada Kia yang sudah masuk kedalam mobil.
"Ma, Ila berangkat sekolah dulu ya." Ucap Ila ingin menyalami tangan halus wanita yang melahirkannya itu.
Yurika menoleh dan menepis tangan mungil Ila.
"Jangan panggil aku mama!" Uja Yurika kemudian berlalu meninggalkan Ila yang masih berdiri menatapnya dengan tatapan sedih.
Ila menundukkan wajahnya yang sedih kemudian berjalan menuju ke sekolahnya yang tak begitu jauh dari rumahnya.
Tiba disekolah, seorang temannya menghampiri dirinya.
Anak laki-laki itu bernama Sandi dan sangat suka bermain dengan Ila di sekolah.
"Ila, kenapa wajahmu terlihat sedih?" Tanya Sandi pada temannya itu.
"Aku sangat ingin di sayangi oleh mamaku, tapi mamaku tidak pernah menyayangi aku." Sahut Ila.
Sandi sedih mendengar temannya itu tak di cintai oleh mamanya.
"Ila, aku berjanji, jika aku sudah dewasa dan mapan, aku akan menikahimu lalu aku akan menyayangimu sepenuh hatiku." Kata Sandi pada Ila.
Ila hanya tersenyum mendengar Sandi yang berbicara padanya seperti orang dewasa.
Ila dan Sandi sama-sama anak yang berprestasi di sekolahnya.
Kebetulan rumah Sandi tak begitu jauh dari rumah Ila.
Terkadang mereka sering bermain bersama jika sedang hari libur sekolah.
Ila dan Sandi sering bermain di sebuah taman dekat rumahnya, dan Kia juga sering melihat mereka bermain bersama. Namun Kia yang memiliki sifat sombong dan angkuh tak pernah ingin bermain dengan orang lain selain dengan teman sekolahnya yang kebanyakan anak-anak konglomerat.
Pulang sekolah hari begitu terasa panas, Ila berjalan di emperan toko agar panas matahari tak mengenyat kulitnya yang putih itu.
Dengan keringat yang mengucur di dahinya, Ila terus berjalan pulang menuju rumahnya.
Disaat yang bersamaan, Yurika sedang berada di dalam mobil bersama Kia yang juga baru pulang dari sekolahnya.
Mobil yang di naiki oleh Yurika dan Kia, berhenti di salah satu toko kue yang menjual berbagai macam kue ulang tahun.
Dengan hati gembira Kia melihat kue ulang tahun yang Yurika pesankan untuknya.
Kue ulang tahun yang bertingkat itu sangat indah di lapisi krim manis berwarna-warni.
Saat sedang menunggu untuk mengambil struk pembayaran, Yurika menoleh kearah dinding toko yang terbuat dari kaca itu.
Ia melihat Ila yang sedang berjalan pulang dari sekolahnya.
Jantung Yurika berdetak kencang melihat anak yang di lahirkannya itu dengan gontai melangkah di panas terik yang menyengat.
Namun pandangan Yurika teralihkan karena pelayan toko memberikan struk pembayaran kue yang ia beli disana.
Saat keluar dari toko ia memperhatikan setiap ruas jalan, matanya mencari keberadaan Ila yang berjalan kaki.
"Mama lihat apa?" Tanya Kia.
"tidak ada! Ayo kita pulang." Sahut Yurika.
Kemudian Yurika dan Kia menaiki mobil mewah itu dan pulang kerumah.
Tak lama Yurika melihat Ila lagi yang berjalan di emperan toko dengan wajah penuh dengan keringat.
Saat bersamaan, Ila melihat mobil yang dinaiki oleh Yurika dan juga Kia.
Ila juga melihat Yurika yang sedang menatapnya.
"Mama!" Panggil Ila.
Suara kebisingan di jalan, membuat suara Ila tak terdengar di telinga Yurika dan juga Kia, namun Yurika tau kalau Ila sedang memanggilnya.
Ila mengejar mobil itu dan sang supir tau kalau anak berpakaian sekolah itu adalah Ila.
"Nyonya, itu nona Ila." kata Supir.
"Jalan saja!" Perintah Yurika pada Supirnya.
"Tega banget sama anak sendiri." Ucap Supir dalam hatinya.
Yurika mengepalkan tanganya dan tak mau memperdulikan Ila yang terus mengejar mobilnya.
Saat Ila mengejar mobil Yurika, sebuah mobil berhenti mendadak karena hampir menabrak dirinya.
Ila kaget dan jatuh terduduk di hadapan mobil yang sangat mewah berhenti di depannya.
Lalu keluarlah seorang pria muda yang masih menempuh pendidikannya sebagai mahasiswa di universitas.
"hei, anak kecil! Apa kau ingin mati?" Teriak Pria muda itu pada Ila.
Ila hanya diam dengan tubuh yang gemetar.
"Menyingkirlah! Jangan menghalangi jalanku." Kata pria muda itu lagi.
Ila segera bangun dan menyingkir dari mobil mewah itu.
Kemudian pria muda itu masuk kedalam mobilnya lagi dan pergi dengan melajukan mobilnya.
Dengan raut wajah yang kembali sedih, Ila melanjutkan langkahnya untuk pulang kerumah.
Ila tiba dirumah dengan melihat ruangan rumah penuh dengan hiasan yang indah. Tokoh-tokoh kartun terpajang di sana dengan banyak bunga-bunga yang menghiasi ruangan.
Ila melihat tulisan yang tertempel di dinding ruangan yang bertuliskan HAPPY BIRHTDAY ZASKIA.
Ila menundukkan wajahnya setelah membaca tulisan yang tertempel di dinding dengan hiasan indah di sana.
Ia tau kalau semua itu hanya untuk Kia seorang.
Ila mengganti pakaiannya dan menuju ke dapur untuk menemui bibi Asih. Ila ingin makan siang disana.
Bibi Asih sudah menyiapkan makan siang untuk Ila yang berupa nasih putih dengan sayur sup dan ikan goreng.
Ila duduk di lantai dapur dan makan dengan lahapnya.
Saat itu Yurika menuju ke dapur untuk melihat persediaan makanan untuk pesta ulang tahun Kia sudah tiba dari catering yang ia pesan.
"Apa makanan dari catering sudah datang?" Tanya Yurika pada Bibi Asih.
"Belum nyonya." Sahut Bibi Asih.
"Ya sudah! Nanti kalau sudah datang beri tahu saya." Kata Yurika.
"Baik, nyonya." Sahut Bibi Asih.
Saat Yurika akan pergi dari dapur itu, ia melihat Ila yang duduk di lantai dengan sebuah piring di tanganya.
Ia menatap Ila yang sangat lahap makan dengan menu yang seadanya di piring tersebut.
Ila membalas tatapannya dengan mata yang ketakutan.
Yurika kemudian pergi dengan perasaan yang campur aduk.
Yurika mempercepat langkahnya untuk masuk kedalam kamarnya dan duduk di tepi ranjang miliknya.
"Tatapan anak itu membuat hatiku sangat sakit." Ucap Yurika dalam isak tangisnya.
Yurika menatap foto mendiang suaminya yang telah lama meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun silam.
Rasa cinta yang tak pernah pudar pada mendiang suaminya itu membuat Yurika tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyak pria yang ingin meminangnya, namun ia tolak dengan alasan ingin fokus merawat anaknya.
Pesta ulang tahun Kia di laksanakan pada sore hari hingga malam. Banyak teman-teman Kia dari kalangan orang kaya datang ke pesta dengan di dampingi orang tuanya.
Disana juga tampak berdatangan teman-teman sosialitanya Yurika yang hadir membawa anak-anak mereka ke pesta ulang tahun Kia yang di selenggarakan dengan mewah di rumah itu.
Ila menggunakan gaun pesta yang terlihat indah di tubuhnya, namun ia hanya duduk agar menjauh dari keramaian tamu yang hadir saat itu.
Kia tampak bahagia di hari ulang tahunnya dan bermain dengan teman-temannya.
Lagu ulang tahun terdengar jelas di telinga Ila yang mereka nyanyikan untuk Kia.
Yurika juga tampak sangat bahagia menyanyikan lagu ulang tahun untuk Kia.
Ila yang duduk agak menjauh, sedang bernyanyi lagu ulang tahun.
Selamat ulang tahun...
Selamat ulang tahun...
Selamat ulang tahun, Ila..
Semoga di sayang, mama....
Itulah lagu yang Ila nyanyikan untuk dirinya sendiri saat itu.
Saat sedang menikmati pesta ulang tahun itu, seorang teman sosialita Yurika melihat Ila yang duduk agak menjauh dari sana.
"Yurika, apa itu anak dari adikmu yang telah meninggal dalam kecelakaan pesawat?" Tanya teman Yurika.
"Iya." Jawab Yurika singkat.
"Dia sangat cantik! Mirip sekali denganmu." Kata temannya lagi.
Yurika hanya tersenyum pahit saat teman-temannya menatap Ila.
Selama ini semua orang mengetahui kalau Kia adalah anak kandung dari Yurika dan Raldi, sementara Ila adalah anak dari adik kandung Yurika yang telah meninggal dalam kecelakaan pesawat.
Posisi antara Ila dan Kia menjadi terbalik, dan Yurika hanya diam saja saat semua orang salah berpikiran tentang Ila dan Kia.
Pesta telah usai, Kia mendapatkan banyak hadiah dari pesta ulang tahunya yang di adakan setiap tahunnya.
Ila melihat semua hadiah yang tersusun rapi dan hampir memenuhi ruangan.
"Sedang apa kau disini?" Tanya Kia sinis kepada Ila.
Ila menatap Kia dengan mata yang sendu.
"Apa kau ingin mencuri hadiah ulang tahunku?" Teriak Kia pada Ila.
"tidak, Kia! Aku hanya ingin melihatnya saja." Sahut Ila.
"pergi! Jangan dekati hadiah-hadiahku." Teriak Kia mendorong Ila hingga terjatuh ke lantai.
Yurika mendengar suara kegaduhan di bawah.
Ia turun dan melihat Kia mendorong Ila hingga terjatuh.
"Ada apa Kia? Kenapa kau mendorongnya?" Tanya Yurika.
"Dia mau mencuri hadiah ulang tahunku, ma." Kata Kia.
"tidak, ma!" Ila langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena keceplosan memanggil Yurika dengan sebutan mama.
"Nyonya, aku tidak berniat untuk mengambil hadiah ulang tahun Kia, aku hanya ingin melihatnya saja." Sambung Ila meneruskan perkataannya.
Hati Yurika semakin terluka saat anak yang ia lahirkan memanggilnya nyonya.
"Kau bohong! Sudah jelas kau disini untuk mencuri hadiahku." Teriak Kia mendorong Ila lagi.
Yurika kaget saat Ila jatuh terlentang di lantai.
"Kia! " Teriak Yurika marah pada anak yang ia rawat dengan penuh kasih sayang selama ini.
"Mama." Ucap Kia terkejut karena Yurika memarahinya untuk pertama kalinya.
Kia berlari masuk kedalam kamarnya, ia ngambek dan membanting pintu kamarnya dengan keras.
Ila bangkit dari lantai dan pergi ketakutan saat Yurika menatapnya penuh amarah.
Bingung dengan apa yang terjadi, Yurika hanya mengejar Kia yang ngambek padanya karena di marahi.
Ila masuk kedalam kamarnya dan duduk di atas ranjangnya. Ila memegang bantal guling dan meletakkannya di atas pangkuannya.
Tak lama Bibi Asih masuk dengan segelas susu di tanganya.
"Kenapa cemberut?" Tanya Bibi Asih pada Ila.
"Kia menuduhku akan mencuri hadiahnya, padahal aku hanya ingin melihatnya saja." Sahut Ila.
"Sudah biarkan saja! Nona Kia memang begitu." Kata Bibi Asih.
"Untung saja nyonya tidak memarahiku tadi." Kata Ila.
"Nyonya? Nyonya siapa?" Tanya Bibi Asih bingung.
"Nyonya yang punya rumah ini! Nyonya Yurika." Jawab Ila.
"Bukan nyonya, tapi mama! Itu mamanya nona Ila." Kata Bibi Asih.
Ila menundukkan wajahnya yang sedih.
"Tapi dia tidak mau aku memanggilnya mama. Dia selalu marah saat aku memanggilnya mama." Kata Ila dengan mata yang berkaca-kaca.
"Nona Ila yang sabar ya! Jangan sedih. Bibi yakin suatu saat nanti nona Ila pasti di sayang sama mama." Kata Bibi Asih.
Ila mengangguk namun masih dengan wajah yang sedih.
Bibi Asih menyodorkan segelas susu hangat untuk Ila sebelum tidur.
Ila meminum susu itu sekali tegukan, lalu ia berbaring dan bibi Asih duduk di tepi ranjang untuk menina bobokan Ila tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Ny Aliman
😭😭😭😭 nyesak,😭😭😭😭
2022-03-16
0
Nda Qrey
aduh sedih banget thir
2021-10-04
0
Rini Pamungkaswati
tak terasa air terus mengalir, dan tetap melanjutkan membaca, kadang kadang sambil mengusap air mata😭😭
2021-09-10
0