Galuh dan Ila masuk kedalam rumah hanya berbekal lampu senter yang menjadi penerang untuk mereka. Keadaan rumah sangat gelap gulita. Galuh dan Ila berjalan perlahan menuju ruang tengah. Namun langkah keduanya berhenti saat melihat bayangan putih yang mendekat pada mereka.
"Kak, apa itu?" Tanya Ila dengan tubuh yang gemetar pada Galuh.
"Sstt, diamlah!" Bisik Galuh.
Ila semakin kencang memegang baju bagian belakang Galuh. Galuh terus menatap bayangan putih itu yang kian lama kian mendekat padanya. Ingin sekali Galuh menyorotkan lampu senter yang ia pegang pada bayangan putih itu, namun ia juga sedikit takut jika bayangan putih itu adalah hantu.
Jantung Galuh berdetak kencang menatap bayangan putih itu semakin dekat dengannya. Dengan menguatkan hatinya Galuh memberanikan diri untuk menyorot bayangan putih yang sudah berada di hadapannya.
Saat lampu senter itu menyorot bayangan putih, Ila berteriak ketakutan.
"Pocong!" Teriak Ila yang mengagetkan Galuh.
Galuh ikut berteriak saat mendengar Ila yang menjerit ketakutan.
"Aaarrggghhh!" Teriak Galuh melihat wajah yang juga panik di hadapannya.
"Tuan muda! ini saya, Bibi Leni." Kata Bibi Leni yang tak lain adalah seorang pelayan yang bertugas membersihkan dan merawat villa.
Galuh melihat lagi wajah yang ada di hadapannya dengan lampu senter. Ternyata malam itu Bibi Leni sedang menggunakan mukena karena ia baru saja selesai sholat isya. Galuh dan Ila menghela nafas lega karena bayangan putih itu bukan pocong melainkan Bibi Leni yang menggunakan mukena.
"Bibi membuat kami kaget saja!" Kata Galuh pada Bibi Leni.
"Bibi baru saja dari kamar nona Ila untuk memberikan lilin padanya, ternyata nona Ila sedang bersama tuan muda Galuh." Sahut Bibi Leni.
"Ya sudah, berikan lilinnya pada Ila." Kata Galuh.
Bibi Leni pun memberikan beberapa lilin kepada Ila untuk menerangi kamarnya.
"Apa yang terjadi? Kenapa listriknya padam?" Tanya Galuh pada Bibi Leni.
"Mungkin karena hujan lebat dan angin kencang!" Jawab Bibi Leni.
"Apa akan lama?" Tanya Galuh lagi.
"Biasanya begitu! Terkadang bisa sampai pagi." Jawab Bibi Leni.
"Baiklah, aku dan Ila akan naik ke atas untuk beristirahat." Kata Galuh.
"Baik, tuan muda." Sahut Bibi Leni.
Galuh dan Ila menaiki anak tangga untuk menuju kamar mereka masing-masing. Kebetulan kamar mereka letaknya bersebelahan.
"Masuklah ke kamarmu! Jika kau perlu sesuatu panggil saja aku." Kata Galuh pada Ila.
"Iya, kak." sahut Ila.
Ila masuk ke dalam kamarnya begitu pula dengan Galuh yang juga masuk ke dalam kamarnya. Galuh yang baru saja masuk ke dalam kamarnya terlupa bahwa ia tidak memegang sebatang lilin pun di tangannya karena semua lilin ada pada Ila. Galuh mencoba untuk menggunakan lampu senter yang ada di ponselnya, namun saat itu baterai ponselnya sedang kekurangan daya. Galuh berdecak kesal.
Suara petir dan angin kencang sangat mencekam di telinga Ila yang sedang sendirian di dalam kamarnya. Ila takut dengan suara keras dari petir. Biasanya jika terjadi suara gemuruh dari petir, Bibi Inah atau Bibi Asih menemaninya. Bahkan jika tidak ada mereka, salah seorang pelayan akan menemani dan menenangkan Ila. Saat ini Ila hanya sendirian di dalam kamarnya.
Dddduuuaaarr.....
Ddduuuaaarrr.....
Suara dentuman petir memekakkan telinga Ila dan membuatnya ketakutan. Ila terduduk di lantai samping sudut lemari sambil menutup telinganya dan tubuhnya bergetar. Ila menangis ketakutan hingga ia tidak dapat berlari keluar dari kamarnya.
Galuh berdiri di depan pintu kamar Ila untuk mengambil sebatang lilin darinya.
"Ila!" Panggil Galuh sambil mengetuk pintunya.
Suara hujan yang begitu deras membuat suara Galuh tak terdengar olehnya. Galuh terus memanggil Ila, namun tetap tidak ada jawaban darinya. Galuh mencoba memutar gagang pintu dan pintu pun terbuka. Galuh masuk dan mencari-cari keberadaan Ila dengan menggunakan lampu senter di tangannya.
"Ila, dimana kau?" Panggil Galuh.
Galuh menyorotkan lampu senternya pada sudut lemari dan tampaklah sosok Ila yang sedang duduk meringkuk sambil menangis ketakutan. Galuh cepat-cepat menghampirinya.
"Ila, ada apa denganmu? Kau kenapa?" Tanya Galuh khawatir.
"Aku takut!" Jawab Ila menangis.
"Kau takut apa?" Tanya Galuh.
"Dentuman petir." Jawab Ila lagi.
Ddduuuaaaarrr.........
Ddduuuuaaaarrrrr..........
Ila kembali berteriak sembari menutup telinganya. Galuh cepat-cepat memeluk tubuh Ila yang sudah gemetar sedari tadi. Galuh mencoba untuk menenangkan Ila yang sedang ketakutan.
"Sudah, jangan takut lagi! Aku disini bersamamu." Ucap Galuh pada Ila.
Galuh menuntun Ila untuk segera naik keatas ranjang tidurnya. Galuh melihat jam sudah menujukkan pukul 11 malam. Galuh teringat kedua orang tuanya yang belum pulang sejak tadi.
"Tunggu disini sebentar! Aku akan mengambil ponsel di kamarku." Kata Galuh pada Ila.
"Kak, jangan pergi! Aku takut." Pinta Ila memohon pada Galuh.
"Sebentar saja, aku ingin menghubungi mama dan papa." Kata Galuh.
"Pakai ponselku saja." Kata Ila memberikan ponselnya.
Saat akan menghubungi kedua orang tuanya, terdengar suara ketukan pintu. Galuh menuju pintu dan melihat ternyata Bibi Leni yang menyampaikan berita kalau Antoni dan Hana tidak bisa pulang kembali ke villa karena jembatan penghubung jalan terputus. Hanya jembatan itu satu-satunya akses jalan menuju ke villa. Akhirnya malam itu Antoni dan Hana memutuskan untuk menginap dirumah teman mereka.
Galuh kembali mendekati Ila yang sedang duduk di atas ranjang tidurnya.
"Ada apa, kak?" Tanya Ila.
"Mama dan papa tidak bisa kembali kesini karena jembatan penghubung jalan ambruk." Jawab Galuh.
Hening.
Galuh dan Ila sama-sama duduk di atas ranjang namun suasana menjadi sangat canggung. Suasana kembali tegang saat dentuman petir kembali mengajutkan Ila yang dari kecil memang sangat takut dengan hal itu. Ila kaget dan spontan mencari perlindungan dari orang yang ada di dekatnya yaitu Galuh.
"Apa kau ingin aku temani?" Tanya Galuh.
Ila cepat-cepat mengangguk mengiyakan perkataan Galuh padanya.
"Berbaringlah dan tidur! Malam sudah semakin larut." Kata Galuh.
"Tapi, kakak tidak akan melakukan apapun padaku kan? Hehehe." Kata Ila yang membuat Galuh kesal seketika.
"Hei, kau pikir aku ini pria murahan, hah?" Teriak Galuh kesal pada Ila.
"Hehehe, aku hanya berjaga-jaga saja karena aku tak ingin kejadian di hotel itu terulang lagi." Kata Ila.
"Apa kau lupa? Aku sudah menolongmu saat itu." Ujar Galuh.
"Iya, aku tahu! Terima kasih." Ucap Ila yang berhasil membuat kekesalan Galuh mereda.
"Sudahlah, ayo kita tidur saja!" Kata Galuh sambil menghela nafas untuk meredakan amarahnya terhadap Ila.
Malam itu Galuh dan Ila untuk kedua kalinya tidur seranjang berdua. Walaupun mereka tidak terjadi apapun di antara mereka.
Hujan yang turun sangat deras perlahan mulai mereda, namun hawa sejuk setelah hujan mereda seakan menusuk tulang sangking dinginnya. Hanya ada satu selimut di sana. Galuh malas untuk bangkin dan mengambil selimut di dalam lemari, ia hanya menggunakan selimut yang sama dengan Ila.
Entah kapan listrik menyala. Saat Galuh terbangun dari tidurnya lampu di kamar sudah menyala begitu saja. Ia menoleh ke jam dinding yang menunjukkan pukul 3 pagi. Galuh kembali merebahkan tubuhnya untuk kembali tidur. Lalu ia melihat Ila yang semalaman tidur bersamanya di kamar itu. Ila yang sudah terlelap tanpa sadar rok yang ia pakai tersingkap ke atas. Terlihatlah paha putih nan mulus di mata Galuh yang hanya bisa menelan air liurnya saat melihat pemandangan indah tersebut.
Galuh menatap Ila yang tidur berhadapan denganya. Kembali lagi Galuh melihat pemandangan yang dapat memancing nafsu birahinya. Ia melihat belahan dada Ila yang tersembul begitu saja karena Ila menggunakan baju yang berkerah rendah.
"Astaga! Haruskah aku menahannya sampai pagi?" Gumam Galuh menguatkan imannya sekuat tenaga.
Galuh kembali menatap gadis yang sudah menjadi tunangannya itu. Merah merona tergaris di pipinya saat menatap gadis tersebut.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Galuh?" Ujar Galuh frustasi dengan keinginannya yang tak sesuai dengan pikirannya.
Galuh menarik selimut dan menutupi tubuh Ila dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Galuh kembali berbaring untuk tidur agar pikirannya tidak melayang jauh kemana-mana.
Pagi hari Antoni dan Hana kembali ke villa dengan menggunakan jasa rakit untuk menyeberang sungai yang menjadi penghubung jalan. Mereka yang baru saja sampai bertanya tentang keadaan Ila dan juga Galuh pada Bibi Leni.
"Dimana anak-anak?" Tanya Hana pada Bibi Leni.
"Masih tidur." Jawab Bibi Leni.
"Oh ya sudah biarkan saja mereka." Kata Hana.
"Tapi nyonya, semalam nona Ila dan tuan muda Galuh tidur seranjang bersama." Kata Bibi Leni.
"Apa?" Teriak Antoni dan Hana terkejut.
Antoni dan Hana berlari menaiki anak tangga dan menuju ke kamar dimana Ila dan Galuh masih tertidur.
Kenyataan memang benar Antoni dan Hana melihat Galuh yang sedang bertelanjang dada tidur saling mendekap hangat bersama Ila di bawah selimut yang sama.
"Ya Tuhan, ampuni hamba!" Ucap Hana hampir pingsan melihat Galuh mendekap Ila.
"Aku akan segera punya cucu!" Seru Antoni senang.
"Papa, apaan sih!" Ujar Hana memukul lengan Antoni untuk menyadarkannya.
"Lalu kita harus apa sekarang? Toh semuanya sudah terjadi." Bisik Antoni agar tidak membangunkan kedua insan yang sedang menikmati tidurnya.
"Nikahkan mereka secepatnya! Aku tak ingin membuat Yurika kecewa dengan kejadian ini." Sahut Hana.
"Ayo kita bicarakan hal ini di tempat lain! Jangan ganggu mereka." Kata Antoni sereya menyeret Hana keluar dari kamar itu.
Mau tak mau Hana mengikuti langkah kaki suaminya yang sudah kebelet ingin memiliki cucu dari putra tunggalnya itu. Mereka membicarakan hal yang serius di ruang tengah mengenai Galuh dan juga Ila.
Tak lama berselang Ila menggeliat tapi belum membuka matanya. Secara yang bersamaan Galuh juga terbangun dan perlahan membuka matanya. Ia tersenyum melihat Ila yang masih memejamkan matanya dengan nyaman di dalam dekapan dirinya.
Sekali lagi Ila menggeliat dalam dekapan Galuh.
"Dia seperti anak kucing yang baru bangun tidur." Gumam Galuh menatap Ila.
Ila membuka matanya dan melihat dada Galuh yang tampak polos tanpa baju. Ila kaget setengah mati mendapati dirinya dalam dekapan hangat seorang pria yang dingin kepadanya. Ila mendongak ke atas untuk menatap Galuh.
"Aaarrrgghhh!" Teriak Ila sambil mendorong tubuh Galuh untuk menjauh darinya.
"Hei, Apa kau lupa tentang yang semalam?" Tanya Galuh dengan nada datarnya pada Ila.
Ila yang sudah menjauh dari Galuh mencoba mengingat kembali apa yang terjadi pada mereka semalam.
"Ucapkanlah terima kasih padaku yang telah menemanimu semalaman!" Ujar Galuh sambil mendorong jidat Ila dengan jari telunjuknya.
"Iya, te...terima kasih." Ucap Ila.
Galuh berlalu keluar dari kamar yang Ila tempati. Namun saat Galuh akan menutup pintu kamarnya ia di kagetkan dengan sosok Hana yang berdiri sambil melotot padanya.
"Ma...mama, kapan kembali ke villa?" Tanya Galuh gugup.
"Sedang apa kau di kamar Ila?" Tanya Hana tanpa mau menjawab pertanyaan Galuh.
"Am...ampun, ma!" Ucap Galuh langsung berlutut di hadapan Hana.
"Kau harus segera menikah dengan Ila!" Kata Hana.
"Tapi ma, aku tidak melakukan apapun padanya." Kata Galuh.
"Jangan membantahku lagi, Galuh! Aku dan papamu sudah melihat kalian saling mendekap hangat saat tidur di ranjang yang sama barusan." Sahut Hana.
"Kau harus bertanggung jawab!" Sambung Hana lagi.
Hana masuk ke dalam kamar Ila untuk membicarakan hal yang sama padanya. Galuh kembali berdecak kesal dan juga menyesal karena semalam telah menemani Ila tidur di dalam kamarnya.
"Semuanya menjadi salah paham. Kacau!" Ujar Galuh.
Yang penasaran dengan kisah Geof dan Merta baca ceritanya yang berjudul STAND BY MY LOVE.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Apa lamu lupa kamu itu lagi PMS???😂😂
2023-03-10
0
nisa manis
padahal semalam mereka gak ngapain2 kok cuma tidur doang bikin ngakak.
2020-10-23
0
Gracia Ayu
ha...ha...ha....menang banyak...
2020-09-05
4