Galuh dan supir pribadinya tampak sedang bersenang-senang di sebuah tempat hiburan malam dengan beberapa wanita yang mengelilinginya. Galuh yang tak bisa meminum minuman beralkohol hanya memesan minuman soda yang di bawa oleh wanita cantik sebagai pelayan di tempat hiburan itu.
Galuh tak mau membiarkan wanita-wanita penghibur itu menyentuhnya, ia hanya duduk agak menyendiri di sebuah sofa yang ada di ruangan itu. Hanya Didi saja yang tampak kegirangan di kelilingi wanita-wanita penghibur itu.
Tak lama kemudian, dua orang sahabat dekat Galuh datang menghampirinya. Hamka dan Syakir sejak kecil sudah bersahabat dengan Galuh. Mereka duduk bergabung pada meja yang sama dengan Galuh.
"Hei, apa kau dan Ana bertengkar lagi?" Tanya Hamka pada Galuh.
"Tau dari mana kau?" Galuh balik bertanya.
"Tadi siang aku tidak sengaja bertemu dengannya di rumah tanteku, dia sedang curhat dengan adik sepupuku mengenaimu. Kelihatannya dia galau berat." Jawab Hamka.
"Aku harus apa jika yang dia inginkan aku menjauh dari kedua orang tuaku." Ucap Galuh frustasi.
"Apa?" Teriak Hamka dan Syakir.
"Iya, dia mengajakku kawin lari ke inggris dan menetap disana selamanya." Sahut Galuh lagi.
"Kau jawab apa saat dia menginginkan hal itu?" Tanya Syakir.
"Aku sudah jelaskan kepadanya, bahwa aku tidak mungkin meninggalkan kedua orang tuaku hanya karena keinginannya." Sahut Galuh.
"Kau sudah benar, sobat!" Kata Hamka menepuk pundak Galuh.
"Tapi dia membenciku dan mengatakan kalau aku tidak benar-benar mencintainya." Kata Galuh.
"Hei Galuh, masih banyak wanita lain yang lebih cantik dari pada Ana. Tinggalkan saja dia." Ujar Syakir.
"Aku tidak bisa! Aku benar-benar mencintainya." Sahut Galuh.
"Apa kau yakin dia mencintaimu?" Tanya Syakir.
"Tentu saja! Aku dan dia sudah 5 tahun berpacaran, bahkan kami sering melakukan hal yang lebih dari sekedar pacaran." Jawab Galuh.
"Dasar bodoh! Bagimu melakukan hal itu memang hal yang di luar wajar dalam berpacaran, namun bagi Ana yang di besarkan dengan kehidupan yang bebas itu hal yang biasa saja. Bahkan jika dia melahirkan seorang bayi tanpa menikah, itu juga hal yang biasa saja baginya." Kata Syakir.
"Itu benar, Galuh! Berpikirlah dengan baik, jika dia mencintaimu dia pasti akan mengerti dirimu bukannya menjauhkanmu dari kedua orang tuamu." Sambung Hamka.
Galuh terlihat sedang berpikir mengenai perkataan kedua sahabatnya yang memang juga tak terlalu suka dengan sifat egois yang dimiliki Ana. Tidak ingin Galuh larut dalam kegalauannya, kedua pria itu membawa suasana menjadi gembira dengan canda tawa untuk menghilangkan rasa gundah yang sedang dirasakan oleh Galuh.
Malam itu Galuh pulang kerumahnya dengan menyetir mobilnya. Didi yang terlalu banyak minum tak sanggup menjadi supir untuk majikannya. Galuh melihat Didi yang teler sambil meracau gak jelas di dalam mobil.
"Woi, sadar!" Teriak Galuh kesal pada Didi.
"Bos, wanita nakal itu ingin menciumku." Racau Didi dalam mabuknya.
"Tidak ada yang ingin mencium mulut baumu itu!" Teriak Galuh lagi.
Galuh membawa Didi ke apartemennya. Disana ia menyembunyikan Didi yang sedang mabuk berat.
Galuh tak berani membawa Didi kembali kerumah, karena takut ketahuan dengan kedua orang tuanya kalau mereka baru saja peri bersenang-senang ke tempat hiburan malam.
Tidak lama kemudian ponsel Galuh berdering dan ia melihat panggilan dari Hana.
"Halo ma." Ucap Galuh melalui ponselnya.
"Kau dimana? Sudah selarut ini belum pulang." Tanya Hana.
"Aku di apartemen sama Didi." Sahut Galuh.
"Apa? Kau tidak sedang berbuat mesum kan dengan Didi?" Teriak Hana.
"Ma, aku ini pria normal, mama ngomong apaan sih!" Kata Galuh.
"Hehehe, mama hanya khawatir saja, karena kalian berdua kan sudah lama dekat." Kata Hana.
"Ya sudah, Galuh mau tidur dulu, ngantuk." Ucap Galuh.
"Iya." Sahut Hana.
Setelah menutup teleponnya, Galuh masuk kedalam kamar mandi dan selesai mandi Galuh tidur di kamar yang terpisah dengan Didi. Galuh merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang pernah ia tiduri bersama dengan Ana.
Pikiran Galuh langsung teringat oleh wanita yang telah lama menjalin hubungan denganya.
Perasaan sedih berkecamuk di dalam hatinya di kala ia teringat Ana menginginkan dirinya terpisah dari kedua orang tuanya. Sungguh tak pernah ia menyangka kalau Ana yang terlihat baik di hadapannya meminta hal yang mustahil di lakukan oleh dirinya. Dengan menghela nafas yang berat, Galuh pun menutup matanya perlahan hingga ia terlelap dalam tidurnya.
Malam kian larut Galuh tampak pulas dalam tidurnya. Namun tak lama kepala Galuh bergerak kesana kemari dengan tangan yang sedikit bergetar. Kelopak matanya bergerak-gerak dalam terpejam dan alir matanya beradu.
Malam itu galuh bermimpi buruk yang aneh. Galuh tersentak terbangun dan membuka kedua matanya lebar-lebar.
Nafasnya tak beraturan.
"Untung cuma mimpi." Ucapnya terduduk di atas ranjangnya yang empuk.
Galuh melirik jam yang ada di dinding kamarnya. Ia melihat jam menunjukkan pukul 4 pagi.
Galuh melangkah keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum. Ia ingin membasahi tengorokannya yang kering itu.
Keesokan paginya, Galuh bangun dan keluar dari kamarnya. Ia melihat Didi sudah rapi dengan secangkir kopi yang ada di tanganya.
"Kopi, bos." Ucap Didi pada Galuh.
"Sudah sadar? Semalam meracau tak jelas sangking mabuknya." Ujar Galuh pada supir pribadinya itu.
"Sorry bos, semalam aku khilaf. Aku tak tahan dengan godaan wanita-wanita itu, jadi aku minum banyak." Sahut Didi.
"Jangan sampai terulang lagi, jika mama tau habis kau." Kata Galuh.
"Siap!" Seru Didi.
Galuh minum kopi yang telah disiapkan oleh Didi di ruang makan itu. Setelah meminum secangkir kopinya, Galuh bersiap-siap untuk pergi bekerja di kantornya.
Saat di perjalanan Didi melirik dari kaca spion melihat Galuh yang tampak termenung saat itu.
"Bos, jangan termenung aja. Kemarin ayam tetangga mati loh." Kata Didi.
"Kenapa?" Tanya Galuh dengan bodohnya.
"Karena kebanyakan termenung seperti yang bos lakukan saat ini, hehehe." Sahut Didi.
"Sialan kau!" Ujar Galuh kesal pada supirnya.
Didi hanya tertawa melihat majikannya kesal padanya.
Galuh diam lagi dan kembali termenung.
"Bos kenapa? Sepertinya lagi banyak pikiran." Tanya Didi lagi.
"Di, apa kau tau arti mimpi?" Tanya Galuh.
"Tergantung mimpinya, bos. Memangnya bos mimpi apa?" Tanya Didi.
"Aku bermimpi ada seorang gadis berlari ketakutan di kejar-kejar sama ular yang besar." Kata Galuh.
"Kalau itu artinya, si gadis yang di dalam mimpi bos akan segera di lamar kekasihnya." Sahut Didi.
"Maksudnya?" Tanya Galuh bingung.
"Maksudnya si gadis itu kan di kejar ular, nah ular itu lah yang dalam artian akan melamar gadis itu di kehidupan nyata." Jawab Didi.
"Bos, siapa gadis itu?" Tanya Didi.
"Ila." Jawab Galuh.
"Bagaimana ceritanya kok malah si bos yang mimpi? Nona Ila yang di kejar ular, seharusnya nona Ila yang mimpi." Kata Didi.
"Karena aku ularnya." Sahut Galuh.
"Serius nih bos?" Ujar Didi kaget.
"Iya, di dalam mimpi itu, aku yang jadi ularnya." Sahut Galuh tepok jidat.
"Jadi maksudnya tubuhnya ular dan kepalanya berwajah bos Galuh?" Tanya Didi lagi.
"Iya." Jawab Galuh.
"Hahahahaha, sorry bos kelepasan ngakaknya." Kata Didi terus menertawai majikannya.
Didalam perjalanannya menuju ke kantor, Didi terus tertawa mengingat cerita mimpi sang majikan yang terasa begitu sangat aneh itu. Galuh yang sudah mengerti sifat supirnya yang sedikit konyol serta jahil pun hanya bisa pasrah di tertawakan oleh Didi.
Ila berjalan keluar dari pintu gerbang sekolahnya bersama Eri yang terlihat merangkul dirinya kala itu.
Lalu terdengar bunyi klaskson mobil yang tak jauh dari mereka. Ila dan Eri pun melihat Hana yang keluar dari mobil itu.
"Ila sayang!" Panggil Hana pada Ila.
"Halo tante, apa kabar?" Sapa Ila pada Hana.
"Tante baik, kau sudah pulang sekolah?" Tanya Hana.
"Iya tante baru saja. Perkenalkan ini sahabatku namanya Eri." Kata Ila memperkenalkan Eri pada Hana.
"Hai tante." Sapa Eri pada Hana.
Hana tersenyum ramah pada Eri yang berdiri tepat di sebelah Ila.
"Ila, tante sama om mau ke mall, kau ikut ya? Kalau temanmu mau dia juga boleh ikut." Ajak Hana.
"Tante, aku gak bisa pergi, aku buru-buru mau pulang kerumah, tante bawa aja si Ila, hehehe." Sahut Eri.
"Tadi kau bilang kau banyak waktu luang hari ini." Ujar Ila pada Eri.
Eri melotot pada Ila sebagai kode di hadapan Hana. Hana hanya tersenyum menahan tawanya melihat tingkah dua gadis belia itu. Eri pun buru-buru pergi setelah berpamitan pada Hana.
Alhasil Ila pun ikut dengan Hana dan juga Antoni yang sudah menunggu dari tadi di dalam mobil.
Sambil menyapa Antoni, Ila masuk kedalam mobil dan ikut pergi ke mall bersama mereka.
Sampai di salah satu mall, Antoni masuk ke dalam sebuah barbershop untuk memotong rambutnya. Sedangkan Hana mengajak Ila berkeliling mall untuk membeli sesuatu yang ia inginkan.
Hana masuk ke dalam toko perelengkapan wanita yang di dalamnya terdapat baju, sepatu dan tas bermerk yang tentu saja dengan harga yang mahal.
"Ila, baju ini kelihatannya sangat cocok untukmu." Kata Hana memberikan beberapa pakaian pada Ila.
"Tante tidak usah! Bulan lalu aku baru saja membeli baju baru." Ucap Ila menolak Hana dengan santun.
"Bulan lalu katanya, aku yang sudah tua bahkan membeli pakaian baru seminggu sekali." Gumam Hana dalam hatinya seraya menatap mata Ila yang sendu.
"Tidak apa-apa sayang, beberapa pakaian ini bisa menjadi koleksi di dalam lemarimu. Kau bisa menggunakannya bila kau pergi ke acara-acara pesta." Kata Hana kekeh ingin membelikan Ila pakaian.
Ila melirik harga pakaian yang sudah terbandrol di sana.
"Tante gak usah, harganya mahal banget." Tolak Ila lagi.
Lalu Ila melihat raut wajah Hana yang tampak sedih saat itu. Ila merasa tak tega membuat Hana sedih karena ia menolak apa yang Hana berikan padanya.
"Baiklah tante, satu gaun saja ya." Ucap Ila akhirnya menerima pemberian Hana.
"Tidak! Kau harus mau menerima semua yang aku berikan padamu." Sahut Hana.
Ila tak bisa berbuat apa-apa karena Hana memang memiliki sifat yang sedikit pemaksa. Ila pun akhirnya hanya bisa mengikuti apa yang Hana katakan padanya di mall tersebut.
Sebenarnya Ila bukan tak ingin menerima apa yang di berikan oleh Hana, namun ia tak mau Hana terlalu banyak berharap padanya di suatu hari kedepan. Apalagi masalah perjodohan antara Ila dan Galih yang sejatinya mereka berdua menolak perjodohan tersebut.
Antoni, Hana dan Ila makan di salah satu resto yang ada di mall itu. Hana melihat Ila yang tampak gelisah sesekali melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya.
"Kenapa Ila?" Taanya Hana.
"Tante, sudah sore. Aku takut pulang terlambat kerumah." Sahut Ila.
"Sudah tidak usah takut, tadi tante sudah meminta izin pada mamamu untuk membawamu pulang sedikit terlambat." Kata Hana.
"Oh iya Ila, om ingin tau bagaimana perasaanmu saat pertama kali bertemu dengan Galuh?" Tanya Antoni.
Ila tampak berpikir keras sebelum menjawab pertanyaan dari Antoni.
"Waktu itu aku masuh berusia 10 tahun dan aku ketakutan saat kak Galuh hampir menabrakku di tengah jalan." Jawab Ila.
"Apa?" Tanya Hana dan Antoni terkejut dan bingung.
"Waktu usiamu 10 tahun?" Tanya Hana.
"Iya, tante. Jadi waktu itu aku pulang sekolah dan hampir tertabrak mobil kak Galuh. Lalu kak Galuh marah-marah membuat aku sangat ketakutan." Jawab Ila.
"Jadi kalian sudah pernah bertemu sejak lama ya." Sahut Antoni.
"Kebetulan sekali!" Sambung Hana.
Antoni dan Hana saling pandang dan kemudian mereka melirik Ila yang sedang menyantap makanannya.
"Benarkah hanya kebetulan? Apa mungkin mereka memang berjodoh?" Bisik Antoni pada Hana.
"Benar juga sih! Mana mungkin cuma kebetulan." Sahut Hana balas berbisik pada Antoni.
Malam itu Hana dan Antoni mengantar Ila pulang kerumahnya. Ila masuk kedalam rumah dengan membawa tas belanjaan yang sangat banyak. Hana sangat banyak membelikan barang-barang bermerk dan mahal untuk Ila.
Kia melirik tas belanjaan yang Ila bawa saat pulang.
"Hei babu! Banyak sekali barang belanjaanmu, apa kau baru saja jual diri untuk membeli semua ini?" Tanya Kia pada Ila.
"Tutup mulutmu, Kia!" Bentak Ila kesal pada Kia.
"Berani sekali kau membentakku!" Teriak Kia marah pada Ila dan mendorognya.
Suara kegaduhan antara Ila dan Kia pun terdengar oleh Yurika yang berada di dalam kamarnya.
Yurika keluar dari kamarnya melihat Ila dan Kia sedang berkelahi saling jambak dan memukul.
"Hentikan ini!" Teriak Yurika pada Ila dan juga Kia.
Ila dan Kia berhenti saling pukul saat mendengar teriakan Yurika pada mereka berdua.
Kia langsung berlari mendekat pada Yurika untuk meminta perlindungan darinya. Sementara Ila hanya diam berdiri di hadapan Yurika yang menatap kesal padanya.
"Ma, dia memukulku." Kata Kia mengadu sambil menangis pada Yurika.
"Kau yang duluan menggangguku!" Sahut Ila.
"Ma, coba mama lihat semua barang belanjaan itu. Dari mana dia bisa mendapatkan semua itu? Apa si babu jual diri?" Bisik Kia pada Yurika.
"Kia, jaga bicaramu!" Bentak Yurika pada Kia.
"Ma, mama kenapa sih selalu membela si babu ini sekarang? Apa karena dia mau menikah dengan anak orang kaya?" Ujar Kia kesal pada Yurika.
"Kia, masuk kedalam kamarmu, sana!" Perintah Yurika pda Kia.
Lagi-lagi Kia berdecak kesal saat Yurika memerintahkannya untuk masuk kedalam kamarnya.
Yurika kembali menatap Ila yang masih mematung disana.
"Darimana kau dapatkan barang belanjaan itu?" Tanya Yurika.
"Dari tante Hana." Jawab Ila.
"Apa kau yang memintanya?" Tanya Yurika.
"Tidak! Aku sudah menolaknya tapi tante Hana tetap ingin membelikan semua ini padaku." Jawab Ila.
"Aku peringatkan kau, jangan buat aku malu di hadapan Hana." Ucap Yurika sembari berbalik badan dan pergi meninggalkan Ila.
Ila pun masuk kedalam kamarnya dengan membawa barang belanjaan yang di berikan Hana untuknya.
Ila meletakkan barang-barang itu di lantai, lalu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
💕💕Septa💕💕
Kia sombong belagu sok cantik pokok nya lengkap deh tuh sifat enak kalau ada sifat baik nya ini udah sombong belagu irian lagi
2021-01-19
0
nalea senteja
heh KIA sadar diri lu anjing cantik cantikan ila anak yatim piatu kok belagu😏👎
2020-09-18
6
Athaya Winangun
dasar ponkan nggak tau Diri
2020-08-22
1