Tahun demi tahun bergenti. Usia Ila hampir menginjak 17 tahun dan sekarang ia sedang fokus pada ujian semester akhir untuk naik ke kelas 3 SMA. Ila selalu mendapat juara umum di sekolahnya karena ia sangat rajin dan tekun dalam pelajarannya. Keinginan untuk menjadi seorang dokter anak, semakin kuat ingin diraihnya.
Berhembus kabar kalau Kia dan Sandi sudah menjadi sepasang kekasih. Hal itu di ketahui Ila dari Eri yang pernah melihat Sandi jalan dengan Kia di salah satu mall. Ila bahkan pernah memergoki Sandi dan Kia sedang berciuman mesra di ruang tengah. Ila yang sejatinya hanya menganggap Sandi sebagai sahabat dekat dulunya, hanya diam saja saat tau kalau Sandi dan Kia sedang berpacaran. Tidak ada perasaan sakit hati yang Ila rasakan saat itu.
Malam minggu Ila yang masih jomblo, duduk di halaman depan rumahnya. Disana terdapat bangku taman dan lampu-lampu taman yang indah. Tak lama mobil mewah tiba di depan rumah yang tak lain adalah mobil Sandi yang akan menjemput Kia untuk pergi jalan-jalan. Sandi keluar dari mobilnya dan melihat Ila sedang duduk di bangku taman itu. Sinar lampu menerangi wajah Ila yang tampak berseri, bahkan tak ia pungkiri kalau Ila memiliki paras yang lebih cantik dari Kia, hanya saja Ila berpenampilan biasa saja tak seperti Kia yang selalu berpenampilan mewah ala-ala wanita sosialita.
Ila tak mau menatap Sandi yang telah memutuskan pertemanan denganya. Ia hanya fokus pada ponsel yang sedang ia mainkan. Lalu datanglah Kia dengan pakaian terbaiknya langsung memeluk Sandi dengan mesra.
Sesekali Sandi masih melirik Ila di bangku taman itu.
"Ada apa, sayang? Apa aku kurang menarik dimatamu sehingga kau melirik si babu?" Tanya Kia pada Sandi.
"Tidak! Kau yang tercantik." Sahut Sandi.
"Kalau begitu ayo kita pergi." Ajak Kia.
Sandi tersenyum sambil mengiyakan apa yang Kia katakan padanya. Mereka masuk kedalam mobil dan pergi kencan di malam minggu. Ila menatap langit yang di penuhi oleh bintang-bintang yang bersinar.
"Aku berdoa, semoga ayah bahagia di sana." Ucap Ila mengingat sosok Raldi yang menyayanginya.
Malam hampir larut, Ila masuk ke dalam rumah dan tak sengaja berselisih dengan Yurika yang sedang menanti kepulangan Kia. Ila sempat beradu pandang dengan Yurika, namun Yurika cepat-cepat memalingkan wajahnya dari Ila. Ila menghentikan langkahnya dan mendekat pada Yurika.
"Apa boleh aku pergi mengunjungi Bibi Asih?" Tanya Ila.
"Terserah!" Sahut Yurika ketus.
Merasa mendapat izin dari Yurika, Ila pun berlalu masuk kedalam kamarnya. Yurika duduk di teras depan sambil mengepalkan tanganya.
"Ya Tuhan, perasaan apa ini? Hatiku sangat perih saat Ila tidak pernah memanggilku mama lagi." Gumam Yurika dalam hatinya.
Tanpa ia sadari air mata menetes dari pelupuk matanya dan membasahi wajahnya. Tak lama kemudian, Yurika mengahpus air matanya ia mencoba untuk kembali tegar dengan apa yang sedang ia rasakan.
"Aku gak boleh seperti ini, sebentar lagi dia akan berusia 17 tahun, semuanya akan segera berakhir, aku tak perlu lagi melihat wajahnya di sini." Ucap Yurika.
Yang di tunggu-tunggu pun akhirnya kembali pulang. Sandi dan Kia turun dari mobil untuk menyapa Yurika yang sudah lama menanti kepulangan mereka. Berbincang sebentar di teras rumah, kemudian Sandi pamit pulang setelah mengantar Kia kembali kerumah. Seperti biasanya, Yurika selalu menidurkan Kia di dalam kamarnya.
Setelah melihat Kia tertidur pulas, Yurika pun masuk kedalamnya untuk beristirahat.
Keesokan harinya, Ila melihat para pelayan sedang di sibukkan dengan aktifitas masak-memasak.
Ila menuju ke ruang dapur dan melihat begitu banyak menu makanan yang terhidang disana.
"Ada acara apa?" Tanya Ila pada seorang pelayan.
"Arisan sosialitanya nyonya." Jawab pelayan.
"Sini aku bantu." Kata Ila.
"Jangan! nona majikan dirumah ini, masa sih non kerja dengan pelayan." Kata pelayan itu.
"Sudah tidak apa-apa! Aku sudah biasa." Sahut Ila.
Sebenarnya semua pelayan dirumah itu selalu melarang Ila untuk melakukan pekerjaan pelayan, namun Ila yang memang tak suka berdiam diri dan bermalas-malasan selalu ikut membantu membersihkan rumah dan juga ikut memasak di dapur di sela-sela kesibukannya sebagai seorang siswi pelajar.
Hidangan selesai tersaji di ruangan yang akan menjadi tempat acara arisan sosialita Yurika.
Teman-teman sosialita Yurika sudah banyak yang berdatangan. Tampak mereka sangat anggun dan elegan dengan pakaian, tas hingga sepatu yang bermerk, di tambah lagi perhiasan indah yang menempel di tubuh mereka menambah kesan orang kalangan berduit.
Ila yang tak ingin membuat Yurika malu, memakai pakaian yang pantas sebagai anggota keluarga, namun ia tetap sibuk membantu pelayan yang lainnya untuk menyuguhkan hidangan-hidangan di acara itu.
Seorang teman Yurika yang bernama Hana melihat Ila penuh kekaguman. Hana sangat menyukai paras yang di miliki oleh Ila yang cantik dan lagi Ila sangat rajin dan piawai dalam menjamu para tamu.
"Yurika, Apa keponakanmu itu sudah punya kekasih?" Tanya Hana.
"Oh, Kia ya? Dia sudah punya kekasih." Jawab Yurika.
"Bukan Kia, tapi Ila, keponakanmu." Kata Hana lagi.
Yurika berpikir sejenak dan mengingat kalau semua orang luar tau kalau Kia adalah anak kandungnya dan Ila adalah keponakannya.
"Ila ya? Sepertinya belum." Sahut Yurika.
"Yurika, aku punya putra tunggal yang sudah dewasa. Dia masih jomblo. bagaimana kalau kita jodohkan saja Ila dengan putraku." Kata Hana.
"Tapi Ila masih SMA." Ucap Yurika bingung.
"Tunangan saja dulu, setelah lulus SMA baru kita nikahkan." Kata Hana.
"Ayo lah, aku sangat suka melihat Ila, aku ingin dia menjadi menantuku." Sambung Hana.
"Aku pikir-pikir dulu." Ucap Yurika.
Di acara arisan itu, Hana terus menatap Ila penuh kekaguman. Ia sangat suka melihat Ila tersenyum ramah pada yang lainnya. Tampak senyumannya sangat tulus kepada orang lain. Tidak seperti Kia yang tersenyum paksa dan sangat angkuh di depan teman-teman sosialitanya Yurika. Hana melihat Ila berjalan menuju ruang dapur, ia pun mengikuti langkah Ila. Sudah berada di ruang dapur, Hana menepuk pundak Ila yang akan mengambil air untuk minum.
"Permisi, Dimana toiletnya?" Tanya Hana berbasa-basi.
"Ayo aku antarkan!" Sahut Ila.
Ila pun jalan beriringan dengan Hana menuju ke toilet yang ada di seputaran ruang dapur. Hana masuk kedalam toilet tak lama berselang Hana keluar dan melihat Ila sedang menunggunya sedari tadi.
"Kenap kau masih disini?" Tanya Hana pada Ila.
"Aku menunggu tante! Takutnya tante nyasar saat kembali ke ruang acara." Jawab Ila.
Senyuman mengambang di bibir Hana seraya ia menyentuh pipi Ila yang putih kemerah-merahan.
"Kau baik sekali, Ila." Ucap Hana.
Ila hanya tersenyum tulus telah membantu Hana saat itu. Hana pun kembali ke ruang acara dan berselisih jalan dengan Kia. Hana melemparkan senyumannya pada Kia, namun Kia hanya melirik tanpa mau membalas senyuman darinya.
"Astaga! Kia sifatnya sangat bertolak belakang dengan Yurika! Aku jadi ragu kalau dia adalah anak kandungnya Yurika, karena sifatnya sangat menjengkelkan." Ujar Hana dalam hatinya tentang Kia yang angkuh.
Acara selesai para tamu sudah pulang dan pelayan sedang berberes membersihkan ruangan tersebut. Ila masih membantu yang lainnya untuk membersihkan ruangan itu sedangkan Kia hanya duduk bermalas-malasan saja di ruang tengah. Yurika masuk kedalam kamarnya dan teringat akan perkataan Hana yang ingin menikahkan putra tunggalnya pada Ila. Yurika duduk di tepi ranjang dan berpikir sejenak.
"Sebentar lagi Ila akan berusia 17 tahun, pak Bagus pasti akan menyerahkan sebagian harta suamiku yang akan menjadi miliknya. Rumah ini juga akan terjual dan uangnya di bagi dua dengannya." Gumam Yurika.
Yurika menatap sekeliling kamarnya. Betapa banyak kenangan dirinya bersama Raldi, suaminya dulu. Air matanya mengalir begitu saja saat ia terkenang betapa sayang dan cintanya Raldi pada dirinya.
"Aku tidak akan menjual rumah ini, aku tak akan menghapus semua kenangan yang ada di rumah ini gara-gara anak itu." Ucap Yurika.
"Aku harus bicara pada dia." Ucap Yurika lagi.
Yurika pun menyuruh seorang pelayan untuk memanggil Ila ke kamarnya. Ila yang memang gadis penurut langsung datang menghampiri Yurika. Ila mengetuk pintu dengan perlahan.
"Masuklah." Teriak Yurika dari dalam.
Ila pun masuk dan berdiri di hadapan Yurika. Yurika pun mulai menceritakan semuanya kepada Ila, tentang Raldi yang memberikan sebagian hartanya kepada Ila beserta separuh hak atas rumah yang mewah itu. Ila terkejut mendengar apa yang di katakan oleh Yurika padanya.
"Saat kau berusia 17 tahun nanti, akan ada pengacara yang datang untuk menyerahkan sebagian harta yang di warisi oleh suamiku padamu." Kata Yurika.
"Rumah ini akan di jual dan sebagian uangnya akan menjadi milikmu." Sambung Yurika lagi.
Ila kaget saat mendengar rumah itu akan di jual.
"Kenapa dijual? Kita bisa tinggal bersama disini." Kata Ila.
"Apa kau bilang? Kita? Aku sudah muak melihatmu berkeliaran dirumah ini. Aku tak ingin seatap denganmu lagi." Ujar Yurika kesal pada Ila.
"Kenapa kalian sangat membenciku? Apa yang telah aku lakukan sehingga kalian membenciku?' Tanya Ila sambil menangis.
"Kau tak perlu tau alasanku sangat membencimu." Sahut Yurika.
"Kata Bibi Inah dan Bibi Asih kau adalah wanita yang melahirkan aku, tapi kenapa membenciku? Aku menyayangimu." Kata Ila ingin mendekat dengan Yurika.
"Menjauh dariku!" Teriak Yurika.
Ila menghentikan langkahnya dan mundur menjauhi Yurika.
"Apa kau tau, betapa banyak kenangan indah dirumah ini dan itu sangat berarti untukku?" Tanya Yurika.
"Namun karena aku tak ingin tinggal seatap denganmu, maka rumah ini terpaksa di jual dan di bagi dua padamu." Sambung Yurika lagi.
Ila menundukkan wajahnya dan mengepalkan kedua tanganya.
"Jangan jual rumah ayah! Biar aku saja yang keluar dari rumah ini." Kata Ila.
"Setelah aku lulus SMA, aku janji akan keluar dari rumah ini." Kata Ila lagi.
Yurika menoleh pada Ila yang bergegas pergi keluar dari kamarnya. Yurika terduduk lemas di tepi ranjangnya setelah berbicara empat mata dengan Ila. Ini adalah kali pertama Ila dan Yurika hanya berduaan saja selama mereka tinggal seatap bersama.
Tangisan Yurika pecah saat Ila mengatakan akan keluar dari rumah itu setelah lulus SMA.
Yurika tau betul kalau Ila tidak memiliki siapapun di luaran sana. Hanya rumah itu lah yang menjadi tempat Ila bernaung selama hidupnya.
"Apa yang telah aku lakukan? Aku bahkan menginginkan anak kandungku pergi menjauh dariku." Ucap Yurika dalam isak tangisnya.
Selama ia melahirkan Ila kedunia ini, hati Yurika terus saja tersakiti saat mendengar suara tangisannya, melihatnya tumbuh di tangan seorang pelayan, bahkan menatap matanya saja Yurika sangat merasa bersalah karena telah menelantarkan anak yang sebenarnya tak memiliki dosa apapun padanya.
Yurika ingin berhenti merasakan sakit di hatinya dengan memilih untuk tidak tinggal bersama Ila.
Ia tak ingin malapetaka yang terjadi di masa silam terus membayangi pikirannya saat ia melihat ila dirumah itu.
Yurika menyadari betapa egois dirinya terhadap anak yang telah ia lahirkan.
Ila berlari masuk kedalam kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat. Ia duduk di lantai sambil menangis sejadi-jadinya. Dengan derai air mata, Ila menggenggam erat sebuah kertas foto Raldi di tanganya.
"Apa salahku sehingga dia membenciku? Katanya dia yang melahirkan aku, tapi kenapa dia membenciku? Bukankah ibu kandung seharusnya mencintai anaknya." Ucap Ila menangis di dalam kamarnya.
"Dia tidak pernah menyayangi aku" Ucap Ila lagi salam isak tangisnya.
Ila menatap selembar kertas di tanganya yaitu foto Raldi yang sedang menggendong dirinya saat masih bayi.
"Ayah, aku tak akan menjual rumah ini, biarlah aku yang pergi dari sini jika itu memang menjadi yang terbaik untuk dia. Dia yang tidak ingin aku panggil mama." Kata Ila.
Malam itu Yurika dan Ila menangis semalaman di dalam kamarnya. Hati mereka saling tersakiti setelah perbincangan singkat di kamar Yurika. Setelah malam itu, Yurika dan Ila semakin menjaga jarak.
Beberapa bulan kemudian, usia Ila tepat 17 tahun. Disekolahnya Ila mendapatkan kejutan dari teman-teman dekatnya dan tak ketinggalan dari sahabatnya Eri. Ucapan selamat ulang tahun dan hadiah Ila dapatkan dari teman-teman sekolahnya. Ila merasa sangat bahagia, masih ada orang yang perduli dengan hari lahirnya walaupun itu bukan dari anggota keluarganya.
Seperti biasanya Ila pulang sekolah menaiki angkutan umum dan berjalan kaki beberapa menit menuju rumahnya.
Di halaman rumah ia melihat ada mobil asing terparkir di sana.
"Apa ada tamu?" Gumam Ila dalam hatinya.
Ila masuk melalui pintu belakang dan menuju kamarnya. Ia berganti baju dan pergi ke dapur untuk makan siang.
Yurika yang tau kalau Ila sudah pulang dari sekolah, menyuruh pelayan untuk memanggil Ila keruang tengah.
Ila mengurungkan niatnya untuk makan siang, ia bergegas pergi menemui Yurika di ruang tengah.
Disana tampak tante Hana yang tersenyum padanya. Ila pun membalas senyuman Hana padanya.
"Ila, ini tante Hana, dia ingin ketemu denganmu" Ucap Yurika baik pada Ila di hadapan Hana.
"Oh iya, ada apa ya tante.?' Tanya Ila pada Hana.
"Ila, tante ada keinginan untuk menjodohkanmu dengan anak tante. namanya Galuh." Kata Hana.
Ila terkejut dengan perkataan Hana yang berniat untuk menjodohkan dirinya dengan anaknya.
Ila bingung harus menjawab apa, ia memilih untuk diam dan menundukkan wajahnya.
"Hana, biarkan aku bicara dulu pada Ila ya, kau tunggulah disini sebentar." Kata Yurika.
"Baiklah." Sahut Hana.
Yurika pun menarik tangan Ila untuk mengikutinya keruang lain. Disana lah Yurika dan Ila bicara.
"Ila, aku sudah melahirkanmu dan memberikan kehidupan yang layak untukmu. Jadi turuti keinginanku sekali ini saja sebagai pengganti balas budimu padaku. Menikahlah dengan putra tante Hana setelah kau lulus sekolah." Kata Yurika.
"Begitu besarnya keinginanmu melihatku keluar dari rumah ini sehingga kau memutuskan untuk menikahkan aku setelah lulus sekolah, bahkan kau tak pernah bertanya apa cita-citaku selama ini." Sahut Ila merasakan sedikit kekesalan terhadap Yurika.
"Apapun yang kau katakan, keputusanku sudah bulat! Kau harus menikah dengan putra tante Hana." Sambung Yurika memaksa Ila.
Ila kembali meneteskan air matanya kala itu. Ia tak berdaya tak ada yang membelanya dan tak ada yang mendukungnya. Ila menghapus air matanya dan kembali keruang tengah menemui Hana yang sudah menunggu lama.
"Bagaimana Ila? Apa kau mau menjadi menantuku?" Tanya Hana.
"Iya tante." Jawab Ila.
"Syukurlah kalau begitu." Ucap Hana lega.
"Yurika, minggu depan aku akan datang lagi membawa putraku kesini untuk memperkenalkannya pada Ila sekaligus membicarakan waktu dan tanggal yang tepat untuk pernikahan mereka." Kata Hana.
"Iya, baiklah." Sahut Yurika.
Dengan menahan air matanya, Ila duduk berbincang bersama Hana diruang tengah itu.
Hana sangat senang karena Ila mau menjadi menikah dengan putranya yang bernama Galuh.
Beberapa hari kemudian, pengacara yang menangani pembagian harta Raldi kembali datang membawa berkas-berkas yang harus di tanda tangani oleh Ila. Namun sayangnya, saat ia datang Ila sedang berada di luar kota untuk mengikuti pertandingan siswa/siswi cerdas. Ila salah satu murid yang mewakili nama sekolahnya untuk pergi bertanding di kota tersebut.
Hari senin Bagus mendatangi Ila di sekolahnya. Ia sedikit kecewa mengetahui kalau Ila mengecam pendidikan di sekolah yang biasa saja. Dengan izin dari kepala sekolah, Bagus membawa Ila ke kantornya.
Ila yang sudah tau tentang pengacara yang di katakan oleh Yurika akan mendatanginya, hanya menurut saat Bagus membawanya ke kantor itu. Ila duduk dan disuguhi sacangkir teh oleh Bagus.
"Ila, apa kau bahagia selama ini?' Tanya Bagus.
"Iya pak." Sahut Ila.
"Ila, kenapa kau bersekolah di sekolah yang biasa saja, kenapa tidak bersekolah di sekolahan elit?" Tanya Bagus.
"Aku lebih nyaman di sekolah yang biasa saja, pak." Jawab Ila.
"Panggil saja om. Aku ini teman baik ayahmu." Kata Bagus.
"Iya." Sahut Ila.
Lalu bagus mengeluarkan beberapa berkas yang harus di tanda tangani oleh Ila.
"Ila, ayahmu mewarisi sebagian hartanya untukmu, jadi kau harus tanda tangani surat ini." Kata Bagus.
"Om, aku menolaknya." Ucap Ila.
"Kenapa?" Tanya Bagus heran.
"Berikan saja semuanya pada dia." Kata Ila.
"Dia? Dia siapa maksudmu?" Tanya Bagus semakin bingung.
"Yurika." Jawab Ila.
"Ila, dia adalah ibumu! Kenapa kau tidak memanggilnya dengan sebutan ibu atau mama mungkin?" Kata Bagus.
Ila tersenyum pahit mendengar ucapan Bagus.
"Sudah lama aku tak mengucapkan kata panggilan itu untuknya." Kata Ila.
"Kenapa? Apa kau mau cerita padaku?" Tanya Bagus.
Ila pun menceritakan semua yang ia alami selama ia tinggal di bersama Yurika. Sambil terisak menangis Ila menceritakan kebencian Yurika terhadap dirinya selama ini. Bagus yang sudah berjanji pada mendiang Raldi tidak akan membocorkan melapetaka yang terjadi beberapa tahun lalu hanya bisa iba menatap gadis yang menangis di hadapannya.
"Lantas mengapa kau menolak warisan ini?" Tanya Bagus.
"Aku tau kalau dia tak mau harta suaminya jatuh ke tanganku, maka dari itu aku menolaknya. Aku mengembalikan semua padanya." Jawab Ila.
"Baiklah jika itu yang kau mau." Sahut Bagus.
Bagus berpikir untuk mengulang kembali berkas-berkas yang akan di alihkan menjadi nama Yurika setelah Ila menolah mentah-mentah warisan yang seharusnya menjadi miliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Sugi Harti
banyak sekali bawangnya Thor 😭😭
2022-12-14
0
kamila
yurika siap"nyesel km perlakukan anak kanfungmu sejahat itu
2021-05-08
0
♡👿 [V]aM|P!R} 👿♡
ya allah ya robbi 😭😭😭
moga gk ada di dunia nyata 😭
2021-03-30
0