Galuh tiba di dalam ruang kantornya, Ia sangat tertekan dengan keinginan kedua orang tuanya yang akan menikahkan dirinya dengan Ila.
Galuh duduk di kursi kerjanya sambil menatap keluar jendela yang terbuat dari kaca tebal.
Galuh tau sifat Hana yang memang tidak bisa terbantahkan, apalagi kalau itu adalah keinginan terbesarnya, Hana tak bisa di halangi oleh siapapun. Galuh hanya bisa membenci dalam hatinya tentang apa yang di paksakan oleh kedua orang tuanya.
Di kediamannya, Yurika memanggil Ila untuk menemuinya di ruang tengah. Ia menyampaikan apa yang sudah menjadi keputusannya pada kehidupan Ila.
"Bersiaplah, sebentar lagi kau akan bertunangan dengan Galuh! Setelah kau lulus sekolah, pernikahan kalian akan segera di langsungkan." Kata Yurika tanpa mau menatap pada Ila.
"Iya." Sahut Ila dengan hati yang tak rela.
Ila kembali ke dalam kamarnya dengan perasaan yang sangat sedih. Impiannya setelah lulus sekolah ingin melanjutkan pendidikannya menjadi seorang dokter, harus musnah dengan pernikahan yang terpaska ia lakukan.
Air mata membanjiri wajahnya yang putih kemerah-merahan.
"Aku dan dia saling tak menyukai, bagaimana bisa kami bertahan dengan pernikahan terpaksa ini." Gumam Ila dalam isak tangisnya.
Tak lama kemudian ponsel Ila berdering, ia melihat nomor yang tak ia kenal sedang menghubunginya.
"Halo, siapa ini?" Tanya Ila mengangkat panggilan ponselnya.
"Ini aku, Galuh!" Sahut Galuh.
"Kak Galuh? Dari mana dia tau nomor ponselku?" Batin Ila.
"Ada apa kak?" Tanya Ila.
"Aku ingin bicara penting denganmu, besok siang aku akan menjemputmu di sekolah." Kata Galuh.
"Tidak usah kak, biar aku yang datang menemui kakak saja." Sahut Ila.
"Baiklah, jam 2 siang temui aku di cafe yang ada di seberang jalan dekat sekolahmu." Kata Galuh.
"Iya." Sahut Ila.
Setelah menutup teleponnya, Ila semakin frustasi karena ia tau apa yang akan di bicarakan oleh Galuh padanya.
Keesokan siangnya setelah pulang sekolah, Ila menemui Galuh yang sudah menunggunya dari tadi di cafe dekat seberang jalan sekolahnya. Ila duduk di meja yang sama dengan Galuh. Ila tampak ketakutan saat duduk berdua saja dengan Galuh di dalam cafe itu.
"Kenapa cafe ini terlihat sepi? Biasanya sangat ramai." Gumam Ila.
Kemudian Ila melihat ada pelanggan yang akan masuk kedalam cafe itu namun di tolak oleh pelayan cafe yang ada di sana.
"Huh, ternyata dia sudah memesan seluruh gedung cafe ini!" Gumam Ila lagi yang tau kalau Galuh sudah memesan gedung cafe itu hanya untuk mereka berdua saja.
"Kau mau pesan apa?" Tanya Galuh.
"Tidak usah kak, tadi aku sudah makan di kantin sekolah." Sahut Ila dusta.
"Kakak ingin bicara apa padaku?" Tanya Ila.
"Kau ini sangat tidak sabaran ya! Aku sangat lapar, aku mau makan dulu setelah itu baru bicara yang serius padamu." Sahut Galuh.
"I..iya, baiklah." Sahut Ila.
Galuh memesan banyak makanan untuk makan siangnya. Ia juga memesan makanan untuk Ila. Setelah selesai makan, Galuh mulai membicarakan hal serius pada gadis belia yang duduk di hadapannya.
"Ila, apa kau setuju dengan pertunangan kita?" Tanya Galuh.
"Astaga, aku harus jawab apa nih? Kalau aku jawab jujur, takutnya dia marah. Apa aku bohong aja?" Ucap Ila dalam hatinya.
Galuh melihat Ila seperti sedang berpikir sambil tertunduk di hadapannya.
"Kenapa kau tidak menjawabnya?" Tanya Galuh lagi.
"Aku ingin kau jawab jujur." Sambung Galuh lagi.
"Sebenarnya, aku tidak ingin di jodohkan denganmu." Kata Ila dengan nada sedikit ketakukan.
"Sial! Dia bahkan masih tetap menolakku." Batin Galuh kesal pada jawaban Ila yang menolak dirinya.
"Kenapa?" Tanya Galuh.
"Karena kak Galuh juga tidak menyukai aku." Sahut Ila.
"Jadi dia tau kalau aku mengacuhkannya selama ini." Ucap Galuh dalam hatinya.
"Apa karena itu saja?" Tanya Galuh.
"Iya." Sahut Ila.
"Baiklah, kalau begitu pembicaraan kita selesai. Aku akan kembali ke kantor." Kata Galuh langsung beranjak pergi meninggalkan Ila begitu saja di dalam cafe itu.
Ila hanya diam dan bingung menatap Galuh yang pergi begitu saja tanpa menghiraukan dirinya lagi.
"Astaga! Si beruang kutub itu, kenapa selalu saja menyebalkan!" Ujar Ila sangat kesal pada Galuh.
"Semoga saja, pertunangan ini gagal setelah dia tau kalau aku juga menolak menikah dengannya." Ujar Ila lagi.
Galuh menemui Hana yang sedang menyiram tanaman kesayangannya di rumah kaca. Galuh berniat untuk membujuk Hana agar membatalkan pertunangan yang akan terjadi dua hari lagi.
"Ma." panggil Galuh.
"Jangan mulai lagi, Galuh! Lusa kau tetap harus bertunangan dengan Ila." Sahut Hana.
"Ma, tapi aku dan Ila tidak saling mencintai." Kata Galuh.
"Cinta bisa tumbuh kapan saja! yang penting kalian hidup dan tinggal bersama." Kata Hana.
"Ma, aku mohon jangan nikahkan aku dengan Ila." Kata Galuh.
"Ila itu gadis yang baik, aku sangat menyayanginya dan aku ingin dia menjadi satu-satunya menantu di keluargaku." Kata Hana.
Galuh terus saja memohon pada Hana, namun Hana tetap pada pendiriannya untuk menikahkan Galuh pada Ila walaupun ia tau betul kalau Galuh dan Ila memang sama-sama tak saling menyukai.
Hana berpikir hanya perlu menyatukan mereka dahulu dalam satu ikatan pernikahan, setelah itu terjadi perasaan cinta di antara mereka akan segera tumbuh karena seringnya mereka bertemu.
Hari pertunangan antara Galuh dan Ila pun akan segera di laksanakan hari itu. Ila sudah berada di salah satu ruang hotel untuk berhias menggunakan gaun yang indah. Hati Ila sangat galau saat akan melakukan pertunangan dengan pria yang jelas-jelas tidak menyukai dirinya.
Hana masuk kedalam ruangan bersama Yurika untuk membawa Ila yang sudah terlihat cantik keruang acara pertunangan. Disana Galuh sudah menanti kehadiran Ila sedari tadi. Galuh ingin acara pertunangannya cepat selesai, ia tak ingin berlama-lama dalam ruangan yang di penuhi oleh tamu-tamu undangan.
Galih melirik Ila yang jalan berdampingan dengan Hana dan juga Yurika. Antoni menepuk pundak Galuh sambil berbisik padanya.
"Ila sangat cantik ya." Bisik Antoni.
Galuh hanya diam saja saat Ila sudah berada di sampingnya. Acara pertunangan itu pun berjalan lancar dengan cepat. Galuh dan Ila sama-sama telah memakai cincin di jari manisnya. Galuh melirik Ila yang memiliki raut wajah yang sedih saat itu. Galuh tau kalau Ila juga terpaksa melakukan perjodohan dengannya.
Dari kejauhan ruang pesta Sandi yang datang karena undangan dari Kia, melihat jari Ila yang sudah terpasang cincin pertunangannya. Sandi sangat sedih karena Ila yang selama ini ia sukai, akan menikah dengan orang lain.
Kia melihat Sandi yang tampak muram saat menatap Ila.
"Apa kau masih mengharapkan Ila?" Tanya Kia pada Sandi.
"Apa yang aku harapkan bukan urusanmu!" Sahut Sandi.
"Jelas saja semua yang terjadi padamu adalah urusanku! kau kekasihku." Kata Kia.
"Kekasih terpaksa!" Balas Sandi.
"Walapun terpaksa, kau tetap akan menjadi milikku! Sebentar lagi setelah kita lulus sekolah aku dan kau akan segera bertunangan." Kata Kia.
"Itu masih rencana dari kedua pihak keluarga kita, belum tentu terjadi! siapa yang tau apa yang akan terjadi kedepannya kan?" Ujar Sandi.
Kia sangat kesal pada Sandi yang masih tidak membalas cintanya. Walaupun Sandi menjadi kekasihnya dan berada dekat dengannya setiap waktu, namun di dalam hatinya masih tersimpan kenangan manis bersama Ila.
Kia kesal semakin menjadi-jadi. Ia kesal pada Ila yang selalu mendapatkan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya.
Kia memiliki niat yang jahat pada Ila. Ia memanggil seorang pelayan untuk memberikan minuman kepada Ila yang telah di berikan obat perangsang.
Kia berniat untuk membuat Ila malu di hadapan orang ramai.
Pelayan itu sudah mendekati Ila dan memberikan segelas minuman dingin untuknya. Ila yang merasa haus pada tenggorokannya, tak curiga apapun dan meminum minuman itu.
Selang beberapa menit, Ila merasakan pusing dan juga panas dalam tubuhnya.
Ila berjalan agak sempoyongan menuju ke toilet. Ia tak dapat menguasai gerakannya saat berjalan.
Tubuhnya menabrak seorang pria yang menjadi tamu di sana. Kebetulan tamu tersebut adalah karyawan dari kantor Galuh.
Dengan segera ia mengantarkan Ila yang sudah tak kuat berjalan pada Galuh yang baru saja keluar dari toilet.
"Tuan, sepertinya tunangan anda sedang tidak sehat." Kata karyawannya pada Galuh.
Galuh menangkap tubuh Ila dan menatap pupil matanya.
"Apa dia mabuk?" Gumam Galuh.
Setelah mengucapkan terima kasih, Galuh mengangkat tubuh Ila dan masuk ke dalam kamar hotel yang ia pesan. Kia yang memiliki rencana jahat tersebut mencari-cari Ila yagn sudah tak terlihat lagi di ruang acara tersebut. Kia berdecak kesal karena rencananya untuk mempermalukan Ila di depan umum gagal di sebabkan Ila sudah tidak berada di dalam ruang acara.
Galuh meletakkan tubuh Ila yang sudah sangat di penuhi oleh keringat di atas ranjang kamar hotel. Galuh mencium aroma di mulut Ila untuk memastikan kalau Ila mabuk minum minuman beralkohol. Namun tidak ada bau alkohol disana.
"Apa yang terjadi padanya?" Gumam Galuh lagi.
Saat Galuh sedang berpikir keras, tiba-tiba Ila menarik lehernya agar mendekat padanya. Galuh kaget dan terjatuh menimpa tubuh Ila di atas ranjang itu.
Ila berkali-kali menciumi bibir dan tubuh Galuh yang membuat gairah Galuh seketika membara.
"Hei, gadis kecil! Apa kau tau apa yang sedang kau lakukan, hah?" Bisik Galuh pada Ila.
Ila yang memang sudah menggeliat gak jelas, hanya diam dan terus menciumi Galuh. Galuh terkekeh saat Ila tidak bisa mencium dirinya dengan benar.
"Hehehe, bahkan berciuman saja kau tidak lihai!" Ucap Galuh pada Ila.
Gairah Galuh memuncak saat tangan Ila menyentuh burung miliknya yang sudah mengeras. Galuh yang berusaha untuk manahan gairahnya, akhirnya tak dapat untuk membentengi dirinya dari serangan-serangan liar Ila yang menjamah tubuhnya.
"Jangan salahkan aku, Ila!" Ucap Galuh.
Galuh membalas semua serangan Ila pada tubuhnya. Gaun yang Ila pakai sudah terlepas dari tubuhnya. Begitu juga dengan Galuh yang sudah melepaskan kemejanya dan menciumi dada Ila. Ila mendesah tak karuan di buatnya. Galuh sedikit tegak hendak membuka resleting celenanya, namun saat itu ia menatap wajah Ila yang polos membalas tatapannya.
"Apa yang aku lakukan pada gadis yang baik ini." Batin Galuh segera menjauh dari Ila.
Galuh menutupi tubuh Ila yang sudah telanjang bulat di buatnya. Galuh berkali-kali menepis tangan Ila yang akan menarik dirinya. Galuh memakai kemejanya dan menghubungi Roni untuk datang memeriksa kondisi Ila.
Tak butuh waktu lama, Roni masuk ke dalam kamar dan melihat Ila yang sedang menarik Galuh berkali-kali.
"Hahaha, kau kenapa?" Tanya Roni terkekeh melihat Galuh yang berusaha menepis tarikan Ila.
"Jangan banyak tanya, cepat periksa kondisi gadis ini!" Sahut Galuh.
Roni memeriksa kondisi Ila yang sudah tak sadar akan apa yang ia lakukan terhadap Galuh.
"Sepertinya dia sudah di berikan obat." Kata Roni.
"Astaga! Siapa yang melakukan hal ini padanya?" Sahut Galuh.
Roni melihat kancing kemeja Galuh yang tak terkancing dengan benar, lalu ia melihat Ila yang tertutup selimut tebal.
"Galuh, apa kau sudah melakukannya pada Ila?" Tanya Roni.
"Apa maksudmu?" Sahut Galuh berpura-pura bingung.
"Kau pikir aku bodoh, hah? Aku melihat kancing kemejamu yang salah dan juga melihat Ila tertutup selimut tanpa pakaian." Kata Roni.
"Aku..aku tidak melakukannya!" Kata Galuh gugup.
"Kau tidak melakukannya, tapi hampir melakukannya kan? Hehehe.." Ucap Roni terkekeh.
"Diamlah! Sekarang apa yang akan kita lakukan?" Teriak Galuh.
Lalu Roni dan Galuh mendengar desahan Ila yang sangat erotis. Ila duduk dan hendak membuka selimutnya. Dengan cepat Galuh mencegahnya agar tubuh Ila yang sudah polos tanpa sehelai benangpun tidak terlihat oleh Roni.
"Hei, apa kau seorang pria?" Tanya Ila meracau pada Galuh.
"Kalau kau pria, ayo lakukan saja padaku!" Racau Ila lagi.
"Kau meracau tak jelas begini." Gumam Galuh berusaha untuk menutupi Ila dengan selimut.
"Minggir! aku kepanasan, aku ingin membuka bajuku." Racau Ila lagi.
"Bajumu sudah terlepas semua, makanya aku ingin menutupi tubuhmu dengan selimut ini!" Teriak Galuh kesal pada Ila.
Roni terkekeh geli saat melihat Galuh kerepotan menghadapi Ila yang sedang terpengaruh oleh obat perangasang yang di berikan oleh Kia pada minumannya. Galuh menatap kesal pada Roni yang sedang tertawa lepas di dalam kamar itu.
"Apa?" Tanya Roni saat membalas tatapan Galuh padanya.
"Cepat lakukan sesuatu!" Kata Galuh.
"Tidak mau! Kau saja yang lakukan sesuatu padanya, dia kan tunanganmu." Sahut Roni kemudian keluar dari kamar hotel itu.
"Roni! Dasar sepupu kurang ajar kau!" Teriak Galuh sangat kesal padanya.
Roni kembali terkekeh geli saat mendengar teriakan Galuh dari dalam kamar bersama Ila.
"Nikmati malam pertamamu, Galuh! Hehehe." Ucap Roni berjalan dengan santai menuju ruang acara.
Di dalam kamar hotel itu, Galuh masih sibuk menangani Ila yang sudah melepaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Galuh lagi-lagi berusaha untuk menutupi tubuh Ila dengan selimut yang sudah terjatuh ke lantai.
"Jangan tutupi tubuhku, aku kepanasan!" Teriak Ila pada Galuh.
"Baiklah, aku tidak punya cara lain lagi." Gumam Galuh.
Galuh mengangkat tubuh Ila dan membawanya masuk kedalam kamar mandi. Galuh menjatuhkan tubuh Ila ke dalam bak mandi dan mengisinya dengan air dingin. Ila berteriak saat air dingin itu membasahi tubuhnya secara tiba-tiba. Galuh mengambil gagang shower, dan menyemprotkannya ke wajah Ila.
"Semoga saja ini berhasil!" Ucap Galuh.
Saat Galuh sedang berusaha untuk menyadarkan Ila, terdengar suara bel pintu kamarnya. Ia mengintip pada lubang pintu dan melihat Didi sedang berdiri di depan pintu luar. Galih membuka pintunya.
"Bos, ini obat untuk non Ila dari dokter Roni." Kata Didi.
"Dimana si dokter gila itu?" Tanya Galuh.
"Sedang duduk di ruang acara." Jawab Didi.
"Eemm, Di, kalau mamaku tanya atau siapa saja yang tanya tentang keberadaan Ila, bilang saja kalau Ila sudah pulang bersamaku." Kata Galuh.
"Siap bos!" Sahut Didi.
Galuh kembali menemui Ila yang masih di dalam kamar mandi. Betapa terkejutnya ia melihat Ila yang sudah tenggelam di dalam bak yang berisikan air mandi itu. Galuh semakin panik melihat Ila yang sudah tak sadarkan diri di dalam bak mandi. Galuh mengeringkan tubuh Ila dan membaringkannya di atas ranjang serta menyelimuti tubuhnya.
"Hah, aku sangat lelah!" Ucap Galuh yang sudah kelelahan mengurusi Ila sejak tadi.
Galuh menatap gadis belia yang kini sudah menjadi tunangannya itu.
"Ternyata daya tarik tubuhmu kuat juga ya, gadis kecil! Aku bahkan hampir saja melakukannya padamu." Kata Galuh.
Galuh duduk di tepi ranjang menunggu Ila sadar, namun setelah berjam-jam menunggu Ila tetap saja tak sadarkan diri. Galuh panik bukan kepalang saat melihat Ila tak sadarkan diri selam berjam-jam.
"Apa dia mati?" Gumam Galuh dalam hatinya sambil menepuk pipi Ila secara perlahan.
"Jangan pukul aku, dasar kau orang gila jelek!" Racau Ila yang ternyata sedang bermimpi.
"Hah, dasar bocah kau! Ternyata dari tadi dia tertidur pulas." Ujar Galuh.
Galuh yang sudah kelelahan ikut berbaring di samping Ila. Galuh mencoba untuk menutup matanya dan terlelap disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kenapa gak di kasih ubat tidur aja sih..
2023-03-10
0
ïm.ålgå†år~ ✨
agak ada sedikit komedinya.... semakin menarik
2021-03-04
0
Leddy
hahahahaahh
2020-10-15
0