Keesokan paginya Ila keluar dari kamar ingin membantu Hana menyiapkan sarapan. Saat ia keluar dari kamarnya, Ila melihat Galuh dan Roni yang sedang tertidur pulas di depan pintu kamarnya.
Ila tersenyum melihat kedua pria yang sedang di hukum oleh Hana semalam karena telah mengerjainya.
"Kasihan banget mereka." Ucap Ila menatap wajah kedua pria itu.
Ila menggoyangkan tubuh mereka berupaya untuk membangunkannya.
"Kak, bangun sudah pagi." Ucap Ila pada Galuh dan juga Roni.
Kedua pria itu hanya menggeliat dan kembali tidur.
"Kak Galuh, kak Roni, ayo bangun!" Kata Ila sedikit mengeraskan suaranya.
Galuh membuka matanya dan menatap Ila yang berjongkok di hadapannya.
"Kenapa kau ada di kamarku?" Tanya Galuh belum sepenuhnya sadar.
"Ini bukan kamarmu, tapi di depan kamarku." Sahut Ila.
Galuh duduk dan mengusap wajahnya melihat sekeliling. Galuh melirik ke samping dan melihat Roni yang masih tidur sambil mendengkur.
Galuh ingat kalau semalaman mereka berdiri karena hukuman yang diberikan oleh Hana pada mereka berdua.
"Aku masih ngantuk! Aku pinjam kamarmu untuk tidur." Kata Galuh sambil menyeret kaki Roni masuk bersamanya ke dalam kamar Ila.
Ila awalnya bengong melihat Galuh yang menyeret tubuh Roni yang sedang tertidur pulas.
"Dasar beruang kutub!" Ujar Ila sambil melangkah turun menuju ruang makan.
Disana Ila tidak melihat Hana dan juga Antoni. Hanya pelayan saja yang menyiapkan segalanya di ruang makan itu. Ila menuju ke dapur dan melihat pelayan sedang menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Boleh aku bantu?" Tanya Ila ada pelayan.
"Jangan nona, nanti nyonya Hana marah." Sahut Pelayan.
"Tante Hana tidak akan marah! Sudah tenang saja, aku sendiri yang mau bantu." Kata Ila.
Ila pun membantu menyiapkan sarapan dan juga menatap meja makan dengan rapi. Tak lama Hana dan Antoni datang ke ruang makan melihat Ila yang mengerjakan semuanya.
"Ila, apa yang kau lakukan, sayang?" Tanya Hana.
"Aku bosan! Jadi aku sedikit membantu." Sahut Ila.
Antoni menatap Ila yang sangat polos.
"Betapa beruntungnya aku jika memiliki menantu seperti dia." Ucap Antoni dalam hatinya.
Makanan telah terhidang di meja makan. Hana meminta tolong pada Ila untuk memanggil Galuh dan juga Roni agar saparan bersama mereka di ruang makan. Dengan berat hati Ila pun melaksanakan apa yang di katakan oleh Hana padanya. Ila naik ke atas dan membuka pintu kamarnya. Disana Ila melihat Roni tidur sambil memeluk bantal guling di lantai, sedangkan Galuh tertelungkup di atas mengusai ranjang itu.
"Astaga! Si beruang kutub itu bahkan tidak membiarkan kak Roni naik ke atas ranjang." Gumam Ila.
Ila pun membangunkan Roni yang sedang tertidur pulas di lantai dengan guling yang dalam dekapannya. Susah payah Ila membangunkan dokter kandungan itu, namun akhirnya ia berhasil juga membangunkan Roni.
"Kenapa aku tidur di lantai?" Tanya Roni bingung.
"Aku tak tau, kak!" Sahut Ila.
Roni bangkit sambil menendang pantat Galuh yang sedang tidur tertelungkup di atas ranjang.
"Ini pasti kerjaan si kampret ini!" Ujar Roni menendang bokong Galuh.
Roni pun berlalu keluar dari kamar dan meninggalkan Ila berdua dengan Galuh. Ila membungkukkan tubuhnya dan membangunkan Galuh.
"Kak, bangun." Kata Ila.
"Kak, bangun! Tante dan om sudah menunggu di ruang makan." Kata Ila lagi sambil menggoyangkan tubuh Galuh.
Saat Ila sedang berupaya untuk membangunkannya, tiba-tiba Galuh menarik tangan Ila yang membuat Ila jatuh ke atas ranjang dan menimpa tubuhnya. Ila sangat terkejut dengan apa yang di lakukan oleh pria yang biasanya sangat dingin kepadanya.
"Kak, lepas!" Kata Ila berontak.
"Tidak!" Sahut Galuh.
"Si beruang kutub ini sangat menyebalkan!" Ucap Ila kesal dalam hatinya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Ujar Ila mulai kesal.
"Aku hanya memeluk tunanganku! Wajar saja kan?" Balas Galuh.
"Kita masih tunangan belum menikah!" Sahut Ila terus berontak.
"Apa kau ingin aku lepas?" Tanya Galuh tersenyum licik.
"Lepaskan aku!" Pekik Ila.
"Cium aku!" Perintah Galuh.
"Tidak akan!" Sahut Ila.
"Cepat cium!" Perintah Galuh lagi.
"Aku tidak mau!" Sahut Ila masih berusaha berontak.
Kemudian Roni membuka pintu kamar dan melihat Ila sedang di tindas oleh Galuh di atas ranjang.
"Woi, kampret! Kalau mau mesum nanti malam, jangan pagi-pagi buta begini." Teriak Roni pada Galuh.
Galuh dan Ila kaget saat Roni melihat apa yang sedang mereka lakukan di dalam kamar itu. Galuh tanpa sengaja melepaskan tangan Ila yang membuat Ila jatuh dari atas ranjang ke lantai. Ila lari menjauh dari Galuh yang berniat untuk mengganggunya.
Ila keluar dari kamar dengan langkah yang tergesa-gesa. Sedangkan Galuh menatap Roni dengan kesal.
"Berisik banget, *****!" Teriak Galuh seraya melemparkan bantal dan tepat mengenai wajahnya.
Roni hanya cengengesan seraya menutup pintu kamar itu kembali.
"Niatnya mau ambil ponsel, malah melihat yang begituan! Sial banget mataku telah ternodai pagi-pagi begini." Gumam Roni melangkah menuruni anak tangga menuju keruang makan.
Galuh yang masih duduk di atas ranjang mengingat kembali apa yang telah ia lakukan pada gadis yang selama ini ia tolak kehadirannya.
"Kenapa aku jadi tertarik pada gadis kampungan itu sih?" Gumam Galuh dalam hatinya.
Galuh keluar dari kamar itu dan melangkah menuju ke kamaranya. Disana ia segera mandi dan pergi sarapan bersama dengan keluarganya. Galuh duduk di samping Roni sambil melirik pada Ila yang fokus dengan makanan yang ada di piringnya.
"Galuh, Roni! Hari ini kita akan pergi ke villa untuk liburan disana beberapa hari. Kalian masih ingat dengan hukuman yang aku berikan?" Tanya Hana dengan tatapan mata yang tajam.
"Hahaha, tante, hari ini aku tidak bisa ikut bersama kalian karena aku akan kerumah sakit pagi ini." Sahut Roni.
"Apa kau mencoba untuk mencari alasan, Roni?" Teriak Galuh kesal.
"Aku ini seorang dokter yang teladan jadi aku harus stand by di sana." Sahut Roni berasalan untuk menghindari hukuman dari Hana.
"Baiklah, kalau begitu Galuh yang akan menjalankan hukumannya." Kata Hana.
"Mampus!" Bisik Roni tertawa senang.
"Sial!" Ujar Galuh semakin dongkol pada Roni.
Antoni menatap Ila yang sedang cemberut pagi itu dikarenakan ulah Galuh saat di kamar tadi.
"Ila, kenapa wajahmu cemberut? Ada apa? Apa makanannya tidak enak?" Tanya Antoni.
"Tidak om! Makanan ini enak kok." Sahut Ila seketika menghilangkan raut cemberut pada wajahnya.
"Ila, apa kau menyukai buah durian?" Tanya Antoni lagi.
"Iya, aku suka." Jawab Ila.
"Kalau begitu waktunya sangat pas sekali! Di villa banyak pohon durian dan kita akan makan durian yang banyak disana." Seru Antoni yang memang menggilai raja buah tersebut.
"Benarkah?" Tanya Ila antusias.
"Iya." Sahut Antoni.
Galuh menatap Ila yang seketika ceria setelah tau dirinya akan segera melahan buah durian yang terkenal sangat enak. Roni melirik pada Galuh yang sejak tadi menatap Ila.
"Kau bilang kau tidak suka padanya, tapi mengapa kau terus menatapnya? Hehehe." Tanya Roni berbisik pada Galuh yang duduk di sebelahnya saat sarapan.
"Diamlah!" Sahut Galuh menghentikan pandangannya menatap Ila.
"Hati-hati jika suatu hari nanti kau menjadi buta karena gadis kecil itu." Bisik Roni lagi membuat Galuh semakin kesal.
Galuh yang kesal memukul kepala Roni dengan sendok di tanganya. Roni tak mau kalah, ia balik membalas serangan Galuh terhadapnya. Terjadilah peperangan sendok yang sengit di ruang makan itu. Ila terbodoh melihat kedua pria dewasa itu bersikap bagaikan anak kecil yang sedang bertengkar. Sedangkan Antoni dan Hana menghela nafas melihat anak dan keponakan bertengkar seperti biasanya jika mereka bertemu dan saling berdekatan. Keributan yang nyeleneh itu berhenti setelah Antoni berteriak memarahi kedua pria dewasa itu.
Setelah selesai sarapan, Roni langsung kabur pergi dari rumah. Ia berbohong agar tidak menjalankan hukuman yang Hana berikan padanya. Sebelum pergi, Roni masih sempat mengganggu sepupunya itu.
"Galuh! Nikmatilah hari-harimu menjadi budak untuk gadis kecil itu di hadapan tante Hana. Hahaha." Kata Roni tertawa licik pada Galuh.
"Mati saja kau sana!" Teriak Galuh dengan emosi tingkat dewa terhadap Roni.
Roni tancap gas sambil tertawa girang melihat Galuh yang akan segera menderita menjalankan hukuman dari Hana. Tak lama kemudian, Antoni, Hana dan juga Ila keluar dari rumah menuju masuk ke dalam mobil. Galuh mengambil posisi untuk segera mengendari mobil yang akan membawa mereka pergi liburan ke salah satu villa yang mereka miliki.
Perbincangan ringan pun terjadi saat mereka sedang dalam perjalanan menuju villa. Hana yang sangat menyayangi Ila banyak berharap Ila akan segera menjadi menantunya dan memberikan cucu padanya. Ila hanya tersenyum canggung saat Hana memiliki keinginan untuk segera menimang cucu. Galuh yang sering melihat senyuman canggung Ila tau kalau Ila terpaksa mengiyakan apapun yang Hana katakan padanya.
Selang beberapa jam kemudian tibalah mereka di villa yang menjadi tujuan mereka untuk liburan. Mata Ila terbelalak saat melihat beberapa pohon durian yang siap panen saat itu. Wangis khas buah tersebut bahkan menusuk hidung Ila begitu ia sampai disana.
Ila mengikuti langkah Antoni yang sudah tak sabar ingin menyatap si raja buah tersebut. Mereka duduk di sebuah gazebo yang berada di halaman belakang villa.
"Banyak sekali, om!" Seru Ila melihat durian yang sudah matang.
"Mari kita habiskan semuanya! Hahaha." sahut Antoni mulai membuka kulit buah durian.
Buah yang manis itu masuk ke dalam mulut Ila dan terasa sangat nikmat di lidahnya. Ila merasa semakin bahagia dengan hari liburnya yang sangat menyenangkan bersama keluarga yang akan segara menjadi bagian hidupnya. Ila sangat terharu merasakan kebahagiaan yang selama ini tak pernah ia rasakan sebelumnya. Tanpa ia sadari Ila meneteskan air matanya dan hal itu terlihat jelas oleh Hana.
"Kenapa, sayang?" Tanya Hana pada Ila.
"Aku senang sekali bisa berkenalan dengan tante Hana." Jawab Ila.
"Oh sayang, jangan menangis lagi! Ini hari liburmu dan kau harus bersenang-senang." Kata Hana memeluk Ila.
Ila mengangguk mengiyakan perkataan Hana lalu berhenti menangis. Untuk menghibur Ila, Antoni memberikan buah durian yang terasa lezat padanya.
"Ini untuk Ila!" Kata Antoni memberikan buah durian yang besar padanya.
Ila tersenyum ceria kembali berkat kedua orang yang selalu memberikan kebahagiaan pada dirinya. Galuh yang kurang menyukai buah durian hanya makan sedikit dan kemudian ia pergi duduk di tepi kolam renang. Disana tampak ia sedang menikmati suasana yang asri di villa keluarga itu.
Tak lama kemudian terdengar ponselnya berdering. Galuh melihat nomor yang tak di kenal sedang menghubunginya. Galuhpun menerima panggilan itu.
"Halo?" Ucap Galuh.
"Sayang, ini aku. Ana!" sahutnya di ponsel tersebut.
"Mau apa lagi kau?" Tanya Galuh dengan nada sinisnya.
"Aku ingin bertemu denganmu! Apakah kita bisa bertemu hari ini?" Pinta Ana pada Galuh.
"Aku tidak bisa!" Jawab Galuh ketus.
"Galuh, tolong berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya." Kata Ana.
"Tidak ada lagi yang perlu kau jelaskan padaku, semuanya sudah jelas malam itu!" Ujar Galuh bertekad untuk mengeraskan hatinya terhadap Ana.
"Aku peringatkan padamu, jangan hubungi aku lagi!" Kata Galuh seraya memutuskan sambungan teleponnya.
Antoni, Hana dan juga Ila mendengar sangat jelas apa yang Galuh katakan saat menerima panggilan telepon dari ponselnya karena jaraknya yang tak terlalu jauh dari mereka.
Galuh bangun dari duduk santainya di tepi kolam sambil berdecak kesal dan masuk ke dalam villa.
Galuh masuk ke dalam kamar yang biasa ia tempati ketika ia berada di villa tersebut. Galuh merebahkan tubuhnya yang terasa lelah akibat perjalanan yang hampir 3 jam jika di tempuh dengan menggunakan mobil.
"Dia membuat suasana hatiku menjadi rusak!" Gumam Galuh mengingat wajah Ana yang kini telah ia benci di dalam hatinya.
Malam harinya Galuh mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Galuh terbangun dan melirik jam yang berputar di dinding kamarnya.
"Astaga! Aku ketiduran hingga malam." Gumam Galuh sambil mengusap wajahnya.
Galuh mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya.
"Itu suara Ila!" Gumam Galuh mendengar dengan seksama.
"Hehehe, aku akan mengganggunya." Gumam Galuh sambil terkekeh jahat.
Galuh beranjak dari ranjangnya dan membuka pintu kamarnya. Saat melihat Ila yang berdiri di depan pintu kamarnya Galuh segera menarik Ila masuk ke dalam kamarnya. Setelah Ila masuk ia segera menutup pintunya dengan cepat. Galuh menekan tubuh Ila yang bersandar pada daun pintu.
"Ada apa memanggilku?" Tanya Galuh mendekatkan wajahnya pada Ila.
Ila gemetar membalas tatapan Galuh yang super duper dingin saat menatapnya.
"Tante Hana menyuruhku memanggil kakak untuk makan malam bersama." Jawab Ila dengan bibir yang bergetar.
"Aku hanya ingin makan kau! Hehehe." Ujar Galuh yang membuat Ila semakin ketakutan.
Ila mendorong tubuh Galuh dengan sekuat tenaga. Dengan segera Ila membuka pintu dan berlari keluar dari kamar itu. Lagi-lagi Galuh tertawa saat melihat Ila ketakutan padanya. Galuh mengikuti langkah Ila yang menuju ke ruang makan. Galuh duduk sambil melirik Ila yang tak mau menatapnya. Galuh tersenyum tipis melihat Ila tertunduk kaku di meja makan.
Hana mengisi nasi ke piring Galuh yang duduh di hadapannya.
"Galuh, setelah makan malam papa dan mama akan keluar sebentar untuk mengunjungi teman yang rumahnya dekat dari sini." Kata Antoni.
"Iya." Sahut Galuh singkat sambil mengunyah makanannya.
"Jadi kalian berdua bersantailah di villa ini selama kami pergi." Sambung Hana melotot pada Galuh.
"Iya, ma!" Sahut Galuh mengerti tatapan mata Hana.
Setelah makan malam, Antoni dan Hana pergi kerumah teman mereka yang tidak jauh dari villa. Ila mengantar kepergian Antoni dan Hana sampai ke depan halaman villa. Hana juga berpesan pada Ila agar segera menghubungi mereka jika terjadi sesuatu selama mereka pergi.
Asap mobil yang di naiki oleh Antoni dan Hana masih tercium di villa itu, Ila segera masuk ke dalam rumah dan berniat untuk pergi ke kamarnya guna menghindari Galuh yang sering mengganggunya. Namun nasib sial selalu menimpanya, Galuh menarik tangan Ila untuk mendekat padanya.
"Kak, lepas!" Kata Ila berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Galuh.
"Apa kau ingin menghindar dariku?" Tanya Galuh.
"Siapa yang menghindar? Aku hanya ingin beristirahat di kamarku." Sahut Ila memalingkan wajahnya dari Galuh.
"Tatap aku, cepat!" Bentak Galuh.
"Aku tidak mau!" Sahut Ila.
"Cepat lihat aku atau aku akan terus mengganggumu!" Ancam Galuh pada Ila.
Mau tak mau Ila pun menatap Galuh yang sudah sangat dekat dengan dirinya. Galuh menyeret Ila untuk ikut denganya.
"Kita mau kemana, kak?" Tanya Ila.
"Diam! Jangan banyak bertanya." Sahut Galuh.
Galuh membawa Ila ke halaman belakang villa dan duduk di gazebo dengan penerangan lampu taman yang ada di sana.
"Kenapa kita kesini?" Tanya Ila bingung.
"Belah durian!" Bisik Galuh pada telinga Ila.
Ila melihat wajah Galuh sangat mesum menatapnya. Ila semakin ketakutan mendengar jawaban Galuh. Pikiran Ila melayang entah kemana-mana. Yang ada di dalam pikiran gadis itu adalah melakukan hal yang biasa di lakukan oleh sepasang suami dan istri.
Galuh melihat Ila yang sedang terlena dengan pikiran kacaunya.
"Hei, kau ini kenapa?" Tanya Galuh pada Ila.
"Tidak! Tidak kenapa-kenapa." Sahut Ila gugup.
"Apa jangan-jangan kau sedang mikir jorok ya?" Tanya Galuh yang menusuk tepat di jantung Ila.
"Apaan sih? Dasar beruang kutub!" Gumam Ila sewot.
"Sepertinya kau ingin melakukan hal itu denganku, Ila!" Kata Galuh kembali mengganggu Ila.
Galuh mendekat lagi pada Ila yang sedang duduk. Perlahan Ila mundur untuk menjauh dari Galuh yang sedang mendekatinya. Tiba-tiba Ila kaget dan malah justru memeluk Galuh dengan erat. Listrik di villa itu padam seketika membuat suasana menjadi sangat gelap gulita. Langit yang tidak di hiasi oleh bintang-bintang menambah kegelapan di halaman belakang villa itu.
"Sial! Listriknya padam." Gumam Galuh.
"Tunggu sebentar! Aku akan mencari penjaga villa untuk membawa lampu cadangan." Kata Galuh pada Ila.
"Jangan pergi! Aku takut." Pinta Ila yang masih memeluk Galuh dengan erat.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atas langit. Kilatan cahaya sesekali muncul dan suara dentuman petir membuat tubuh Ila gemetar ketakutan. Galuh menyadari kalau Ila memang sedang benar-benar ketakutan saat itu. Ia memeluk tubuh Ila dan berusaha untuk menenangkannya.
Langkah kaki terdengar jelas di telinga Galuh melihat seorang penjaga villa datang membawa senter untuk mereka.
"Ayo kita masuk! Sepertinya akan turun hujan." Kata Galuh pada Ila.
Ila pun mengiyakan dan mengikuti langkah Galuh dari belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ciihh dgn tak malu nya,masih punya muka aja dia menghubungi tunangan org..🙄🙄
2023-03-10
0
erni hernawan
cerita nya menarik
2022-12-29
0
Athaya Winangun
si Galuh mah ,malu tapi mau .
2020-08-23
0