Kesepian

Malam itu, Febry mencoba menghubungi Safira,tapi panggilan itu hanya masuk ke kotak suara.

Febry menghela nafas panjang, dan merasa semakin jauh dari Safira.

Febry mengirim pesan ke Safira "sayang aku rindu. Kapan kamu punya waktu untuk kita bicara?"

Namun,pesan itu hanya terlihat dengan tanda "Terkirim " tanpa balasan.

.

.

Hari itu,di kantor Amara kembali mendekati Febry dengan senyum manisnya yang khas.

Amara membawa dua gelas kopi "Feb,kamu keliatan capek. Aku bawain kopi buat kamu"

Febry tersenyum kecil "Terimakasih, Amara. Tapi kamu nggak perlu repot-repot "

Amara duduk di kursi seberang meja Febry "Aku senang bantu kamu,kok. Lagipula,kamu keliatan butuh teman ngobrol "

Febry terdiam. Kata-kata Amara benar,dia memang merasa kesepian.

Dan meski dia tahu ini salah,ada sedikit rasa nyaman yang muncul saat Amara ada di dekatnya.

.

Beberapa hari kemudian, Amara mengajak Febry makan siang di sebuah kafe.

Awalnya Febry ragu,tapi akhirnya dia setuju karena merasa butuh seseorang untuk mengalihkan pikirannya dari Safira.

Amara tersenyum "Jadi,gimana hubungan kamu sama pacar kamu? Aku nggak pernah dengar kamu cerita banyak"

Febry menghela nafas "Kami baik-baik saja.....aku rasa.tapi dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Kadang aku merasa seperti tidak ada di prioritasnya"

Amara menyentuh tangan Febry "Kamu nggak pantas merasa seperti itu, Feb. Kamu butuh seseorang yang benar-benar ada buat kamu"

Sentuhan itu membuat Febry terdiam. Dia merasa ada dorongan kecil untuk menarik tangannya,tapi di sisi lain,ada rasa nyaman yang menggangu pikirannya.

.

.

Malam itu, Febry duduk di teras kosnya memandangi langit malam.

Dia memikirkan Safira, Namun bayangan Amara juga mulai muncul di benaknya.

Febry berbisik "Apa aku salah kalau aku butuh perhatian juga? Aku cuma mau merasa di hargai"

Dia mencoba mengusir pikiran itu,tapi kesepiannya membuat godaan untuk menerima perhatian Amara semakin besar.

Di tengah malam,ponsel Febry akhirnya berdering. Itu Safira.

Febry mengangkat dengan cepat "Saf! Kamu akhirnya menelpon!"

Safira terdengar lelah "Maaf,ay. Aku benar-benar sibuk. Ada kasus besar yang harus aku urus"

Febry menahan emosi "Aku ngerti kamu sibuk,Ay. Tapi apa kamu nggak punya waktu sama sekali buat aku? Aku ngerasa kita makin jauh"

Safira menghela nafas "Ay,aku tahu ini berat buat kamu. tapi aku nggak bisa ninggalin tanggung jawabku. Aku harap kamu bisa sabar sedikit lagi"

Febry berbisik "Sampai kapan ,sayang? Aku rindu kamu"

Safira terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Akhirnya,dia hanya berkata dengan suara pelan "Aku juga rindu kamu, Sayang. Tapi aku harus pergi sekarang,maaf"

Panggilan itu berakhir, meninggalkan Febry dengan perasaan hampa yang semakin dalam.

Keesokan harinya, Amara datang ke meja Febry dengan senyum khasnya,membawa kotak makan siang.

Amara meletakkan kotak di meja "Ini buat kamu. Aku lihat kamu sering lupa makan"

Febry melihat kotak makan itu "Amara,kamu nggak perlu repot-repot "

Amara tersenyum lembut "Aku cuma mau bantu kamu, Feb. Aku suka ngeliat kamu senang"

Febry merasa bersalah,tapi juga tidak bisa menolak perhatian Amara. Dalam kesendiriannya, perhatian itu mulai terasa seperti pelarian.

Febry semakin terjebak dalam perasaan rindu terhadap Safira dan godaan dari Amara. Di satu sisi dia mencintai Safira dengan tulus. Tapi di sisi lain, kesepiannya membuatnya rapuh.

.

.

Hari itu, Febry dan Amara lembur di kantor menyelesaikan proyek besar.

Setelah semua pekerjaan selesai, Amara mengajak Febry minum di kafe kecil dekat kantor.

Amara tersenyum "Kamu butuh rileks, Feb. Kelihatan banget kamu stres"

Febry menghela nafas "Mungkin kamu benar. Akhir-akhir ini rasanya berat banget"

Amara memandang febry dengan tatapan yang lembut namun penuh arti.

"Feb,aku tahu ini bukan urusanku,tapi aku nggak bisa pura-pura lagi. Aku..........aku suka sama kamu" Ucap Amara perlahan.

Febry terkejut dengan apa yang baru saja di ungkapkan Amara "Amara,aku...."

Amara menyela "Aku tahu kamu punya pacar. Tapi aku juga tahu dia nggak ada buat kamu. Aku cuma ingin kamu tahu,aku selalu ada di sini buat kamu"

Febry terdiam. Kata-kata Amara membuat hatinya campur aduk. Di satu sisi,dia merasa bersalah karena membiarkan Amara mendekat. Tapi di sisi lain, perhatian Amara adalah sesuatu yang dia rindukan dari Safira.

Hari-hari berikutnya, Febry semakin sering memikirkan Amara. Rasa bersalah kepada Safira terus menghantui,tapi perhatian dan kehangatan Amara sulit dia abaikan.

Suatu malam, setelah lembur lagi bersama Amara, mereka berjalan menuju parkiran kantor.

Amara berhenti berjalan "Feb,aku nggak mau bikin kamu bingung. Kalau kamu merasa aku terlalu dekat,aku bisa mundur"

Febry menatap Amara "Amara,aku...."

Sebelum Febry sempat menyelesaikan kalimatnya, Amara mendekat dan memeluknya.

Amara berbisik "Aku cuma ingin kamu bahagia Feb"

Dalam kebingungannya, Febry tidak menolak. Malam itu,dia membiarkan dirinya terbawa oleh perasaannya dan melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan_tidur dengan Amara.

Keesokan paginya, Febry terbangun dengan kepala berat dan hati yang hancur.

Dia melihat Amara tidur di sampingnya,dan kenyataan mengahantamnya seperti gelombang besar.

Febry berbisik pada dirinya sendiri "Apa yang sudah aku lakukan, Safira..."

Amara terbangun dan tersenyum lembut padanya,tapi Febry langsung bangkit dari tempat tidur.

Febry menghindari tatapan Amara "Aku nggak seharusnya melakukan ini"

Amara tersenyum pahit "Tapi kamu melakukannya, Feb. Dan aku nggak menyesal"

Febry tidak menjawab. Dia hanya mengenakan pakaiannya dengan tergesa-gesa dan pergi, meninggalkan Amara dengan hati yang penuh penyesalan.

Hari itu, Febry duduk di kosannya memandangi foto Safira di ponselnya.

Rasa bersalah yang menggerogoti hatinya semakin tak tertahankan.

Febry berbicara pada dirinya sendiri "Aku nggak bisa terus begini. Aku harus jujur ke Safira.......aku harus menemuinya "

Tanpa berpikir panjang, Febry memesan tiket kereta untuk pergi ke kota di ana Safira di tugaskan.

Dia tahu ini tidak akan mudah,tapi dia harus bertemu Safira dan mengakui kesalahannya.

.

.

Febry tiba di kota tempat Safira di tugaskan. Dia langsung menuju kantor kejaksaan untuk mencarinya,namun petugas di sana mengatakan Safira sedang di lapangan.

Febry bertanya dengan cemas "Apa kalian tahu di mana dia? Ini penting sekali"

Petugas tidak bisa memberi jawaban pasti,tapi Febry tidak menyerah.

Dia mencari informasi dari teman-teman Safira hingga akhirnya mendapatkan lokasi kasus yang sedang di tangani Safira.

Febry tahu apa yang dia lakukan mungkin tidak akan memperbaiki segalanya.

tapi dia juga tahu,bahwa dia harus mencoba, sebelum semuanya benar-benar terlambat.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!