Ancaman itu sangat nyata,dan Safira tahu bahwa ini baru permulaan.
Setelah beberapa jam menenangkan diri di kosan Febry, Safira akhirnya memutuskan untuk pulang.
Tapi Raut wajah Febry menunjukan dia sama sekali tidak setuju.
Febry bersedekap "Nggak mungkin aku biarin kamu pulang sendiri, sayang aku bakal nganterin kamu"
Safira menggeleng tegas"Ay,aku nggak mau kamu dalam bahaya. Ini urusan aku "
"Urusan kamu juga urusan aku. Apa gunanya aku jadi pacar kamu kalau cuma duduk diam waktu kamu ada masalah?" Ucap Febry.
Safira menghela nafas panjang. Dia tahu Febry keras kepala dan perdebatan ini hanya akan memakan waktu.
akhirnya dia mengalah,meski dengan syarat.
Safira menatap Febry tajam "Setelah sampai rumah, kamu nggak boleh pulang. Kamu nginep di pos satpam,aku nggak mau ambil resiko "
Febry berfikir sejenak lalu mengangguk"Deal! Sekarang ayo kita pergi"
Febry mengambil helmnya. Dia yang membawa motor Safira, Safira duduk di belakang mengenakan jaket untuk menyembunyikan identitasnya.
Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya. Jalanan sepi hanya ada suara mesin motor Febry yang memecah keheningan.
Safira berbisik di belakang "Ay,hati hati. Jangan terlalu cepat"
Febry tertawa kecil "Tenang aku udah biasa,
Lagian kan aku harus jagain kamu"
Tapi rasa tenang itu tidak berlangsung lama. Saat mereka melewati sebuah jalan kecil yang di kelilingi pohon-pohon lebat , sebuah motor lain tiba tiba muncul dari arah yang berlawanan dan berhenti di tengah jalan.
Febry menghentikan motornya dan mengernyitkan alis "Siapa mereka?"
Sebelum mereka sempat berfikir lebih jauh, dua orang lagi keluar dari balik pepohonan di sisi jalan , membawa balok kayu.
Safira berbisik "Ay, jangan panik. Ikuti apa yang aku bilang"
"Mereka bawa senjata ay" jawabnya dengan nada cemas.
Salah satu dari pria itu melangkah maju mengetuk helm Febry dengan ujung baloknya.
Pria 1 "Turun dari motor sekarang, serahin semua yang kalian punya"
Febry berbisik ke Safira "kita harus kabur. Aku bisa...."
Safira memotong, suaranya rendah tapi tegas "turun. Jangan lawan mereka dulu"
Febry menurut meski hatinya penuh kekhawatiran. Mereka turun dari motor perlahan. Tapi sebelum salah satu pria itu mendekat, Safira bergerak cepat .
"Kalian harusnya pilih korban lain"Ucap Safira dengan nada dingin.
Dalam hitungan detik, Safira melayangkan tendangan keras ke balok kayu di tangan pria pertama membuatnya terjatuh.
Dia langsung memutar tubuhnya, memukul pria kedua tepat di rahang.
Febry tercengang melongo "Ay,kamu........jago berantem?"
"Diam, Feb!! Jangan malah bengong!" Sambil terus menghindari serangan.
Tapi saat Safira sibuk menghadapi kedua orang itu,pria ketiga menyerang dari belakang.
Febry yang melihat itu langsung mencoba melawan, tapi dia tidak secepat Safira. Pukulan keras mendarat di bahunya membuatnya terhuyung.
Febry mengerang "Aduh!! sial..."
Safira menoleh cepat melihat Febry hampir jatuh.
Dengan gerakan cekatan dia menjatuhkan lawannya,lalu menghampiri pria ketiga.
Satu pukulan telak ke perutnya membuat pria itu langsung tersungkur.
Safira menatap Febry "Kamu nggak apa-apa"
Febry meringis memegang bahunya "cuma sedikit sakit. Tapi serius.......Ay,kamu kayak ninja"
Safira menghela nafas dan menarik Febry berdiri"Aku nggak kaya ninja,aku cuma belajar bertahan diri. Itu aja"
Safira mengamati ketiga pria itu yang kini terkapar di jalan. Sebelum menarik Febry ke motornya.
Safira dengan nada tegas " Ayo kita harus pergi sebelum mereka bangun"
Febry tidak banyak bicara. Dia masih tercengang melihat sisi lain Safira yang sama sekali baru baginya. Mereka melanjutkan perjalanan dengan suasana yang lebih hening. Sampai akhirnya mereka sampai di rumah Safira.
Adegan di pos satpam rumah Safira.
.
.
Febry duduk sambil mengompres bahunya dengan es batu "Aku nggak nyangka ternyata cewek aku punya jurus rahasia"
Safira tertawa kecil, menyodorkan teh hangat "Aku cuma nggak mau kamu celaka,itu aja"
Febry menatap Safira dengan kagum "Kalau kamu bilang ini sebelumnya, mungkin aku nggak bakal terlalu khawatir. Tapi jujur,aku makin bangga sama kamu"
Safira tersenyum kecil meski di dalam hatinya masih ada rasa cemas. Dia tahu kejadian tadi bukan kebetulan, dan ancaman ini masih jauh dari selesai.
.
.
Keesokan paginya Safira terbangun dengan perasaan waspada.
Semalam dia hampir tidak tidur,pikirannya terus menerus terfokus pada serangan di jalan. Ancaman itu jelas bukan gertakan.
Safira berjalan ke ruang tamu,di mana Febry masih tertidur di sofa dengan selimut dari satpam rumahnya.
Wajahnya terlihat sedikit lelah,tapi ada ketenangan yang membuat Safira tersenyum tipis.
Safira mendekat duduk di samping Febry dan menatapnya dalam diam.
Dalam hati dia bersyukur Febry tidak terluka parah,
Tapi rasa bersalah mulai menghantui.
Febry membuka mata perlahan,lalu tersenyum tipis "Pagi ay,kamu udah bangun?"
Safira mengangguk "Iya. Maaf kalau semalam kamu nggak nyaman di sini"
Febry tertawa kecil "Nggak apa-apa,aku malah senang di sini bisa dekat sama kamu"
Safira menunduk,suaranya pelan "Ay,aku nggak bisa terus kaya gini. Aku nggak mau kamu jadi korban karena aku"
Febry duduk tegak, menatap Safira "Sayang, kita udah bahas ini. Aku nggak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi"
Safira menghela nafas, menatap Febry serius "Tapi aku harus melakukan sesuatu. Mereka nggak akan berhenti sampai aku menyerah"
Febry terdiam sejenak, memahami apa yang di maksud Safira.
Dia tahu pacarnya adalah perempuan yang kuat dan penuh tekad. Tapi ini bukan hanya soal keberanian,tapi nyawa mereka berdua.
"Kalau kamu mau lawan mereka,aku bakal dukung. Tapi aku juga nggak akan tinggal diam. Kita bisa hadapi ini bareng "
Safira tersenyum lemah "Aku nggak tahu apa aku harus merasa terharu atau khawatir "
Febry tertawa "dua duanya boleh,asal jangan suruh aku diem aja"
.
.
Setelah sarapan singkat, Safira memutuskan untuk melapor ke pihak keamanan di kantornya. Dia tahu ancaman ini perlu di tindaklanjuti dengan serius.
Adegan di kantor kejaksaan selanjutnya.
.
.
Safira berbicara dengan atasannya pak Arifin "Pak,semalam saya di serang.
Mereka tahu siapa saya dan mengancam orang-orang terdekat saya"
Pak Arifin mengernyit serius "Ini sudah keterlaluan . Kita harus melibatkan pihak kepolisian. Apa kamu punya petunjuk siapa pelakunya?"
"Belum Pak,tapi saya yakin ini ada hubungan dengan kasus besar yang sedang saya tangani" Ucap Safira.
Pak Arifin "Kalau begitu,kita percepat investigasi. Dan untuk sementara waktu,saya sarankan kamu perketat keamanan. Saya akan meminta pengamanan tambahan di rumahmu"
Safira mengangguk,tapi di dalam hatinya dia tahu perlindungan saja tidak cukup. Dia harus lebih aktif mencari tahu siapa dalang di balik semua ini.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments