Di dapur.
.
.
Safira tersenyum "Kamu bangun pagi banget"
Febry mengangkat bahu "Aku nggak bisa tidur. Jadi aku pikir, kenapa nggak masak aja?"
Safira duduk di meja "Kamu nggak perlu repot tahu "
Febry menyodorkan sepiring nasi goreng "Anggap aja ini caraku untuk tetap merasa berguna"
Safira tertawa kecil dan mulai makan. Dalam hati,dia merasa bersyukur memiliki seseorang seperti Febry di sisinya. Seseorang yang meski tidak terbiasa dengan bahaya, tetap memilih untuk bertahan.
.
.
Safira tiba di kantor polisi untuk membahas langkah selanjutnya bersama Aditya.
Mereka fokus pada proses hukum terhadap Agus dan kelompoknya.
"Bukti yang kita dapat sudah cukup untuk menjatuhkan Agus, tapi aku nggak yakin ini akan berakhir di sini. Masih banyak orang di belakangnya " Ucap Aditya.
Safira mengangguk "Aku tahu. Dan aku siap untuk melawan mereka "
"Tapi kamu juga harus hati-hati Safira, ancaman mereka bisa datang kapan saja" Ucap Aditya memperingatkan.
Safira mengerti resiko yang dia hadapi, tapi tekadnya tidak goyah.
Dia tahu selama ada Febry dan timnya, dia bisa melalui semuanya.
.
.
Di rumah Safira.
Malamnya , Safira dan Febry duduk bersama di balkon rumah.
Mereka menikmati udara malam yang tenang, meski pikiran mereka penuh dengan apa yang akan datang.
Febry melihat ke Safira "Kamu tahu,aku masih takut Ay. Tapi aku nggak akan mundur, Aku akan tetap di sini apapun yang terjadi "
Safira tersenyum lembut "Aku nggak pernah minta kamu jadi berani Ay. Aku cuma minta kamu tetap jadi kamu "
Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, Safira dan Febry menyadari menemukan kekuatan baru dalam hubungan mereka.
mereka tahu jalan di depan masih penuh rintangan, tapi mereka siap untuk menghadapi semuanya bersama.
.
.
Beberapa hari setelah kejadian di gudang, Safira mendapat undangan rapat dari pihak kejaksaan untuk membahas tindak lanjut kasus Agus.
Rapat itu mempertemukannya kembali dengan Hardian, seorang intel kejaksaan yang sering bekerja di balik layar untuk mendukung kasus-kasus besar.
Safira memasuki ruangan rapat dengan tumpukan berkas di tangannya.
Di dalam, dia melihat Hardian sedang duduk di sudut ruangan membaca dokumen dengan ekspresi serius.
Hardian tersenyum tipis saat melihat Safira "Lama nggak ketemu Safira, aku dengar kamu bikin rame lagi"
Safira tertawa kecil "Seperti biasa, tapi kali ini aku hampir kalah kalau nggak ada tim"
Hardian mengangguk "Aku selalu kagum sama keberanian mu. Tapi jangan lupa,aku di sini untuk memastikan kamu nggak sendirian "
Safira tersenyum mengira Hardian hanya bercanda, Namun, di balik sikap santainya, Hardian selalu memperhatikan Safira dengan penuh kekaguman.
Dia adalah orang yang sering diam-diam membantu Safira mendapatkan informasi penting, meski Safira sendiri tidak pernah benar-benar menyadarinya.
.
.
.
Di rumah Safira.
Sementara itu di rumah Safira, Febry sedang mengobrol dengan Aditya yang datang untuk membahas langkah keamanan tambahan.
Saat Safira masuk ke ruang tamu dia memperkenalkan Febry ke Hardian yang baru saja mengantarnya pulang.
"Feb, ini Hardian intel kejaksaan,dia sering bantu aku dalam kasus-kasus besar"
Febry berdiri dan menjabat tangan Hardian "Senang bertemu denganmu. Aku Febry pacarnya Safira"
Hardian tersenyum tipis "Pacar? Wah, akhirnya Safira punya pendukung di luar pekerjaan. Kamu pasti orang yang sangat istimewa "
Hardian berusaha menjaga sikap profesional, meski hatinya sedikit terusik mendengar kata "pacar".
Namun dia tetap mengobrol ramah dengan Febry , mencoba menyembunyikan perasaannya.
.
.
.
Di sisi lain, di tempat kerja Febry, muncul seorang perempuan baru bernama Amara.
Amara adalah karyawan baru yang di kenal karena pesonanya dan sikap genitnya.
Dari awal dia sudah menunjukkan ketertarikan kepada Febry.
Amara duduk di meja sebelah Febry dan sengaja sering mencari alasan untuk berbicara dengannya.
Amara tersenyum manis "Feb,Kamu ada waktu? Bisa bantu aku memahami dokumen ini?"
Febry melihat dokumen yang di tunjukkan Amara "Ini sebenarnya cukup mudah, kamu tinggal baca poin ini........"
Amara menyela "Kamu hebat banget . Pasti pacar kamu beruntung banget punya kamu "
Febry tersenyum kaku "Aku biasa saja,tidak ada yang istimewa dariku"
Meski Febry merasa tidak nyaman,dia mencoba tetap sopan.
Namun,Amara semakin sering mendekatinya, Bahkan dengan sikap yang lebih terang-terangan.
.
.
Rumah Safira.
Beberapa hari kemudian , Safira mulai merasa ada yang berubah dari Febry.
Dia terlihat lebih sering melamun dan sesekali terlihat gelisah.
"Ay,kamu kenapa? Ada masalah di kantor?" tanya Safira.
Febry menggeleng "Nggak,cuma lagi banyak kerjaan aja "
Namun, intuisi Safira mengatakan ada sesuatu yang di sembunyikan Febry.
Dia tidak ingin langsung menuduh, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya.
.
.
Di tempat lain, Hardian mulai muncul lebih sering untuk membantu Safira.
Dalam setiap momen mereka bersama, Hardian selalu menunjukan perhatian yang lebih,meski dengan cara yang tidak mencolok.
"Saf,aku punya informasi tambahan soal jaringan Agus. mereka punya beberapa transaksi mencurigakan minggu depan" Ucap Hardian.
Safira mengangguk "Terimakasih Hardian. Kamu masih yang terhebat dalam hal seperti ini"
Hardian tersenyum "Aku cuma melakukan tugasku. Tapi untuk kamu,aku selalu ingin memberikan lebih"
Safira mengira itu hanya candaan,tapi Hardian serius.
Dia tahu cintanya pada Safira tidak akan mudah,terutama karena Safira sudah bersama orang lain.
.
.
Di rumah Safira.
Malam itu, Safira dan Febry sedang makan malam bersama di ruang makan.
Namun, suasana terasa canggung.
Safira masih memikirkan perubahan sikap Febry, sementara Febry sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Ay,aku merasa kamu lagi ada sesuatu. Kalau ada yang mau kamu ceritain,aku ada di sini" Ucap Safira.
Febry menghela nafas "Ay,aku cuma lagi.....bingung. Di kantor ada seseorang yang agak.....gimana ya,suka terlalu dekat."
Dahi safira mengernyit "Terlalu dekat? Siapa maksud kamu?"
Febry terdiam sejenak "Namanya Amara. Dia karyawan baru,tapi sikapnya agak berlebihan "
Safira menatap tajam "Berlebihan gimana?"
"Dia sering cari alasan buat ngobrol atau minta bantuan,
Bahkan kadang ngomong hal-hal yang bikin aku nggak nyaman" Keluh Febry.
Safira terdiam, mencoba meredam rasa cemburu yang mulai muncul.
"Ay,kalau dia bikin kamu nggak nyaman,kamu harus tegas. Jangan biarkan dia terus seperti itu " seru safira.
Febry mengangguk "Aku tahu. Aku cuma nggak mau bikin suasana kerja jadi nggak enak"
"Ay, ini tentang batasan. Kalau dia nggak ngerti,kamu harus jelasin. Aku percaya sama kamu,tapi aku juga nggak mau ada yang main-main dengan hubungan kita" Seru Safira dengan serius.
Percakapan itu membuat Febry merasa lebih lega,meski dia tahu masalah dengan Amara belum selesai. Febry Senang karena Safira percaya padanya.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments