Di kantor Febry.
Keesokan harinya ,amara kembali mencoba mendekati Febry di kantor,kali ini dengan sikap yang lebih terang-terangan.
Amara tersenyum genit "Feb,aku dengar kamu selalu kerja lembur. Aku bisa temenin kamu kalau butuh"
Febry menjawab dengan tegas "Amara ,aku menghargai kamu sebagai rekan kerja,tapi tolong jangan salah paham. Aku sudah punya pacar "
Amara tersenyum tipis "Pacar? Tapi dia nggak ada di sini,kan? Aku cuma mau jadi teman yang baik"
Febry mulai merasa terganggu,tapi dia tetap berusaha menjaga sikap profesional.
Sementara itu Safira dan Hardian sedang berada di lokasi penyelidikan untuk kasus baru.
Mereka bekerja sama mengumpulkan informasi tentang jaringan Agus yang masih aktif.
Hardian menyerahkan berkas ke Safira "Saf,ini data tambahan tentang transaksi mereka"
Safira menerima berkas yang di berikan Hardian "kamu selalu sigap Hardian. Aku nggak tahu apa jadinya kalau kamu nggak ada"
Hardian tersenyum kecil "Aku senang bisa bantu kamu Saf"
Saat mereka selesai bekerja, Hardian mengajak Safira untuk minum kopi di sebuah kedai dekat lokasi.
"Saf,aku tahu Mungkin ini bukan saat yang tepat,tap aku mau bilang sesuatu " Ucap Hardian tiba-tiba.
"Apa itu?" Tanya Safira.
Hardian menghela nafas "Aku sudah lama kagum sama kamu. kamu bukan cuma jaksa yang hebat,tapi juga orang yang luar biasa. Aku tahu kamu sudah punya seseorang,tapi aku nggak bisa terus menyimpan ini sendiri"
Safira terdiam,dia tidak menyangka Hardian akan mengungkapkan perasaannya.
"Hardian aku......aku nggak tahu harus bilang apa. Kamu teman yang luar biasa,tapi aku nggak pernah melihat kamu lebih dari itu" Ucap Safira.
Hardian tersenyum pahit "Aku tahu,dan aku nggak minta apa-apa. Aku cuma mau kamu tahu"
Malam itu Safira pulang dengan pikiran yang bercampur aduk.
Dia menghargai Hardian,tapi perasaan itu tidak sebanding dengan cintanya pada Febry.
.
.
Di rumah Safira.
Saat Safira pulang,dia melihat Febry sedang menunggunya di ruang tamu.
Febry tersenyum "Kamu lama banget. Capek,ya?"
Safira duduk di samping Febry "lumayan . Banyak yang harus aku urus hari ini"
Febry hendak bicara,tapi ragu-ragu "Ay,aku mau cerita soal Amara.."
Febry menceritakan semua tentang Amara dan sikapnya yang terus mendekatinya.
Safira mendengarkan dengan tenang,meski hatinya sedikit memanas.
Safira menjawab dengan tenang "Ay,aku percaya sama kamu. Kalau dia terus ganggu,aku yakin kamu tahu harus gimana"
Febry mengangguk "aku nggak akan biarin dia merusak hubungan kita"
Malam itu,meski keduanya saling meyakinkan,baik Safira maupun Febry menyadari bahwa hubungan mereka sedang di uji oleh Amara,oleh hardian,dan oleh tantangan yang mereka hadapi bersama.
.
.
Keesokan nya karena hari libur, Febry membawa Safira ke sebuah pantai kecil yang sepi,jauh dari keramaian.
Mereka berdua duduk di atas pasir,menikmati suara deburan ombak dan angin laut yang sejuk.
Febry menatap Safira dan tersenyum "Sayang,aku tahu kamu lagi banyak pikiran. Jadi aku bawa kamu ke sini biar bisa rileks sebentar"
Safira tersenyum kecil "Terimakasih Ay,ini ide yang bagus"
Mereka berbicara tentang banyak hal,mulai dari pekerjaan Safira hingga impian mereka di masa depan.
Febry merasa ini adalah momen yang tepat untuk lebih dekat dengan Safira.
"Ay,aku Sayang banget sama kamu" Ucap Febry dengan suara yang lembut.
Safira tersenyum dan menatap Febry "Aku juga Sayang. Kamu tahu itu"
Febry mendekat ingin mencium Safira. Namun sebelum dia sempat melakukannya,suara langkah kaki yang tergesa-gesa terdengar dari belakang mereka .
Tiba-tiba, sekelompok pria tak di kenal muncul membawa senjata tumpul.
Salah satu dari mereka berbicara dengan nada mengancam.
"Safira,kamu pikir kamu bisa sembunyi dari kami? Hari ini kami pastikan kamu nggak akan ikut campur lagi" Seru salah satu pria itu.
Safira langsung berdiri,memasang sikap siaga.
Febry,yang tidak terbiasa dengan situasi seperti ini,terlihat panik.
Safira berbisik ke Febry "Ay,kamu mundur. Jangan ikut campur"
Febry terlihat gelisah "Ay,aku nggak bisa ninggalin kamu!"
Pertarungan pun terjadi. Safira berhasil melawan beberapa orang,tapi salah satu dari mereka berhasil menyerangnya dari belakang dengan kayu, membuat Safira jatuh.
Febry mencoba melawan,tapi dia kalah kuat dan nyaris di pukul, sebelum terdengar suara tembakan.
Hardian datang dengan pistol di tangan,menembak ke udara untuk memperingatkan para penyerang.
"Berhenti!! Kalau kalian nggak mau mati,mundur sekarang juga!" Teriak Hardian.
Para penyerang melarikan diri, meninggalkan Safira yang tergeletak di pasir,terluka parah.
Hardian berlari ke Safira "Safira! Kamu baik-baik saja?"
Safira tersenyum lemah "Aku....aku bisa handle ini Hardian"
"Kamu butuh bantuan medis sekarang juga" Seru Hardian.
Febry,yang merasa tidak berguna sepanjang kejadian,hanya bisa melihat dengan rasa bersalah saat hardian mengangkat Safira ke mobil dan membawanya ke rumah sakit.
.
.
Di rumah sakit, Safira menjalani perawatan intensif.
Febry,duduk di ruang tunggu, menunduk dengan wajah penuh rasa bersalah.
Hardian duduk di samping Febry "Kamu baik-baik saja?" tanya Hardian.
Febry menghela nafas "Harusnya,aku yang melindungi dia. Bukan kamu"
Hardian menatap Febry "Safira itu wanita yang kuat,tapi dia juga butuh seseorang yang bisa melindunginya. Kalau kamu mau ada di sisinya,kamu harus siap"
Kata-kata Hardian menusuk hati Febry.
Dia tahu Hardian benar,tapi itu hanya membuatnya merasa semakin tidak pantas untuk Safira.
.
.
.
Beberapa Minggu setelah kejadian itu, Safira menerima kabar bahwa dia akan di pindah tugas kan ke kota lain untuk menangani kasus besar.
Dia tahu ini adalah keputusan yang harus dia ambil, meski berat untuk hubungannya dengan Febry.
"Ay,aku harus pergi. Ini tugas yang nggak bisa aku tolak" Ucap Safira sambil menggenggam tangan Febry.
Febry menunduk "Aku ngerti ay,aku cuma nggak tahu apa aku bisa melewati ini tanpa kamu"
Safira tersenyum lembut "Kamu bisa sayang,dan aku percaya kita akan baik-baik saja"
Mereka berpelukan erat sebelum Safira pergi, meninggalkan Febry dengan perasaan kosong namun penuh harapan.
.
.
.
Safira memulai hidupnya di kota lain, sementara Febry berjuang untuk tetap mendukungnya meski jarak memisahkan mereka.
Namun,di balik semua itu, ancaman dari musuh lama Safira dan kehadiran Hardian yang semakin sering tetap menjadi bayangan yang mengintai hubungan mereka.
.
.
Febry duduk sendirian di kostnya,memandangi ponselnya yang kosong dari pesan Safira.
Sudah tiga hari berlalu sejak Safira terakhir kali menghubunginya.
Febry berbisik pada dirinya sendiri "Apa dia nggak kangen sama aku? Atau dia terlalu sibuk sampai lupa kalau aku ada?"
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments