Setelah kejadian di cafe, Safira dan Febry kembali ke rumah. Safira segera menghubungi Aditya untuk melaporkan serangan yang baru saja mereka alami.
Safira menelepon Aditya " Mas Aditya,mereka nggak cuma ngancam. Mereka nyerang aku dan Febry langsung. Kita harus bertindak sekarang"
"Aku udah minta tim kita siap. Reno pasti nggak sendirian. Aku akan cari tahu siapa saja yang terlibat. Kamu tetap di tempat aman" Ucap Aditya.
"Mas,aku nggak bisa hanya menunggu. Aku harus ikut turun tangan" Seru Safira.
Aditya menghela nafas "Aku tahu kamu keras kepala, Safira. Tapi hati hati,kita nggak tahu seberapa dalam mereka beroperasi."
Setelah menutup telepon, Safira duduk di samping Febry yang sedang mengompres Luka di lengannya.
Febry tersenyum kecil "Jadi,apa rencana kita sekarang? Aku tahu kamu nggak akan cuma duduk diam"
Safira menatap Febry serius "Kita akan menyerang balik. Kalau kita nggak bergerak cepat, mereka akan terus datang"
"Oke aku ikut. Aku nggak peduli berapa kali kamu suruh aku tinggal "Seru Febry.
Safira tertawa kecil "Aku tahu kamu nggak akan mundur. Jadi,dengar baik baik. Kita harus hati-hati dan bekerja sama"
Di markas polisi.
.
.
Pagi berikutnya, Safira dan Febry bertemu Aditya di markas polisi. Di sana, Aditya mengumpulkan informasi lebih banyak tentang kelompok yang mengancam Safira.
Aditya menunjuk papan dengan foto-foto Beberapa tersangka "Ini Reno,yang kemarin kamu temui. Dia bekerja di bawah seorang pengusaha bernama Agus Wicaksono. Agus punya banyak koneksi ke mafia tanah."
Safira mengangguk "Jadi Agus ini dalangnya?"
"Kemungkinan besar. Tapi untuk menjatuhkannya,kita butuh bukti kuat. Aku dapat info bahwa malam ini Agus akan bertemu dengan beberapa mitranya di sebuah gudang di pinggiran kota" Ucap Aditya.
"Kita bisa pasang jebakan di sana" Seru Safira.
"Itu rencana kita. Tapi kamu nggak perlu ikut, Safira " Seru Aditya.
Safira menatap tajam "Aku nggak akan mundur. Ini kasusku,dan aku harus ada di sana"
Aditya akhirnya mengalah dan menyusun strategi bersama safira dan timnya. Febry,yang tetap bersikeras ikut,di berikan tugas untuk mendukung dari jarak aman.
.
.
Di gudang malam itu.
Malam tiba,dan Safira bersama tim polisi menyusup ke sekitar gudang. Dari kejauhan, mereka bisa melihat beberapa pria bersenjata berjaga di pintu masuk.
Aditya berbisik ke timnya "Kita akan pecah menjadi dua tim. Safira,kamu ikut aku. Febry,kamu tunggu di mobil cadangan"
Febry protes "Aku nggak suka jadi penonton,tapi baiklah"
Safira dan Aditya bergerak mendekati gudang. Di celah pintu, Safira bisa melihat Agus sedang berbicara dengan beberapa pria lainnya. Di atas meja,ada tumpukan dokumen dan koper yang terlihat mencurigakan "
Safira berbisik "Itu pasti dokumen transaksi mereka"
"Kita butuh bukti itu. Tunggu aba-abaku untuk bergerak" Ucap Aditya.
Namun,sebelum mereka bertindak ,salah satu penjaga melihat keberadaan mereka. Alarm langsung berbunyi,dan situasi menjadi kacau.
Penjaga "Ada orang! Cepat tangkap mereka!"
Aditya segera memerintahkan timnya menyerbu masuk, sementara Safira mengambil posisi untuk melindungi dokumen di atas meja.
Safira dengan sigap melumpuhkan penjaga yang mendekat, sementara Aditya dan timnya terlibat baku tembak dengan para penjaga. Febry ,yang mendengar suara tembakan dari mobil,langsung berlari masuk untuk membantu.
Febry berteriak "Safira!!"
Safira menoleh "Feb,aku bilang tetap di mobil!!"
Febry mengangkat besi dari tanah "Kamu pikir aku bisa diam aja?"
Di tengah kekacauan, Agus mencoba melarikan diri dengan membawa koper dokumen. Safira mengejarnya, meninggalkan Febry dan Aditya yang sibuk melawan para penjaga.
Safira mengejar Agus hingga keluar gudang. Dengan tekad bulat,dia akhirnya berhasil menghadang Agus di dekat sebuah mobil yang sudah di siapkan untuk kabur.
Agus mengangkat tangan "Kamu pikir kamu bisa menghentikan semuanya hanya dengan menangkapku?"
Safira menodongkan senjata ke arah Agus "Aku nggak perlu menangkap semua orang,cukup kamu"
Polisi akhirnya datang untuk menangkap Agus,dan dokumen di dalam koper menjadi bukti yang cukup untuk menyeretnya ke pengadilan.
Setelah semuanya selesai, Safira dan Febry duduk di tangga depan gudang,menunggu mobil polisi membawa Agus pergi.
Febry tertawa kecil "Ini malam paling gila dalam hidupku"
Safira tersenyum lelah "Selamat datang di duniaku"
"Tapi aku nggak menyesal. Aku bangga sama kamu,Ay. Kamu kuat,berani,dan......luar biasa" Ucap Febry.
Safira menatap Febry, tersenyum kecil "Aku juga bangga sama kamu. Kamu nggak pernah mundur, meski aku suruh berkali-kali "
Malam itu ,di tengah rasa lelah dan luka kecil, Safira dan Febry menyadari bahwa mereka lebih dari sekedar pasangan. mereka adalah tim yang tidak bisa di kalahkan.
Malam sudah larut ketika Safira dan Febry akhirnya tiba di rumah. Setelah kejadian di gudang, Safira langsung menghubungi Aditya untuk memastikan semua bukti dalam koper di amankan. Namun, suasana di antara Febry dan Safira terasa berbeda. Ada sesuatu yang belum di ucapkan.
Di ruang tamu.
Febry duduk di sofa, memegang segelas teh hangat yang di buatkan Safira. Wajahnya masih terlihat sedikit pucat setelah semua yang terjadi.
Febry menghela nafas "Ay,aku nggak bisa terus begini"
Safira duduk di sampingnya "Maksud kamu apa?"
Febry menatap Safira "Aku nggak tahu kalau jadi pacar seorang jaksa berarti menghadapi bahaya setiap hari. Aku pikir aku kuat,tapi kenyataannya aku takut. Aku takut kehilangan kamu "
Safira terdiam sejenak "Ay,aku ngerti. Aku juga takut......tapi ini adalah bagian dari hidupku. Aku nggak bisa lari dari ini"
Febry menggeleng "Aku nggak minta kamu berhenti jadi jaksa. Cuma.....aku nggak mau jadi alasan kamu terluka atau gagal"
Safira Tersenyum tipis "Kamu bukan alasan aku gagal,Ay. Kamu alasan aku tetap berdiri tegak. Kalau aku bisa bertahan sejauh ini,itu karena aku tahu ada kamu di sampingku"
Kata kata Safira membuat Febry terdiam. Dia ingin percaya,tapi hatinya masih di liputi keraguan.
"Tapi sampai kapan,Ay? Sampai kapan kita harus terus menghadapi bahaya seperti ini?" Tanya Febry.
Safira menatap Febry serius "Sampai semuanya selesai. Sampai aku bisa memastikan orang orang jahat itu nggak lagi menyakiti orang lain. Aku tahu ini berat,tapi aku butuh kamu percaya sama aku,Ay"
Febry akhirnya mengangguk pelan. Meski hatinya masih di liputi keraguan,dia tahu satu hal pasti,dia mencintai safira dan itu cukup untuk membuatnya tetap bertahan.
.
.
Pagi harinya, Safira bangun lebih awal untuk mempersiapkan diri bertemu dengan Aditya. Saat dia masuk ke dapur,dia melihat Febry sudah bangun dan membuatkan sarapan untuk mereka berdua.
.
.bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments