lanjut pertarungan di gudang.
.
.
Di sisi lain, Takahiro bertarung dengan dua orang sekaligus, gerakannya cepat dan presisi.
Salah satu musuh mengayunkan pipa besi ke arahnya,tapi Takahiro menunduk,lalu membalas dengan pukulan ke perut lawannya.
Suara tembakan masih bergema di sekeliling mereka. Anak buah Takahiro berusaha menguasai keadaan, tetapi musuh jauh lebih banyak dari yang mereka duga.
Safira menendang salah satu pria yang mencoba menyerangnya,tetapi tiba-tiba seseorang dari belakang mencekiknya dengan kuat.
Pria musuh mendesis "Jaksa kecil sepertimu tidak seharusnya ada di sini"
Safira meronta,mencoba menarik nafas,tapi cengkeraman pria itu sangat kuat.
Namun,sebelum pria itu bisa melakukan lebih jauh,suara tembakan terdengar. Pria itu terhuyung, melepaskan Safira.
Dia terjatuh ke lantai dengan darah mengalir di bahunya.
Safira berbalik,matanya melebar saat melihat Hardian berdiri di sana dengan pistol yang masih berasap.
Hardian tersenyum miring "Kayaknya aku datang di waktu yang tepat"
Safira masih terengah-engah, tangannya refleks mengusap lehernya yang sakit akibat di cekik tadi.
Dia menatap Hardian dengan ekspresi campuran antara kaget dan lega.
Safira bernafas berat "Hardian? Apa yang kamu lakukan di sini?"
Hardian mengangkat bahu "Kebetulan lagi di jepang,lalu dengar ada sedikit....... kekacauan"
Safira menatapnya curiga. Hardian tidak mungkin tiba-tiba ada di jepang tanpa alasan kuat.
Takahiro datang mendekat "Siapa dia, Safira?"
Hardian tersenyum santai, memasukan pistolnya ke sarung di pinggangnya sebelum mengulurkan tangan ke arah Takahiro.
Hardian "Hardian,intel kejaksaan,aku cukup dekat dengan adikmu"
Takahiro tidak membalas jabatan tangan itu. Tatapannya tajam, menganalisis pria di depannya.
"Intel kejaksaan? Sejauh apa kau dekat dengan Safira?" Tanyanya datar.
Hardian tersenyum kecil "Cukup dekat untuk tahu bahwa dia keras kepala dan selalu menempatkan dirinya dalam bahaya"
Safira memutar matanya,tapi sebelum dia bisa menjawab,suara tembakan kembali terdengar dari sudut lain gudang.
Anak buah Takahiro "Mereka mundur! Kita berhasil menguasai gudang lagi!"
Takahiro menghela nafas panjang,lalu memberi isyarat ke anak buahnya untuk menyisir area tersebut.
"Kau datang di waktu yang tepat,tapi aku tetap tidak percaya kau ada di sini tanpa alasan" Ucap Takahiro ke Hardian.
Hardian memasukan kedua tangannya ke saku.
Hardian "Mungkin aku hanya peduli pada Safira"
Takahiro menatapnya dalam,lalu tersenyum tipis.
Takahiro "Kalau begitu,kau harus lebih cepat dari pria satunya"
Safira mengernyit "Pria satunya?"
Takahiro hanya melirik Safira sebelum berbalik dan pergi, meninggalkan mereka berdua.
Safira masih belum bisa berfikir jernih ketika hardian mendekat, suaranya lebih pelan kali ini.
Hardian "Aku tahu soal ancaman yang kamu terima. Dan aku tahu siapa yang berusaha menyakitimu"
Safira menegang "Siapa?"
Hardian menatap Safira serius "Orang yang ingin menjatuhkan Takahiro .....dan juga ingin membuat hidupmu hancur"
.
.
Banten
.
Sementara itu, Febry duduk di kamarnya dengan kepala yang penuh pikiran.
Dia tidak bisa menghubungi Safira sejak tadi,dan ancaman yang di terimanya semakin membuatnya gelisah.
Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor tak di kenal.
"jauhi Safira jika kau ingin tetap hidup"
Febry mengepalkan tangannya.
"Gue nggak akan tinggal diam"
Dengan tekad bulat,dia mengambil paspornya.
Febry bergumam "Jepang,aku datang"
.
.
.
Safira duduk di ruang kerja Takahiro,menatap layar laptop yang menampilkan rekaman dari gudang.
Wajahnya masih serius, memikirkan kejadian sebelumnya.
Takahiro duduk di depannya "Kau terlihat gelisah?"
Safira menghela nafas "Aku hanya tidak menyangka akan terlibat sejauh ini,aku pikir aku sudah meninggalkan ini sejak lama"
Takahiro menyandarkan tubuhnya, menatap adiknya dengan sorot mata lembut yang jarang terlihat.
Takahiro "Kau memang sudah pergi, tapi dunia ini tidak akan membiarkanmu lepas begitu saja"
Sebelum Safira sempat menjawab,salah satu anak buah Takahiro masuk dengan ekspresi kaku.
Anak buah Takahiro " Maaf mengganggu,tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan nona Safira"
Safira mengernyit "Siapa?"
Anak buah itu ragu sejenak sebelum menjawab.
Anak buah Takahiro "Seorang pria bernama Febry"
Safira terdiam. Sejenak dia merasa tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya.
Safira pelan "Febry....?"
Takahiro menyilangkan tangan di dadanya, menatap adiknya dengan ekspresi penuh makna.
Takahiro "Aku sudah menemuinya"
Safira menatap Takahiro tajam "Apa yang kau lakukan padanya?"
Takahiro tersenyum kecil.
Takahiro "Memberinya sedikit ujian"
Safira berdiri dengan cepat "Apa maksudmu?"
Takahiro tidaka menjawab,hanya memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membawa Febry masuk.
Beberapa detik kemudian,pintu terbuka dan Febry muncul.
Bajunya berantakan,ada bekas darah di sudut bibirnya,dan dia jelas terlihat lelah.
Tatapan mereka bertemu.
Ada keheningan yang menyesakkan.
Febry lirih "Safira...."
Safira mengepalkan tangannya, menahan berbagai emosi yang bergejolak dalam dirinya.
Safira datar "Apa yang kau lakukan di sini?"
Febry menghela nafas "Aku perlu bicara denganmu,aku menerima ancaman,dan aku yakin ini ada hubungannya denganmu"
Safira menatapnya lama,lalu mengalihkan pandangannya ke Takahiro.
Safira "Kau menyuruh ànak buahmu menyerangnya"
Takahiro mengangkat bahu.
Takahiro "Aku hanya ingin melihat apakah dia cukup kuat untuk berdiri di sampingmu. Tapi seperti yang kau lihat,dia cukup keras kepala "
Safira menghela nafas panjang,lalu menatap Febry lagi.
Safira tegas "Kau tidak seharusnya datang ke sini, Febry. Ini bukan urusanmu lagi"
Febry tersentak "Bukan urusanku? Safira,aku menerima ancaman karena aku pernah bersamamu! Aku Mungkin bukan siapa-siapamu lagi,tapi aku tidak bisa diam saja kalau kau dalam bahaya!"
Safira menahan emosi "Aku bisa menjaga diriku sendiri!"
Febry menatapnya tajam,lalu tertawa kecil tapi bukan tawa bahagia.
Febry pahit "Ya.......aku tahu itu. Aku melihat sendiri bagaimana kau bisa bertarung dan menaklukkan orang-orang yang menyerang kita dulu"
Safira diam.
Febry menghela nafas "Tapi aku tetap peduli, Safira "
Safira mengepalkan tangannya lebih erat.
Dia ingin mengusir Febry,tapi melihat kondisinya sekarang....hatinya sedikit goyah.
Takahiro tenang "Kau bisa mengabaikannya, Safira. Atau....kau bisa membiarkannya tahu yang sebenarnya "
Safira menoleh ke Takahiro, tatapannya bertanya.
Takahiro tersenyum kecil "Jika kau benar-benar ingin dia pergi,beri dia alasan yang tidak bisa dia tolak"
Safira terdiam.
Lalu,dia menatap Febry.
Safira,dingin "Kau ingin tahu siapa aku sebenarnya?"
Febry mengangguk,matanya penuh dengan keyakinan.
Safira "Baiklah, Kalau begitu,kau akan tahu semuanya"
Ruangan itu terasa lebih dingin saat Safira menatap Febry dengan tatapan tajam.
Dia mengambil nafas dalam,lalu mulai berbicara.
Safira "Kau ingin tahu siapa aku sebenarnya? Baik. Aku adalah adik Takahiro,salah satu orang paling berpengaruh di jepang. Dia tidak hanya seorang pebisnis,tapi juga seseorang yang mengendalikan dunia bawah tanah di Asia "
Febry menegang.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments