ancaman 3

Malam hari di rumah Safira.

.

.

.

Safira sedang memeriksa dokumen kasus yang dia bawa pulang, Febry menemukan petunjuk. Febry yang masih belum mau meninggalkan rumah Safira,duduk di kursi di dekatnya.

Febry melihat Safira yang sibuk "kamu yakin nggak mau istirahat dulu? Kamu kelihatan capek"

Safira menggeleng "Aku harus cepat menyelesaikan ini. Kalau nggak, mereka akan terus mengejar"

Febry menghela nafas"Oke. Kalau gitu aku bakal bantu cari petunjuk. Siapa tahu aku bisa kasih sudut pandang yang beda"

Safira tersenyum kecil "Terimakasih Ay,tapi jangan terlalu memaksakan diri ya"

Saat mereka berdua sibuk,suara bel pintu tiba-tiba berbunyi. Safira langsung menegang,rasa waspadanya meningkat.

Safira berbisik ke Febry "Tetap di sini,biar aku yang lihat"

Febry bangkit berdiri "Nggak,aku ikut. Aku nggak bakal biarin kamu hadapi ini sendirian"

Mereka berdua jalan ke pintu, Safira mengintip melalui lubang pengintai. Di luar ada kurir membawa paket kecil.

Safira membuka pintu perlahan "Paket untuk siapa?"

Kurir "Untuk bu Safira"

Safira menerima paket itu,tapi perasaanya tidak tenang. Setelah kurir itu pergi,dia segera membuka paket itu dengan hati hati.

Di dalamnya ada sebuah amplop coklat dan kartu kecil bertuliskan.

"kami tidak main-main,ini peringatan terakhir"

Febry melihat isi paket "Ay,ini sudah sangat keterlaluan. Kita harus segera melaporkan ke polisi"

Safira menggenggam amplop itu erat "kita akan lapor Ay. Tapi aku juga harus memastikan mereka nggak bisa lari. Mereka sudah melewati batas"

Ancaman semakin nyata,dan Safira tahu bahwa dia harus bertindak cepat. Namun,dia juga sadar bahwa dengan melibatkan Febry membuat resikonya semakin besar.

Malam itu Safira memutuskan suatu hal. Dia tidak akan mundur, apapun yang terjadi.

Malam itu setelah menerima surat ancaman,safira langsung menyusun rencana. Dia membuka laptopnya dan mengakses berkas kasus yang menurutnya terkait dengan serangan ini.

Febry duduk di sampingnya "Kamu yakin ancaman ini ada hubungannya dengan kasus yang kamu tangani?"

Safira mengangguk serius "Iya. Ini pasti kasus tantang mafia tanah yang aku tangani. Banyak pihak yang terlibat, dan mereka nggak segan segan ngancam siapa aja yang menghalangi"

"Kalau begitu,apa langkah kamu selanjutnya?" Tanya Febry.

"Aku harus cari tahu siapa dalangnya. Dan Untuk itu,aku butuh bantuan orang dalam" Ucap Safira.

Safira membuka kontak di ponselnya,lalu menelpon seorang rekan di kepolisian yang pernah membantunya di kasus sebelumnya, inspektur Aditya.

Safira di telepon "mas Aditya,aku butuh bantuanmu. Ada ancaman serius yang mungkin berkaitan dengan kasus mafia tanah. Bisa kita bertemu besok?"

Aditya di telepon"Tentu,safira. Datang saja ke kantor pagi pagi. Kita bicarakan ini lebih detail "

Setelah telepon selesai, Safira menoleh ke Febry yang masih memandanginya dengan khawatir.

"Besok aku ketemu inspektur Aditya. Dia bisa bantu kita cari tahu siapa yang ada di balik ini" Ucap Safira.

Febry mengangguk pelan "Oke. Aku ikut"

Safira menghela nafas "Ay,aku tahu kamu mau bantu. Tapi ini berbahaya"

"Sayang,aku nggak bisa diam aja. Kalau aku ikut,aku bisa jagain kamu. Lagian,aku nggak mau kamu hadapi ini sendirian "

Safira akhirnya mengangguk,meskipun dia masih merasa ragu. Dalam hatinya dia merasa bersyukur memiliki Febry di sisinya. Meski itu berarti resiko bagi mereka berdua semakin besar.

.

.

Adegan di kantor polisi.

Keesokan paginya, Febry dan Safira tiba di kantor polisi. Inspektur Aditya sudah menunggu di ruang kerjanya dengan beberapa dokumen dan laptop.

Aditya menyambut mereka "Safira,aku udah dengar soal ancaman itu. Kamu ada bukti lain selain paket yang kamu terima?"

"Ada. Semalam aku di serang di jalan,aku yakin ini bukan kebetulan " Ucap Safira.

Aditya mengernyit "Kalau begitu, kita harus bertindak cepat. Aku punya informasi soal salah satu kaki tangan mafia tanah itu. Namanya reno,dia sering jadi perantara untuk ancaman seperti ini"

Safira menatap serius "Di mana aku bisa temui dia?"

"Aku punya alamat salah satu tempat dia biasa nongkrong. Tapi Safira,kamu harus hati-hati. Orang ini licik" Ucap Aditya memperingatkan.

Safira mencatat alamat itu. Febry yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara.

"Kalau Safira pergi,aku ikut. Aku nggak bakal biarin dia hadapi ini sendirian" Seru Febry.

Aditya menatap Febry, lalu Safira "Dia pacar kamu Saf?"

Safira tersenyum kecil "Iya. Dan dia keras kepala"

Aditya tertawa kecil " Baiklah,tapi kalian harus hati hati. Aku akan kirim tim cadangan kalau situasi tak terkendali"

.

.

Di lokasi pertemuan Reno.

Safira dan Febry tiba di sebuah cafe kecil yang terletak di pinggiran kota. Tempat itu terlihat sepi,tapi Safira tahu bahwa Reno ada di dalam.

Safira berbisik ke Febry "Kamu tetap di sini. Aku akan masuk sendiri"

"Nggak Ay,aku ikut. Aku bisa bantu kalau sesuatu terjadi" Seru Febry.

Safira menatapnya tajam "Ay,aku serius. Ini bisa berbahaya,kalau ada masalah aku butuh kamu tetap aman"

Meski ragu, Febry akhirnya mengangguk. Dia tetap duduk di motor, memperhatikan Safira masuk ke dalam cafe.

Di dalam, Safira melihat seorang pria dengan jaket kulit duduk di sudut memegang secangkir kopi. Itu Reno, dengan langkah percaya diri Safira mendekatinya.

Safira nada dingin "Reno,kita perlu bicara"

Reno tersenyum sinis "Wah,jaksa Safira. Apa kabar? Lama nggak ketemu"

"Kamu tahu kenapa aku di sini. Berhenti ancam aku atau orang orang di sekitarku. Kalau nggak,aku pastikan kamu dan bosmu masuk penjara seumur hidup" Gertak Safira.

Reno tertawa kecil "Kamu berani sekali,jaksa. Tapi kamu lupa satu hal"

Safira menatap tajam "Apa?"

Reno miringkan kepala,dan tersenyum licik "Aku nggak main sendiri. dan sekarang,pacar kamu di luar kan?"

Safira langsung merasa ada yang tidak beres. Dia bergegas keluar cafe,dan di luar dia melihat Febry di kelilingi oleh dua pria bertubuh besar.

Febry berusaha melawan "Ay mereka...."

Tapi sebelum Febry sempat melanjutkan,salah satu pria mendorongnya hingga jatuh. Safira berlari menghampiri,amarah membara di matanya.

"Kalian salah pilih orang untuk di ancam "Seru Safira dengan nada tajam.

Dengan gerakan cepat, Safira melumpuhkan salah satu pria dengan tendangan di lutut. Lalu memukul pria kedua tepat di rahang, Febry meski kesakitan berhasil bangkit dan membantu Safira melawan mereka.

Dalam waktu singkat,kedua pria itu terkapar di tanah. Safira segera menarik Febry ke motor.

Safira berbisik "Kita harus pergi sekarang"

Febry mengerang pelan "Ay,kamu selalu bikin aku kagum dan takut sekaligus "

Safira tersenyum kecil "Kita selesaikan ini nanti. Sekarang fokus selamat dulu"

.

.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!