Febry terdiam sejenak,matanya melebar "Jaksa??Dia...jaksa??lo nggak bercanda kan?"
Doni mengangguk pelan "Saya nggak bercanda mas,makanya ibu selalu hati hati.bu Safira nggak mau kalau orang yang dia sayang itu kena bahaya karena pekerjaannya"
Febry menelan ludah dan suaranya bergetar "Kenapa gue baru tahu soal ini?kenapa dia nggak pernah cerita? gue pacarnya harusnya gue tahu kan?"
Doni tersenyum tipis "Mungkin karena dia tahu mas,orang yang dia sayang akan lebih aman kalau nggak terlalu banyak tahu"
Febry menghela nafas panjang karena masih bingung dan kaget "Gila...jadi selama ini gue pacaran sama seorang jaksa yang menangani kasus berbahaya,gue bingung harus bangga apa takut"
Doni berhenti tepat di depan kost Febry "Jangan khawatir mas,karena sekarang masnya udah tahu jadi bisa saling menjaga aja"
Febry turun dari motor dan melepas helm yang ia pakai dan di berikan ke Doni "Gue belum terlalu banyak tahu tentang Safira,emang nggak guna banget gue jadi pacar"
Doni tersenyum tipis.
"Oh iya,btw..gue minta nomor lu ya" Febry memberikan handphone nya ke Doni untuk meminta nomor WhatsApp nya Doni.
Doni mengetik nomornya di handphone Febry "Nih mas,kalo gitu saya permisi dulu ya mas" Doni pamit untuk langsung pulang.
"Oh iya,makasih ya..hati hati di jalan"
"Mari mas"Doni pergi meninggalkan Febry.
Febry membuka pintu kamar kosnya dengan langkah berat,pikiranya masih penuh dengan kata kata si doni tadi yang masih bergema di telinganya.
"Dia jaksa....jaksa yang biasa menangani kasus besar??kok gue nggak pernah tahu" gumam Febry masih setengah tidak percaya.
Febry duduk di kasur kecilnya memandang kosong ke tembok.antara bangga,takut dan sedikit kecewa karena pacarnya nggak pernah cerita.
Dia meraih ponselnya.
Mencoba mengetik pesan untuk pacarnya,tapi jari jarinya berhenti.
Febry bicara dalam hati (Apakah gue harus nanya langsung?Tapi...kalau dia nggak cerita selama ini mungkin karena ada alasannya)
Febry membanting tubuhnya ke kasur dan menatap langit-langit kamarnya.
Di otaknya terbayang wajah Safira,Senyumnya,suaranya dan caranya selalu mencoba melindungi dia.
Tiba-tiba semua perhatian kecil yang di berikan Safira mulai masuk akal.
Febry berbisik pelan "Jadi ini sebabnya dia nggak mau aku jemput ke kantor dan nggak mau aku tahu banyak tentang pekerjaannya"
Tapi di sisi lain rasa kecewa muncul.sebagai pacar,Febry merasa dia berhak tahu. Ia meraih bantal dan memeluknya erat.
Febry menghela nafas "Gue harus ngomong sama dia.kalau dia nggak percaya gue bisa jaga diri,bagaimana bisa aku jadi orang yang bisa dia andalkan." Febry memejamkan mata mencoba menenangkan diri
Tap rasa penasaran dan dorongan untuk mendapatkan jawaban lebih kuat.
Dia meraih ponselnya lagi dan mengirimkan pesan singkat.
"Kita bisa ketemu besok?ada yang harus gue tanyain"
.
.
.
Keesokan harinya Febry dan Safira bertemu di sebuah cafe kecil.Suasana di cafe terasa tenang, tapi hati febry penuh gejolak.
Dia sudah menunggu di meja dan saat Safira masuk dia langsung berdiri.
Safira tersenyum kecil dan mendekat ke meja "Maaf telat,tadi ada urusan di kantor"
"Gak apa apa,duduk dulu" Dengan nada datar.
Safira duduk di seberang Febry masih dengan senyum hangatnya.Tapi Febry terlihat tegang berbeda dengan biasanya dan Safira langsung menyadarinya.
Safira memiringkan kepala, penasaran "Ada apa?kamu kelihatan...nggak seperti biasanya?"
Febry menatap Safira dan menghela nafas "Safira, kenapa kamu nggak pernah bilang? kalau kamu seorang jaksa?"
Wajah Safira langsung berubah.senyumnya memudar,dan dia terlihat sedikit terkejut.
Tapi hanya sebentar.dia menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk tetap tenang.
"Kamu tahu dari mana?" Tanyanya pelan.
"Satpam kamu yang bilang kemarin waktu nganterin aku pulang"
Safira terdiam sejenak.dia menatap Febry dengan mata yang penuh dengan pertimbangan,seolah sedang memutuskan apa yang harus ia katakan.
Safira akhirnya bicara "Aku nggak bilang karena aku nggak mau kamu khawatir.pekerjaan ini...nggak mudah,kadang bisa berbahaya.dan aku nggak mau orang orang yang aku sayang jadi korban"
Dahi Febry mengernyit,nada kecewa "tapi aku pacar kamu Safira. Seharusnya aku tahu kan?
Harusnya kamu percaya aku bisa ngertiin apa yang kamu hadapi"
Safira menunduk, suaranya lebih lembut "Bukan soal percaya atau nggak percaya,Feb. Aku cuma nggak mau kamu hidup dengan rasa takut.Dunia yang aku hadapi nggak seindah yang kamu bayangin"
Dengan nada lebih tajam, Febry menjawab "Tapi ini bukan cuma soal kamu! Aku juga berhak tahu resiko yang mungkin akan aku hadapi.kalau kamu nggak cerita,itu malah bikin aku merasa...kayak orang luar di hidup kamu"
Safira terdiam, Kata kata Febry menyentuh hatinya. Dia tahu Febry benar,tapi rasa takutnya selama ini membuatnya menutup diri.
Safira menghela nafas menatap Febry dalam dalam "Kamu benar. Aku salah. Aku nggak seharusnya nyembunyiin ini semua dari kamu. Aku cuma...takut kehilangan kamu kalau sesuatu terjadi. Aku takut kamu menjauh karena nggak mau terlibat sama resiko pekerjaanku"
Febry melunak dan menatap Safira "Sayang,aku nggak akan pergi hanya karena cuma itu. Aku cuma butuh kamu percaya sama aku kaya aku percaya sama kamu"
Safira tersenyum kecil,matanya berkaca-kaca.
Dia mengangguk pelan, akhirnya merasa lega setelah membuka semuanya.
"Oke. Aku janji nggak bakal ada lagi yang aku sembunyiin dari kamu" Ucap Safira.
Febry tersenyum tipis"Bagus,karena aku mau jadi orang yang selalu ada buat kamu apa pun yang terjadi"
Mereka saling menatap,dan untuk pertama kalinya tidak ada lagi dinding di antara mereka.
Setelah keluar dari cafe, Febry dan Safira berjalan berdampingan di trotoar.
malam sudah turun,tapi suasana kota masih ramai. Lampu jalan menerangi wajah mereka yang mulai terlihat lebih santai.
Febry melirik Safira dan tersenyum kecil "Jadi,gimana rasanya akhirnya udah nggak ada rahasia lagi di antara kita?"
Safira tertawa pelan "Rasanya........lega,tapi juga aneh. Aku nggak biasa cerita soal pekerjaanku ke orang lain"
"Ya,bagus dong. sekarang aku tahu kalau pacar aku bukan cuma cantik,tapi juga keren banget. Jaksa,lho!! Gue harus bangga ini" puji Febry.
Safira menggeleng sambil tersenyum "kamu bikin itu terdengar terlalu hebat. Padahal,kebanyakan waktu aku cuma duduk di kantor sambil baca berkas"
Febry tertawa "Ah,jangan merendah. Tapi jujur aku nggak nyangka.Aku pikir kamu cuma cewe yang suka nonton drama korea di kosan"
Safira tertawa lebih keras "Serius,ay?? Itu impresi kamu tentang aku?"
"Ya gimana,kamu selalu bawaanya santai.ternyata di balik itu kamu hadapi hal hal berat" Ucap Febry.
Safira tersenyum kecil,Dia senang bisa berbagi sisi dirinya yang selama ini dia tutup rapat-rapat.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments