putus

"Saf,apa yang terjadi?" tanya hardian dengan nada lembut.

Safira mengusap wajahnya "Kamu benar Hardian,aku lihat sendiri Febry ,dia bersama perempuan itu"

Hardian menggenggam tangan Safira dengan lembut, mencoba menenangkan wanita yang sudah lama ia kagumi.

"Kamu nggak sendirian Saf,aku ada di sini buat kamu" Ucap Hardian dengan serius.

Safira hanya mengangguk pelan.

Kehadiran Hardian memberinya sedikit rasa aman,meski luka di hatinya masih terlalu dalam.

Sementara itu, Amara mendatangi Febry di kantornya berusaha mencari kepastian tentang hubungan mereka.

Amara berbicara dengan nada penuh manipulasi "Feb,aku tahu kamu Masih mikirin Safira. Tapi kamu harus sadar,dia yang pergi. Aku yang ada di sini buat kamu"

Febry menghela nafas "Amara,aku nggak tahu harus gimana. Semua ini kacau"

Amara mendekat dan menatapnya dalam "kamu nggak perlu bingung, Feb. Aku akan selalu ada buat kamu , apapun yang terjadi "

Kata-kata Amara membuat Febry semakin terjebak dalam kebingungannya. Dia tahu hatinya masih milik Safira,tapi kehadiran Amara memberinya kenyamanan yang sulit dia lepaskan.

Di tengah semua kekacauan ini, Safira mulai meragukan keputusannya untuk percaya pada cinta.

Sementara itu, Febry terus di hantui rasa bersalah dan Amara semakin mempererat cengkraman nya pada pria yang sedang goyah.

Sudah tiga hari sejak Safira meninggalkan Febry di kosnya.

Dia sengaja tidak menghubungi Febry sama sekali, ponselnya di penuhi panggilan dan pesan dari Febry tetapi dia tidak membaca satu pun.

"Saf,kamu yakin nggak mau bicara dengannya dulu?" Ucap Hardian dengan nada hati-hati .

Safira menggeleng "Aku sudah cukup mendengar, Hardian. Nggak ada yang perlu di bicarakan lagi"

Hardian hanya mengangguk. Dalam hatinya,dia senang Safira mulai menjauh dari Febry meski dia tidak tega melihat luka di mata wanita yang dia cintai.

Hardian dengan nada lembut "Kalau kamu butuh apa-apa,aku selalu ada di sini"

Safira tersenyum tipis "Terimakasih Hardian "

Di sisi lain, Febry merasa perlahan hidupnya hancur. Dia mencoba menghubungi Safira berkali-kali,tapi tidak pernah mendapat jawaban.

Febry berbicara pada dirinya sendiri "Aku harus memperbaiki ini. Aku nggak bisa kehilangan Safira"

Namun, setiap kali dia mencoba memikirkan cara untuk memperbaiki semuanya, bayangan Amara dan kesalahannya kembali menghantui nya.

Amara yang menyadari kegelisahan Febry,tidak tinggal diam.

Dia terus berusaha menarik Febry ke sisinya.

"Kamu tahu Feb,aku ada di sini kalau kamu butuh seseorang untuk di ajak bicara" Goda Amara.

Febry menghela nafas "Amara,aku nggak bisa terus begini"

Amara tersenyum tipis "tapi kamu nggak bisa kembali ke Safira juga kan?"

Kata-kata Amara membuat Febry semakin bimbang.

Dia merasa terjebak di antara dua dunia yang tidak bisa dia satukan.

Safira mencoba fokus pada pekerjaan nya,meski hatinya masih terasa berat.

Dia mulai mengambil tugas-tugas baru yang menuntut lebih banyak perhatiannya, berharap itu bisa mengalihkan pikirannya dari Febry.

Namun, Hardian tidak bisa diam melihat Safira berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

Suatu hari,dia memberanikan diri untuk berbicara lebih jauh.

"Saf,aku tahu ini bukan waktu yang tepat ,tapi aku nggak bisa terus menyimpan ini" Seru Hardian serius.

Safira menatapnya bingung "Apa maksudmu Hardian?"

Hardian mengambil nafas dalam "Aku peduli sama kamu lebih dari sekedar teman. Dari dulu aku selalu ada buat kamu,tapi kamu nggak pernah melihat aku seperti itu"

Safira terdiam,dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Hardian....aku nggak tahu aku siap untuk hal itu sekarang " Ucap Safira pelan.

Hardian tersenyum lembut "Aku nggak minta jawaban sekarang, Saf. aku cuma ingin kamu tahu kalau kamu nggak sendirian "

Sementara itu, Febry tidak bisa menahan diri lagi.

Dia memutuskan untuk mencoba menemui Safira sekali lagi, meskipun dia tahu kemungkinan besar dia akan di tolak.

Febry berbicara pada dirinya sendiri "Kalau aku nggak lakukan ini sekarang,aku akan kehilangan dia untuk selamanya "

Dia pergi ke tempat Safira bekerja, menunggu sampai dia selesai dengan tugasnya. Saat akhirnya dia melihat Safira keluar dari gedung,dia langsung menghampirinya.

"Saf,aku mohon dengarkan aku sekali ini saja" Ucap Febry penuh penyesalan.

Safira menatapnya tajam "Kenapa aku harus dengar, Feb? Supaya kamu bisa kasih alasan untuk semua penghianatanmu?"

Febry menggenggam tangan Safira "Aku tahu aku salah, Saf. Aku nggak bisa mengubah apa yang sudah terjadi,tapi aku nggak mau kehilangan kamu "

Safira melepaskan genggaman tangan Febry dengan tegas.

"Febry,kamu udah kehilangan aku sejak kamu memilih untuk menghancurkan kepercayaan ini!" tegas Safira.

Kata-kata Safira membuat Febry terdiam. Dia sadar, Untuk pertama kalinya,bahwa mungkin kali ini dia benar-benar kehilangan Safira.

Safira berusaha melangkah maju dengan hati yang penuh luka, sementara Febry hanya bisa menatap punggung wanita yang dia cintai dengan seluruh hatinya.

.

.

Malam itu, Safira memutuskan untuk menyelesaikan segalanya.

Dia bertemu dengan Febry di taman kecil dekat kos Febry,tempat mereka sering menghabiskan waktu bersama dulu.

"Saf,kamu bilang kamu mau bicara. Apa kamu akhirnya mau memberikan aku kesempatan kedua?" tanya Febry dengan nada cemas.

Safira menghela nafas panjang "Feb,aku datang kesini untuk mengakhiri semuanya"

Febry tertegun, kata-kata itu seperti petir menyambar di siang bolong.

Febry panik "Safira, jangan bilang begitu. Aku tahu aku salah,aku tahu aku hancurin kepercayaan kamu ,tapi aku nggak bisa kehilangan kamu "

Safira menatapnya tegas "Dan aku nggak bisa terus bersama orang yang nggak bisa menghargai aku. Aku sudah memutuskan Febry,kita selesai"

Tanpa menunggu jawaban Febry, Safira berbalik dan pergi meninggalkan Febry yang terduduk lemas di bangku taman.

Hari-hari Setelah putusnya hubungan itu menjadi mimpi buruk bagi Febry .

Dia merasa hidupnya kehilangan arah.

Dalam kebingungannya, Febry mengendarai motornya tanpa tujuan di malam hari. Pikiran yang kacau membuatnya tidak menyadari truk besar yang melintas di persimpangan.

Suara rem mendadak dan benturan keras menggema di jalan.

Tubuh Febry terlempar dari motornya jatuh ke aspal Dengan keras.

Febry di larikan ke rumah sakit dalam keadaan kritis.

Adiknya Adi, seorang pemuda berusia 20-an segera datang begitu mendapat kabar.

"Dok, gimana keadaan kakak saya?" Tanya Adi panik.

"Kondisinya kritis. Dia harus segera di operasi,tapi biayanya cukup besar" Ucap dokter serius.

Adi merasa bingung dan tidak berdaya .

Dia tidak tahu harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat.

"Kak Febry kenapa harus kayak gini...... kenapa harus nyakitin diri sendiri" Bisiknya pelan.

Kabar kecelakaan Febry Sampai ke telinga Safira melalui rekan kerja yang tidak sengaja membicarakannya.

.

.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!