Terdampar

Pagi telah tiba, ayam jantan mulai memeriahkan keheningan dengan kokokan merdunya. Namun di tempat tidur, sang penyihir masih terlelap di alam mimpinya. Bibi berjalan masuk ke dalam kamar dan membuka gorden supaya cahaya sang surya masuk.

"Selamat pagi Nona. Hari ini cuacanya cerah," ujar Bibi Claudia dengan riang. Sang penyihir mengernyitkan kening dan membuka mata, mencoba membiasakan cahaya yang menerpanya.

"Ini hari Minggu. Aku masih mau tidur," gumam Saciel, setengah menguap dan menarik selimutnya agar menutupi seluruh tubuh hingga bagian kepala. Bibi Claudia menarik selimutnya dan melemparnya sejauh mungkin, membiarkan tuannya hanya berbaring dengan pakaian tidurnya.

"Tidak bisa. Meski Nona sedang dalam masa tahanan rumah, pekerjaan sudah menanti untuk diselesaikan. Jangan lupa, beberapa bangsawan ingin menemui Nona," balas Bibi Claudia sembari menyuruh para pelayan menyiapkan air mandi. Saciel menegakkan tubuhnya dan menghela napas, menatap ke luar jendela dengan tatapan malas.

“Hari ini kunjungan dari siapa saja?"

"Beberapa bangsawan pendukung keluarga Arakawa dan…itu....Duke Requiem,” jawab Bibi Claudia.

"Oh? Kuyakin itu permintaan dadakan, karena terakhir Albert membacakan jadwal minggu ini tidak ada namanya disebut. Ya sudahlah, mari kita urus satu per satu," keluhnya sembari bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.

Para bangsawan pendukung tengah asyik berbincang di ruang tamu ketika Lao berjalan masuk dengan pakaian sederhana yang jauh untuk ukuran seorang Duke. Para bangsawan langsung bangkit berdiri dan memberi salam padanya.

"Selamat pagi, Duke Requiem."

“Selamat pagi, santai saja. Hari ini aku hanya ingin mengobrol dengan Nona Arakawa,” ujarnya kalem sembari duduk dan mengamati sang pelayan yang menuang teh dengan elegan, “walau kuyakin dia pasti sangat kesal dengan kedatanganku yang mendadak.”

"Daripada kesal, aku malah berharap bisa menendangmu keluar dari rumah ini," sindir Saciel sembari berjalan masuk dengan Albert berdiri di belakangnya. “Baru juga sehari kau mengadiliku dan kau berniat bertemu denganku? Aku sibuk.”

"Jahat sekali. Kau mengusirku?" ledek Lao. Saciel memutar bola matanya dan duduk, namun para bangsawan langsung berdiri, seakan-akan ketakutan.

"Nona, mungkin kami akan datang di lain waktu. Kami baru ingat ada hal lain yang perlu dikerjakan,” ujar salah satu bangsawan terburu-buru. Saciel berniat menahan, namun ia menyadari sebabnya dan menghela napas, lalu mengangguk dan membiarkan para bangsawan berjalan cepat meninggalkan ruang tamu. Lao terkekeh.

"Ini semua salahmu."

"Baguslah mereka sadar diri. Oke, mari kita bahas ini terlebih dahulu,” ujar Lao sembari memainkan jemari kurusnya. “Aku berniat mengangkatmu menjadi duchess.”

Si gadis berambut merah tidak bereaksi, namun kedua bola mata emasnya menatap Lao dengan tatapan hampa. Ia meraih sepotong macaron dan menggigitnya, lalu meletakkan sisanya di piring dan menghela napas berat. Ia memangku wajahnya dengan punggung tangan dan mengibaskan tangan lainnya.

"Aku tidak mau."

"Hah…susah sekali membujukmu untuk mengambil alih kekuasaan mendiang ayahmu. Tidak bisakah kau menurut sekali saja?” tanyanya bosan. Ia bangkit berdiri dan mengambil beberapa helai rambut, mengusapnya selembut mungkin dan mengecupnya dengan tatapan teduh, namun di mata Saciel, ia memuakkan. Didorongnya pria itu dan menggeram.

"Waktumu habis, pergilah. Aku tidak mau melihatmu sampai hukumanku berakhir,” gertaknya. Lao tertawa kecil dan mengelus pipinya.

"Kau akan mengambilnya cepat atau lambat. Terima kasih sudah mendengar keinginanku,” pamitnya sembari bangkit berdiri dan berjalan keluar, disusul Albert di belakangnya. Bibi Claudia masuk dan mendekati gadis yang tengah merengut.

"Saya rasa apa yang diusulkan Duke Requiem benar, Nona. Keluarga kita sudah tidak memiliki kepala keluarga, alangkah baiknya jika Nona mengambil alih seutuhnya agar mendiang duke dan duchess tidak kepikiran,” tuturnya lembut.

"Mereka tidak akan menghantuiku, Bibi. Aku juga tahu itu, hanya saja kurasa ini bukan waktunya untuk mengurus hak gelarku. Karena tidak ada jadwal, sepertinya aku bisa mengerjakan hal lain."

Di lain tempat, di sebuah wilayah hutan yang rimbun dan teduh tanpa ada tanda-tanda keberadaan makhluk hidup, terdampar Kezia dengan luka yang setengah mengering di pinggir sungai seorang diri. Perlahan kedua matanya terbuka, mencoba menangkap bayangan yang mengabur hingga pandangannya mulai jernih. Ia mencoba duduk, namun tubuhnya menolak perintahnya. Seluruh tubuhnya mati rasa, serasa dihajar ribuan palu tak kasat mata. Ia kembali memaksa tubuhnya untuk bergerak, meninggalkan tempat itu sejauh mungkin, pikirannya kalut karena kedua saudaranya tidak berada di sisinya. Ia membeku ketika aroma asing menyapa indra penciumannya, lalu bersembunyi di sebuah akar pohon besar tak jauh darinya. Meski samar, ia menangkap suara langkah kaki beberapa orang berjalan ke arahnya.

"Tidak ada tanda-tanda dari kawanan kecil itu. Sial,” keluh seseorang.

"Percuma mencarinya, mereka pasti sudah kabur. Ayo pergi, paling tidak kita berhasil menangkap satu ekor,” balas yang lain. Ketika mereka pergi menjauh, Kezia mengintip sejenak dan meneteskan air mata.

"Kakak, Kakak di mana?” panggilnya lirih. Ia berjinjit meninggalkan hutan kecil itu, sesekali waspada ketika mendengar suara gemerisik daun dan burung yang berkicau. Tubuhnya gemetar menahan dingin meski matahari tengah menyinari dengan panasnya yang tidak biasa di musim panas. Bibirnya pucat, rona kehidupannya semakin meredup seiring jauhnya perjalanan yang ia tempuh. Ia menempelkan tubuhnya pada pohon besar, mengatur napasnya yang tersengal sembari menyimpan energi untuk melanjutkan langkahnya. Ia menangkap aroma yang asing, perpaduan antara asap pembakaran dengan wangi manis bagaikan madu. Ia mengedarkan pandangan dan perlahan mengikuti aroma itu dengan langkah pendek-pendek. Meski samar, ia melihat sebuah gazebo berwarna putih gading dengan taman bunga mawar putih dan ungu mengelilinginya. Tidak hanya itu, sebuah patung berbentuk kerang raksasa dengan mutiara di dalamnya menjadi pusat perhatian karena berada di tengah air mancur yang senantiasa mengalirkan air sejernih kristal.

"Apa ini…surga?” bisiknya, Ia berjalan mendekati, namun langsung berhenti ketika terdengar suara tawa dan celotehan riang dari arah berlawanan. Cepat-cepat ia bersembunyi di balik tebalnya tanaman Middlemist Red, lalu mengintip sejenak hingga terlihat beberapa pelayan berjalan menuju gazebo dengan berbagai macam snack ringan dan perlengkapan minum teh di sebuah troli.

"Hei, hei, katanya Marquess Zografos berkunjung, kan? Aku tidak salah dengar, kan?" tanya seorang pelayan.

"Iya, itu benar. Albert sendiri yang bilang akan kedatangan beliau. Wah, apa rumor itu benar?” balas yang lain.

"Rumor apa?”

"Rumor kalau Nona Saciel akan dijodohkan dengan Marquess Zografos. Itu kan cukup menggemparkan, apalagi bagi para penyihir lain yang berniat memenangkan hati Nona," jawab pelayan lain sembari menata meja dan menyiapkan vas berisi bunga dahlia merah. “Kalau tidak salah bukannya Tuan Phillip juga menjadi kandidat calon suami Nona?”

"…rumornya Phillip dan Julian hanyalah pengasuhku, jadi kurasa kalian bisa berhenti menyebarkan rumor itu,” ujar Saciel sembari berjalan bersama Julian di belakangnya. Para pelayan langsung menunduk dan ketakutan. “Sudahlah, kalian bisa tinggalkan kami. Oh iya, tolong jangan menambah rumor aneh lagi atau kalian akan kuhukum.”

Para pelayan bergegas meninggalkan gazebo, namun mereka sudah tidak setakut saat Saciel menegur mereka. Julian mengangkat sebelah alisnya.

“Mereka santai sekali, ya?”

"Selama kau memperlakukan mereka dengan baik, mereka tidak akan membuka mulut demi menolongku. Nah, mari kita kembali ke inti pembicaraan kita. Duduklah, kuharap kau suka dengan orange cake yang dibuat oleh kepala kokiku.”

Kezia terpana melihat aura yang dipancarkan Saciel, namun ia langsung bersembunyi ketika Julian mengarahkan pandangan ke tempat persembunyiannya. Ia menggigit bibir bawahnya, takut jika lelaki itu membocorkan tempat persembunyiannya.

"Kediamanmu cukup dekat dengan hutan, sebaiknya kau berhati-hati jika ada hewan buas yang memasuki taman,” ujar Julian kalem, tangannya meraih sepotong orange cake dan menyantapnya. “Tapi kurasa hewan buas pun akan takluk di tanganmu.”

"Kau ini ngelantur apa sih? Aneh,” gumam Saciel sembari menyesap tehnya dengan anggun. Keduanya larut dalam pembicaraan santai hingga matahari mulai kembali ke peraduannya. Albert datang dan menyalakan lampu dengan sekali jentikan. Beberapa bola api berwarna biru pucat menyinari taman dengan cahaya mereka yang nyaris remang namun menenangkan. Julian bangkit berdiri dan mengelus puncak kepala sang penyihir muda berambut merah.

"Aku pulang dulu, Manis. Selamat malam dan semoga tidurmu nyenyak,” pamitnya. Saciel memutar bola matanya dan menepis pelan tangan besarnya, lalu memberi hormat selayaknya wanita bangsawan pada umumnya.

“Berhati-hatilah di jalan, Marquess Zografos. Jangan lupa untuk membereskan urusanmu dengan Phillip,” balasnya santai. Albert mengantar sang marquess menuju kereta kudanya, sementara Saciel memalingkan pandangan pada tanaman Middlemist Red yang menjadi fokus Julian dan berdeham.

“Keluarlah. Sekarang hanya ada kau dan aku di sini,” ujarnya. Yang dipanggil diam, menggigit bibir bawahnya karena tidak menyangka bahwa ia sudah menyadari keberadaannya. Saciel memiringkan kepala.

“Kau dengar aku? Keluar atau kuseret kau?” ancamnya dingin. Kezia kalut, ia sudah kehabisan tenaga jika harus melawannya. Ia mengubah dirinya menjadi anak demi human dan berjalan pincang keluar dari balik pohon. Saciel terperanjat.

“Anak-anak? Bocah, bagaimana bisa kau sampai ke wilayah Respher?” tanyanya sembari menurunkan kewaspadaannya. Kezia tidak menjawab, pandangannya sudah kabur dan energinya sudah mencapai batasnya hingga ia tumbang. Saciel langsung meletakkan bantal sebelum kepalanya terantuk tanah, lalu memanggil pelayan untuk membawanya masuk ke dalam.

Satu jam penuh darah dan keringat telah berlalu. Bibi Claudia membasuh tangannya yang berlumur darah bercampur rempah obat hingga bersih setelah membalut seluruh luka yang menghiasi tubuh mungil Kezia. Wanita paruh baya itu langsung mengisyaratkan pelayan untuk memakaikan baju padanya, lalu berjalan keluar untuk menemui sang penyihir muda yang menanti di depan kamar tamu dengan ekspresi cemas.

“Dia akan baik-baik saja, Nona. Semua lukanya akan membaik dalam waktu kurang dari sehari. Hanya saja saya masih penasaran, bagaimana bisa anak sekecil itu masuk ke wilayah ini? Wilayah Nona kan sangat jauh dari pusat kota, kecuali jika anak itu sudah masuk ke Respher.”

“Tidak mungkin, Bibi. Perbatasan Mandalika bukanlah wilayah yang bisa dimasuki semudah itu, apalagi kedua benua Respher dan Ceshier. Ada kemungkinan…dia diselundupkan oleh beberapa pihak,” ujar Saciel sembari menggelengkan kepala. Ia merenung sejenak, lalu berpaling pada Bibi Claudia.

“Jangan sampai keberadaan anak ini bocor hingga ke luar dan cari informasi mengenai penyelundupan demi human.”

“Baik, Nona,” balasnya sembari mengangguk. Setelah Bibi Claudia pergi, ia masuk ke kamar itu dan menelisik setiap inci Kezia yang belum sadarkan diri.

“Bukankah Julian pernah bilang bahwa keluarga kerajaan mereka kehilangan penerus tahta? Apa anak ini…penerusnya?” gumamnya sembari mengecek pakaiannya dengan seksama, namun ia tidak menemukan emblem yang menjadi identitasnya bahkan senjata sekalipun. Ia mengabaikan rasa penasarannya dan duduk di dekat ranjang dengan tatapan penuh belas kasih, perlahan tangannya mengelus kepala Kezia selembut yang ia bisa.

“Jangan khawatir,” bisiknya, “tidak akan ada siapapun yang mampu menyakitimu selama aku berada di sini. Jadi beristirahatlah hingga kau pulih.”

Episodes
1 Prolog
2 Kisah Sang Penyihir Muda
3 Sisi Gelap Kuil Oorun
4 Tuduhan dan Hukuman
5 Penculikan dan Kabur
6 Terdampar
7 Pertemuan
8 Festival Matahari Merah dan Rumor
9 Penyelamatan
10 Drama di Chasata
11 Sang Kegilaan Phoenix
12 Taruhan Maut
13 Kematian sang Marquess Phoenix
14 7 Eternal Wizards
15 Perburuan
16 Duchess Rosemary and Lady Schariac
17 Play with Fire
18 Penghuni Hutan Suci
19 The Alpha Dragon
20 The Elf Territory
21 The Tamer
22 Phyton Wizard
23 Hellhound
24 Dying
25 Quarrel and Memories
26 Nightmare of a Witch
27 Sang Pengintip Ramalan
28 Taming the Monster
29 A New Contract
30 Menyusun Rencana
31 Archolen dan Alkemis
32 Cerita Lama
33 Permulaan
34 Tabir Neraka
35 Alkimia
36 Sang Marchioness dari Mizuki
37 Kegagalan
38 Adu Tanding
39 A Strange Kid
40 Primordial God of Sea, Pontus
41 Akhir Perdebatan
42 Penyusup
43 Cobaan Dewa Primordial
44 Game On
45 Menghilang
46 Broken Rules
47 Ilmol Hwangmok
48 Sudden Request from Ceshier
49 Tsar and Tsarina Ata Lafoia
50 Chaos
51 Another Monster
52 Portal dan Penyerangan
53 The Half God, Vatra
54 Awal Perang
55 Kangen
56 Kiss Under the Moonlight
57 Broken
58 Dewa Oorun
59 Father and Son
60 Anggrek Onyx
61 Burden
62 Depression
63 Secret Recipe
64 Desperate
65 The Rebirth of Tania Schariac
66 Betrayal
67 Kesibukan Calon Putri Mahkota
68 Ramuan
69 Keluar dari Penjara
70 Revolution
71 Wishes and Hopes
72 Before Coronation
73 The Coronation
74 Step One
75 Empress' Trial
76 Ceshier in Danger
77 Dancing Devil
78 Death vs Death
79 Funeral, Pain and Healing
80 Dilemma
81 Execution
82 A Small Fight
83 Leisure Day
84 Step Two, On Fire
85 Gorgon's Curse
86 Festival of Death
87 Perseteruan
88 Hidden Card
89 Lolos
90 The Dying Avant Heim
91 Cerlina and the Alpha Dragon
92 The Axe of Minotaur
93 Pencarian
94 Show Off
95 Jalan Buntu
96 Puzzle
97 The New Spring
98 Mirror
99 Conceal the Power
100 Temporary Solution
101 Langkah Terakhir
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Prolog
2
Kisah Sang Penyihir Muda
3
Sisi Gelap Kuil Oorun
4
Tuduhan dan Hukuman
5
Penculikan dan Kabur
6
Terdampar
7
Pertemuan
8
Festival Matahari Merah dan Rumor
9
Penyelamatan
10
Drama di Chasata
11
Sang Kegilaan Phoenix
12
Taruhan Maut
13
Kematian sang Marquess Phoenix
14
7 Eternal Wizards
15
Perburuan
16
Duchess Rosemary and Lady Schariac
17
Play with Fire
18
Penghuni Hutan Suci
19
The Alpha Dragon
20
The Elf Territory
21
The Tamer
22
Phyton Wizard
23
Hellhound
24
Dying
25
Quarrel and Memories
26
Nightmare of a Witch
27
Sang Pengintip Ramalan
28
Taming the Monster
29
A New Contract
30
Menyusun Rencana
31
Archolen dan Alkemis
32
Cerita Lama
33
Permulaan
34
Tabir Neraka
35
Alkimia
36
Sang Marchioness dari Mizuki
37
Kegagalan
38
Adu Tanding
39
A Strange Kid
40
Primordial God of Sea, Pontus
41
Akhir Perdebatan
42
Penyusup
43
Cobaan Dewa Primordial
44
Game On
45
Menghilang
46
Broken Rules
47
Ilmol Hwangmok
48
Sudden Request from Ceshier
49
Tsar and Tsarina Ata Lafoia
50
Chaos
51
Another Monster
52
Portal dan Penyerangan
53
The Half God, Vatra
54
Awal Perang
55
Kangen
56
Kiss Under the Moonlight
57
Broken
58
Dewa Oorun
59
Father and Son
60
Anggrek Onyx
61
Burden
62
Depression
63
Secret Recipe
64
Desperate
65
The Rebirth of Tania Schariac
66
Betrayal
67
Kesibukan Calon Putri Mahkota
68
Ramuan
69
Keluar dari Penjara
70
Revolution
71
Wishes and Hopes
72
Before Coronation
73
The Coronation
74
Step One
75
Empress' Trial
76
Ceshier in Danger
77
Dancing Devil
78
Death vs Death
79
Funeral, Pain and Healing
80
Dilemma
81
Execution
82
A Small Fight
83
Leisure Day
84
Step Two, On Fire
85
Gorgon's Curse
86
Festival of Death
87
Perseteruan
88
Hidden Card
89
Lolos
90
The Dying Avant Heim
91
Cerlina and the Alpha Dragon
92
The Axe of Minotaur
93
Pencarian
94
Show Off
95
Jalan Buntu
96
Puzzle
97
The New Spring
98
Mirror
99
Conceal the Power
100
Temporary Solution
101
Langkah Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!