The Elf Territory

Rivendell

Mereka mendarat di dalam hutan yang sangat lebat, bahkan cahaya matahari nyaris tidak mampu menembusnya. Sky langsung mengendus sekitar, memastikan tidak ada musuh. Max perlahan menepuknya.

“Tenang saja, bocah. Kita berada di tempat yang aman dan tidak ada makhluk lain di sekitar kita,” ujarnya tenang. Saciel melihat sekeliling dan menghela napas, lalu membungkuk dan membelai sebuah bunga liar di dekat kakinya dengan ekspresi datar.

“Katakan pada temanmu untuk tidak ikut campur,” ujarnya lirih, membuat kedua demi human di dekatnya heran. Phillip menggelengkan kepalanya.

“Percuma, dia pasti akan tahu. Ayo bergegas ke pusat kota,” ujarnya sembari membagikan jubah hitam dan topeng. “Karena kita buronan, akan sedikit berbahaya jika pergi tanpa persiapan.”

“Bukannya ini terlalu mencolok?” tanya Max sembari menginspeksi jubahnya dengan tatapan jijik. Phillip hanya memutar bola matanya, memakai jubah itu tanpa banyak bicara dengan topeng yang menutup separuh wajahnya. Ia berpaling pada Kezia dan membantunya menyembunyikan ekor dan telinganya.

“Penampilan ini cukup wajar, kok. Lagipula, tujuan kita yang sebenarnya adalah lelang ilegal yang ada di kota. Hanya mereka yang memiliki akses yang bisa masuk atau undangan khusus dari sang pemilik. Di samping itu, para elf sudah biasa melihat ras lain dengan penampilan ini. Kalau terjadi apa-apa, kita akan langsung kabur. Percayalah,” ujarnya tenang. Saciel memakai topengnya dan berkedip beberapa kali untuk menghilangkan debu yang masuk ke mata.

“Barang eksotis, ya? Kurasa bakal mahal juga harganya,” celetuk Saciel.

“Dia bukan barang yang bisa kau jual, penyihir,” geram Max. Saciel mengibaskan tangannya dengan tatapan lelah dan malas.

“Di sini bisa, tolong diingat. Meski dikenal dengan ras yang memiliki kecerdasan tinggi, mereka juga sangat licik dan tamak. Bisa mendapatkan saudaramu adalah keberuntungan besar. Kuyakin harga yang dipatok tidaklah murah atau buruknya, dia akan menjadi koleksi pribadi sang pemilik,” balasnya.

“Ayo jalan, sebentar lagi lelangnya mau dimulai. Kau bawa benda itu, kan?” desak Phillip sembari berjalan memimpin mereka meninggalkan hutan dengan terburu-buru, disusul Max dan Kezia di belakang serta Saciel dengan wajah lempeng.

“Bawa, bawa. Tenang saja, kita pasti bisa merebutnya. Tapi tidak kusangka kita akan melakukan hal ini untuk menolongnya.”

“Aku saja kaget saat mata-mataku mengabariku.”

“Apa ada berita soal keadaan Kak Nero?” tanya Kezia lirih. Phillip terdiam sejenak dan menggeleng lemas, membuat wajah Kezia memucat.

“Tenang saja, dia pasti akan bertahan. Aku jamin,” ujar Phillip cepat. “Dia adalah koleksi berharga yang harus dijaga baik-baik.”

“Kau panggil dia koleksi sekali lagi, kubakar kepalamu,” ancam Max setengah menggeram. Saciel hanya menghela napas dan menudingkan telunjuknya pada Max, kedua matanya menatap tajam.

“Ini bukan waktunya untuk bertengkar di situasi genting. Sekali ini saja maafkan dia, aku capek harus berdebat denganmu. Kalau kau hanya ingin mencari masalah, kusarankan kau diam di sini dan tunggu kami membawa saudaramu kembali. Pilihlah,” ujarnya. Max tidak membalas, melainkan hanya mendengus dan tetap berjalan mengikuti rombongan tanpa banyak bicara. Selama sepuluh menit berjalan dalam diam dan penuh tekanan, langkah mereka terhenti di depan gapura megah yang terbuat dari dua batang pohon elm raksasa yang ditumbuhi lumut dan tanaman merambat dengan buah berbentuk bulat dan berkilau layaknya mutiara terbaik yang pernah ditemukan dari dalamnya samudra. Kedua demi human tersebut terpana.

“Apakah ini surga?” tanya Kezia. Saciel tertawa miris.

“Tempat ini tidak pantas disebut surga, Kezia. Ini hanyalah neraka yang dibalut keindahan semu yang kau sebut surga,” balasnya sembari mengedarkan pandangan pada sekitar yang dipenuhi ras elf yang sibuk bagai berada di sebuah pasar. Beberapa ras lain terlihat berseliweran, namun ada pemandangan janggal di mata para demi human.

“Hei, penyihir. Ini perasaanku atau…peri di sana memang memakai…kalung leher?” bisik Max. Saciel mengerling dan menemukan satu peri kecil terbang di sisi elf berpenampilan mewah bak bangsawan. Wajahnya kuyu dan sayapnya berkilau lemah, namun yang menarik perhatiannya adalah kalung hitam yang terbuat dari besi menempel di leher jenjangnya.

“...kau bisa melihat benda sekecil itu?”

“Kau tidak bisa melihatnya?”

“Bisa jika kau memberitahuku. Aku tidak menyadarinya, tapi benar itu adalah kalung leher yang dibuat khusus oleh para alkemis. Benda itu sanggup menahan kekuatan makhluk magis tingkat sedang ke bawah,” balas Saciel. Sebelum Kezia berjalan ke arah elf dengan aura menakutkan, Phillip menahannya dan berbisik.

“Kita hanya akan membuang waktu, Kezia. Aku tahu kau marah, tapi tahanlah. Kalau kau menyerangnya, itu hanya akan membongkar penyamaran kita. Ayo pergi, sebentar lagi lelang akan dimulai.”

Kezia tidak bergeming, namun sorot matanya mulai sayu dan mengangguk. Ia menggenggam bulu Sky cukup kuat hingga sang serigala berjengit namun tidak bersuara. Setelah tenang, Phillip mengajak mereka kembali berjalan menuju tengah kota dan berhenti pada sebuah rumah kecil yang cukup tersembunyi. Max mengernyit. Sebelum ia membuka mulut, seekor chimera berpenampilan tinggi besar dengan kedua bola mata hitam gelap menghalangi mereka.

“Ada yang bisa kubantu?” tanyanya dingin. Phillip merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kartu hitam dengan huruf X besar terbuat dari tinta emas, membuat si chimera mengangguk dan membuka pintu itu. Mereka berjalan menyusuri tangga pengap dan remang-remang tanpa suara hingga mencapai pintu lain. Phillip membuka pintu itu dan terhampar sebuah aula yang dipenuhi beragam ras dengan penampilan yang sama seperti mereka, bertudung dan bertopeng hingga tidak ada yang bisa dikenali. Selain itu, beberapa koleksi yang berada dalam jeruji kandang hanya diam pasrah sembari membiarkan diri dijadikan tontonan.

“Biadab,” maki Max. Ia berpaling pada Phillip dengan tatapan dingin. “Apa kau juga menikmati hal ini? Darimana kau mendapatkan kartu itu?”

“Ikut aku,” ujarnya sembari berjalan menuju pintu dua daun yang berada di sayap kanan dan membukanya agar mereka bisa masuk ke sebuah ruangan yang besarnya dua kali lipat daripada aula. Sebuah panggung di depan tertutup tirai merah menarik perhatian, namun Phillip membuat isyarat agar segera mencari tempat duduk yang strategis di bagian tengah. Setelah memastikan semuanya duduk, Phillip bersuara.

“Kartu itu kudapat setelah bertugas, jadinya tetap kupakai untuk jaga-jaga. Tenang saja, aku tidak pernah membeli budak. Kau boleh mengeceknya nanti di rumahku,” ujarnya lirih. Max mendengus.

“Tugas apa yang mengharuskanmu terjun di lelang ilegal ini?” tanyanya tajam.

“Itu bukan urusanmu, jadi diamlah,” desis Saciel sembari terpaku pada tirai panggung yang terbuka dan menampilkan sang pembawa acara dengan topeng badut mengerikan.

“Selamat datang dalam lelang ini, para hadirin! Izinkan saya memamerkan beberapa koleksi terbaru kami pada siang hari ini. Bagi yang berminat, silahkan angkat nomor anda dan sebutkan nominal yang anda tawarkan. Mari kita mulai!” sapanya sembari memamerkan koleksinya satu per satu. Para tamu yang hadir mulai menggila, menyebutkan harga penawaran yang tak masuk akal di telinga Max dan Kezia. Saciel terkikik lirih dan menyipitkan kedua matanya seperti orang gila.

“Ternyata kebusukan elf lebih parah dari yang kubayangkan. Menarik sekali, seharusnya kau sering-sering mengajakku kemari, Phillip. Tempat ini memang benar-benar yang terburuk,” gumamnya. Max menggertakkan gigi, sementara Kezia meringkuk dekat Sky. Penyihir muda itu terbatuk dan menghela napas, lalu terfokus pada sebuah kandang besar yang dilapisi kain hitam agar siapapun tidak bisa melihat dalamnya. Meski tidak melihat, Saciel bisa merasakan perubahan suasana dari kedua demi human bersaudara itu, bahkan Sky menggeram lirih.

“Para hadirin, kita sudah tiba pada koleksi terbaik di wilayah Respher. Koleksi ini berasal dari sisi seberang, Ceshier. Ditambah lagi, dia memiliki kemampuan hebat dan langka. Sambutlah, demi human!” ujarnya sambil menarik kain penutup dan memperlihatkan seekor demi human serigala berambut hitam legam dengan merah membara duduk dengan kedua mata dilapisi kain penutup.

“Kak…”

“Jangan,” ujar Phillip sembari membekapnya sebelum ada yang mendengar. Max mengepalkan tangannya hingga berubah putih, sementara Saciel menggelengkan kepala.

“Harganya tidak akan murah.”

“Koleksi terakhir dan termahal pastinya akan cukup menguras harta kita,” balas Phillip. Sang pembawa acara menarik paksa kain yang menghalangi penglihatannya. Sepasang mata merah menyala bagaikan rubi melihat sekeliling, lalu terpaku pada seekor singa yang dibawa masuk dengan paksa oleh para penjaga. Bisikan keraguan mulai mengisi ruang itu, namun kembali senyap ketika Nero mengulurkan tangan pada singa itu. Sang singa meraung keras, mencoba memberontak dari ikatan rantai yang membelitnya dan berhasil mencakar lengan Nero hingga tulangnya sedikit terlihat, namun ia tetap tenang.

“Miyela,” bisiknya. Singa itu membeku, menatap Nero dengan tatapan garang namun ia mundur dan meringkuk. Semua yang melihatnya berdecak kagum, bahkan keraguan langsung sirna. Nero menarik tangannya dan kembali ke posisi awal, perlahan menggumamkan kata-kata asing dan sebuah gumpalan air membalut lengannya hingga kembali seperti semula tanpa jejak sobekan.

“Wah, parah. Kurasa sudah banyak yang mengincarnya,” ujar Saciel sembari melihat sekeliling dengan jijik ketika melihat yang lain mulai terlihat buas.

“Kak, usahakan sesuatu untuk Kak Nero,” pinta Kezia. Phillip mengangguk dan memegang papan nomornya, sementara Saciel berbisik pada Max.

“Aku akan membelinya jika kau memohon padaku.”

“...mimpi saja, penyihir,” tolak Max. Saciel mengulum senyum dan membeku ketika melihat sesosok familiar agak jauh dari mereka dengan setangkai bunga morning glory menempel di tudungnya. Ia menggenggam lengan Phillip.

“Julian di sini.”

Phillip terdiam, namun ia mengangguk dan kembali fokus pada sang pembawa acara yang tengah berdiskusi dengan salah satu staf. Ia berbalik dengan senyum sumringah yang tidak mampu menyamarkan ketamakannya.

“Hadirin sekalian, maaf membuat kalian menunggu lama. Saya baru saja mendapat harga awal untuk demi human sekaligus tamer ini. Mari kita mulai dengan 50 juta Furst!” sahutnya. Saciel melongo.

“Wah gila, harga segitu masih bisa dijangkau semua kalangan,” celetuk Saciel santai. Phillip mendengus, lalu mencoba menunggu yang lain meneriakkan harga.

“60 juta!”

“80 juta!”

“100 juta!”

“300 juta!” celetuk Phillip.

“300 juta! Adakah yang berani menawar lebih tinggi?” celetuk sang pembawa acara. Saciel nyaris mengulum senyum puas ketika suara Julian membuyarkan kebahagiaannya.

“700 juta,” ujarnya santai.

“Sialan, langsung dua kali lipat. 800 juta!” decih Phillip.

“850 juta,” balas Julian. Phillip memucat, tabungannya tidak akan cukup memenuhi harga yang melebihi penawaran Julian. Kezia panik, sementara Max diam sejenak dan berpaling pada Saciel yang mengulum senyum penuh kemenangan. Ia berdecih.

“Tolong,” ujarnya lirih, menahan rasa malu akibat memohon pada penyihir yang menurutnya lebih rendah darinya. Saciel menepuk pelan lengannya dan merebut papan nomor dari Phillip lalu berkata lantang hingga semuanya terdiam.

“1 miliar Furst.”

Cukup lama ruangan itu senyap, namun sang pembawa acara segera sadarkan diri dan mengetuk palu kecil pada mejanya dengan semangat membara.

“Terjual untuk meja 20 seharga 1 miliar! Dengan ini lelang telah berakhir! Bagi para hadirin yang berhasil membeli barang lelang silakan langsung menuju belakang panggung untuk mengurusnya. Selamat siang dan sampai jumpa di lain waktu!” ujarnya mengakhiri. Saciel menghela napas dan menyandarkan diri pada kursi, mengabaikan bisikan orang-orang yang mengarah padanya. Kezia langsung melompat memeluknya seerat mungkin hingga ia nyaris kesulitan bernapas.

“Terima kasih, Kak,” bisiknya disela isakan tangis kebahagiaan. Saciel mengelus kepalanya selembut mungkin dan mengangguk, lalu melirik Max yang mengangguk sebagai tanda terima kasih. Ia menyerahkan Kezia pada Max dan bangkit berdiri.

“Kau bersama mereka saja, Phillip. Aku akan segera kembali,” ujarnya sembari berjalan menuju belakang panggung yang penuh dengan para pembeli dan barang koleksi. Sang pembawa acara langsung mendekatinya dengan senyum licik.

“Halo, Nona. Meja nomor 20, pembelian demi human bukan?” sapanya. Saciel menyeringai.

“Aku tidak menyangka kau yang akan turun tangan,” sindirnya santai.

“Karena nominal milik Nona sangat besar, tentu saja harus mendapatkan pelayanan terbaik. Mari ikut saya, koleksinya ada di tempat yang khusus untuk Nona,” ujarnya sembari mengajaknya ke sebuah ruang santai berisi sofa empuk dari beludru, meja dan juga kerangkeng besar berisi Nero yang menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Seorang pelayan masuk dan meletakkan secangkir teh beraroma melati bercampur citrus, namun Saciel hanya melihatnya tanpa menyentuhnya.

“Tidak ada racun di dalamnya, Nona. Anda tidak perlu cemas,” ujar sang pembawa acara kalem.

“Oh tidak, aku hanya tidak suka berlama-lama di sini. Jadi lebih cepat lebih baik karena aku sibuk,” balasnya sembari mengeluarkan sebundel cek dari balik jubahnya. Ia menulis nominal, membubuhkan tanda tangan dan memberikan lembaran itu padanya.

“...Nona tidak takut jika saya melaporkan pada pihak berwenang?” tantangnya sembari menerima cek itu dan menggoyangkannya.

“Kau mau mempertaruhkan reputasi kalian sebagai pedagang barang ilegal? Di samping itu, cek itu akan sia-sia jika kau melakukannya,” balasnya kalem. “Aku tidak akan bertindak ceroboh jika jadi kau.”

“Nona benar sekali. Baiklah, semuanya sudah sesuai,” ujarnya puas. Ia membuka kandang dan menarik Nero keluar, lalu memberikan kunci lain pada Saciel, namun ditolaknya mentah-mentah.

“Langsung buka saja kalung lehernya.”

“Nona, bagaimana kalau dia menyerang Anda? Meski dia bukan tipe petarung, dia bisa menyakiti Nona,” tanyanya ragu.

“Dia tidak akan mampu membunuhku, jadi lakukan saja,” balasnya santai. Sang pembawa acara menyerah dan melepas kalung leher Nero sesegera mungkin, lalu memberi hormat dan meninggalkan mereka begitu saja. Saciel memberinya tudung dan topeng, namun kata-kata Nero membekukannya.

“Kenapa aliran manamu sangat kacau? Baru kali ini kutemukan seorang penyihir sekarat karena hal sepele.”

Episodes
1 Prolog
2 Kisah Sang Penyihir Muda
3 Sisi Gelap Kuil Oorun
4 Tuduhan dan Hukuman
5 Penculikan dan Kabur
6 Terdampar
7 Pertemuan
8 Festival Matahari Merah dan Rumor
9 Penyelamatan
10 Drama di Chasata
11 Sang Kegilaan Phoenix
12 Taruhan Maut
13 Kematian sang Marquess Phoenix
14 7 Eternal Wizards
15 Perburuan
16 Duchess Rosemary and Lady Schariac
17 Play with Fire
18 Penghuni Hutan Suci
19 The Alpha Dragon
20 The Elf Territory
21 The Tamer
22 Phyton Wizard
23 Hellhound
24 Dying
25 Quarrel and Memories
26 Nightmare of a Witch
27 Sang Pengintip Ramalan
28 Taming the Monster
29 A New Contract
30 Menyusun Rencana
31 Archolen dan Alkemis
32 Cerita Lama
33 Permulaan
34 Tabir Neraka
35 Alkimia
36 Sang Marchioness dari Mizuki
37 Kegagalan
38 Adu Tanding
39 A Strange Kid
40 Primordial God of Sea, Pontus
41 Akhir Perdebatan
42 Penyusup
43 Cobaan Dewa Primordial
44 Game On
45 Menghilang
46 Broken Rules
47 Ilmol Hwangmok
48 Sudden Request from Ceshier
49 Tsar and Tsarina Ata Lafoia
50 Chaos
51 Another Monster
52 Portal dan Penyerangan
53 The Half God, Vatra
54 Awal Perang
55 Kangen
56 Kiss Under the Moonlight
57 Broken
58 Dewa Oorun
59 Father and Son
60 Anggrek Onyx
61 Burden
62 Depression
63 Secret Recipe
64 Desperate
65 The Rebirth of Tania Schariac
66 Betrayal
67 Kesibukan Calon Putri Mahkota
68 Ramuan
69 Keluar dari Penjara
70 Revolution
71 Wishes and Hopes
72 Before Coronation
73 The Coronation
74 Step One
75 Empress' Trial
76 Ceshier in Danger
77 Dancing Devil
78 Death vs Death
79 Funeral, Pain and Healing
80 Dilemma
81 Execution
82 A Small Fight
83 Leisure Day
84 Step Two, On Fire
85 Gorgon's Curse
86 Festival of Death
87 Perseteruan
88 Hidden Card
89 Lolos
90 The Dying Avant Heim
91 Cerlina and the Alpha Dragon
92 The Axe of Minotaur
93 Pencarian
94 Show Off
95 Jalan Buntu
96 Puzzle
97 The New Spring
98 Mirror
99 Conceal the Power
100 Temporary Solution
101 Langkah Terakhir
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Prolog
2
Kisah Sang Penyihir Muda
3
Sisi Gelap Kuil Oorun
4
Tuduhan dan Hukuman
5
Penculikan dan Kabur
6
Terdampar
7
Pertemuan
8
Festival Matahari Merah dan Rumor
9
Penyelamatan
10
Drama di Chasata
11
Sang Kegilaan Phoenix
12
Taruhan Maut
13
Kematian sang Marquess Phoenix
14
7 Eternal Wizards
15
Perburuan
16
Duchess Rosemary and Lady Schariac
17
Play with Fire
18
Penghuni Hutan Suci
19
The Alpha Dragon
20
The Elf Territory
21
The Tamer
22
Phyton Wizard
23
Hellhound
24
Dying
25
Quarrel and Memories
26
Nightmare of a Witch
27
Sang Pengintip Ramalan
28
Taming the Monster
29
A New Contract
30
Menyusun Rencana
31
Archolen dan Alkemis
32
Cerita Lama
33
Permulaan
34
Tabir Neraka
35
Alkimia
36
Sang Marchioness dari Mizuki
37
Kegagalan
38
Adu Tanding
39
A Strange Kid
40
Primordial God of Sea, Pontus
41
Akhir Perdebatan
42
Penyusup
43
Cobaan Dewa Primordial
44
Game On
45
Menghilang
46
Broken Rules
47
Ilmol Hwangmok
48
Sudden Request from Ceshier
49
Tsar and Tsarina Ata Lafoia
50
Chaos
51
Another Monster
52
Portal dan Penyerangan
53
The Half God, Vatra
54
Awal Perang
55
Kangen
56
Kiss Under the Moonlight
57
Broken
58
Dewa Oorun
59
Father and Son
60
Anggrek Onyx
61
Burden
62
Depression
63
Secret Recipe
64
Desperate
65
The Rebirth of Tania Schariac
66
Betrayal
67
Kesibukan Calon Putri Mahkota
68
Ramuan
69
Keluar dari Penjara
70
Revolution
71
Wishes and Hopes
72
Before Coronation
73
The Coronation
74
Step One
75
Empress' Trial
76
Ceshier in Danger
77
Dancing Devil
78
Death vs Death
79
Funeral, Pain and Healing
80
Dilemma
81
Execution
82
A Small Fight
83
Leisure Day
84
Step Two, On Fire
85
Gorgon's Curse
86
Festival of Death
87
Perseteruan
88
Hidden Card
89
Lolos
90
The Dying Avant Heim
91
Cerlina and the Alpha Dragon
92
The Axe of Minotaur
93
Pencarian
94
Show Off
95
Jalan Buntu
96
Puzzle
97
The New Spring
98
Mirror
99
Conceal the Power
100
Temporary Solution
101
Langkah Terakhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!