“Malik?” Aku cukup terkejut melihat Malik didepan kamarku sekarang.
“Ke-kenapa kamu ada di sini?” tanyaku takut, karena untuk pertama dalam sejarah hidupku ada santriwan yang menemuiku dan langsung datang ke depan kamar asrama.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling berharap tidak ada satupun santriwati yang melihat apalagi sampai ustadzah, bisa-bisa aku langsung dikeluarkan dari pesantren. Dan untungnya nasib baik masih memihak padaku.
“Aku butuh bantuan kamu, ” jawab Malik datar, matanya menatap lurus terlihat sedikit kosong namun aku masih bisa melihat jelas ada sedikit kebingungan di sana. Aku masih tak percaya, Malik bisa masuk ke asrama putri seperti ini.
“Boleh saja, tapi nggak sampe nyamperin kek gini juga kali.” ini anak bener-bener dah, beraninya patut dikasih jempol empat.
“Tolong aku... aku...”
Aku membelalakkan mata tidak percaya, belum saja Malik menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja tubuhnya terbelah menjadi dua. Mempertontonkan organ dalamnya yang mulai beserakan.
“Malik…ka-kamu…”
Belum hilang rasa kagetku karena melihat hal yang diluar nakar, entah siapa yang menarik potongan tubuh Malik yang sudah tidak berbentuk sempurna itu, menyeretnya dengan kasar hingga meninggalkan noda darah di setiap jalan yang dilalui.
“Malik!” pekikku keras. Ini tidak bisa dibiarkan, apa setan nggak pernah belajar tentang pancasila ke lima, padahal di sana sudah jelas disebutkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Setan biarpun jelek-jelek begitu, mereka juga termasuk rakyat indonesia karena tinggal di wilayah indonesia. Dan sepatutnya mereka mengikuti peraturan pemerintah. Bukan malah main seret-seret kayak gini.
Astaghfirullah, sadar Ra! Namanya juga setan, mana bisa mengikiti peraturan pemerintah.
Aku segera mengejar makhluk yang menyeret potongan tubuh Malik, entahlah itu beneran setan atau apa. Aku benar-benar tidak bisa melihat dia.
Entah mendapat keberanian dari mana, Aku pungut potongan tubuh Malik yang terlepas dari badannya, dan sekarang tanganku benar-benar dipenuhi oleh darah, aku menguatkan diri untuk tidak mual dan takut.
“Ra stop! Jangan diterusin! ”
suara itu aku kenal, dan jelas sekaki itu suara milik Malik, tapi bagaimana bisa? Sedangkan bagian tubuhnya sendiri sedang ada di tanganku.
Aku menelan salivaku beberapa kali, mencoba menetralisirkan rasa takut yang mulai aku rasa. Aku membalikkan badan memastikan siapa yang berbicara.
“Malik…ba-bagaimana bisa?” Aku menatap ke arah bagian tubuh Malik yang tadi aku pungut, dan kini sudah berubah menjadi belatung dan beberapa hewan melata lainnya. Aku mencoba membuang mereka yang kini mulai menggerogoti tanganku.
“Hihihihi!!!”
Aku mengedarkan pandangan mencari sumber suara itu.
“Ra awas!”
Aku segera menoleh mendengar Malik berteriak
“Akhh!”
👽
Aku terbangun dari mimpi yang lagi-lagi seperti menyiksaku. Aku segera bangkit mencari cermin. dan benar saja leherku semakin terlihat membiru.
Aku memandang leherku yang membiru dipantulan cermin. Aneh, kenapa luka di leherku tidak menghilang seperti yang terjadi di sikuku.
Aku menarik napas dalam-dalam berharap kejanggalan ini akan pergi bersama hembusan napas yang aku buang. Aku bersandar ditepi lemari menikmati kesunyian yang jarang sekali aku rasakan.
Ya sekarang aku lagi sendiri, teman-temanku kembali ke kelas setelah mengantarkan aku pulang ke asrama. Rasanya aku tidak sanggup untuk mengikuti pelajaran selanjutnya, aku yakin kejadian tadi sudah jadi trending topic di pesantren ini sekarang, mengalahkan berita tenggelamnya aku kemarin di sumur.
Dan sekarang aku berada di asrama sendiri terbangun karena mimpi yang menurut akal fikiranku semakin tidak masuk akal
“Masih belum terbiasa juga?”
pertanyaan itu spontan membuat aku kaget, perempuan itu lagi. Sepertinya dia setan baik-baik. tapi apa benar setan ada yang baik? entahlah, selama dia tidak menyakiti aku, lebih baik aku respon dia.
"Kenapa kamu kesini?" tanyaku ketus. Sugguh mau dia setan ataupun ratu setan sekalipun, kalau mood aku lagi berantakan kayak gini jangan harap aku halusin.
"Wah, sudah nggak takut ternyata,"jawabnya enteng, namun dia masih membelakangiku.
"Kamu setan kan, terus mau ngapain disini? mau nakutin? Percuma aku gk takut! Beban hidupku jauh lebih menakutkan dari kamu!"
Dia menghilang, dan tiba-tiba muncul di hadapan aku, mukanya hanya berjarak 5 cm dari wajahku.
"Mundur! Kamu bau. Belum mandi ya?" Kata aku jujur.
"Emangnya makhluk kayak aku ada yang mandi?" Sungguh pertanyaan yang begitu polos.
"lah kok nanya aku? yang jadi setan siapa? yang di tanya siapa, aneh banget, " kata ku sembari menepis mukanya agar menjauh. Dia terdiam, dan lagi-lagi menghilang.
Aku menyenderkan kepala di tembok, memijat pelipisku yang terasa pening. Itu beneran setan atau apaan sih? kagak ada pintar-pintarnya, polos banget.
"Ra" aku menoleh mencari sumber suara.
"Tolong aku.."
Deg!!
suara itu, persis seperti di dalam mimpiku tadi. Aku menggeleng mencoba menolak firasat-firasat buruk yang mulai berkeliaran di kepalaku.
"Aku butuh bantuan kamu Ra...to-long!" Suara itu semakin menggema memenuhi kamar tempatku sekarang.
"Hihihi!!"
aku menutup telinga berusaha tak menghiraukan suara itu,
"jangan terpancing Ra, mereka hanya ingin membingungkanmu. " Aku kenal suara ini, ini suara perempuan yang tadi. Tapi apa maksudnya? dan dari mana dia tau namaku.
"Aku mo-hon... to-long, akh!!!"
"Stop!!!!!!!" Aku berteriak berharap suara itu cepat menghilang. Sungguh hidup seperti ini benar-benar nggak ada enaknya.
"Hihihihi!!"
" Keluar Ra... cep-at ke-luar akhh!!!"
Aku berlari kearah pintu, lebih baik aku keluar daripada harus mendengar jeritan seperti ini. Aku terus saja berteriak sembari kakiku terus berlari ke arah pintu.
Brak!!!
Pintu itu tiba-tiba tertutup menampakkan sosok Himmi yang kini tengah menatapku tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments