Melihat Mereka

Ku langkahkan kaki dengan cepat, menyusul ketertinggalan dari teman-teman. Senyum di bibirku tak kunjung pudar.  Aku memang orang yang tak pandai menyembunyikan rasa, apalagi menyangkut tentang dia.

Aku terus menunduk sembari menyeimbangi langkah dengan yang lain. Aku nggak ingin mereka melihat rona di pipiku sekarang yang mungkin nampak begitu jelas.

Kuhentikan langkah, dengan keadaan masih menunduk aku terdiam . Ada apa dengan telingaku sekarang? Sepertinya ada yang tidak beres.

Dari ekor mataku, aku bisa melihat banyak orang yang sedang berlalu lalang, itu pasti santriwati yang hendak pergi ke majelis untuk berjama'ah. Tapi kenapa di antara mereka sekilas ku lihat kaki mereka  ada yang mengganjal. Aku sudah tidak tahan lagi, rasa penasaranku lebih besar dari rasa takutku.

Aku tau ini sudah hampir adzan magrib, dan seharusnya aku bergegas buat balik ke asrama bukan malah mematung kayak gini.

Seketika aku merasa berhenti bernafas, ketika kepalaku berhasil ku cengakkan. Pemandangan yang ku lihat sekarang begitu mengerikan.

Belum sempat suaraku keluar dari tenggorokan,  kurasakan sebuah tangan membungkam mulutku dari belakang. tangan itu hanya terasa namun tak terlihat nyata.

"Bersikaplah biasa saja, berpura-puralah seperti kamu tidak melihat mereka."

Bukannya tenang, aku malah semakin panik. Dan rasa takut ku semakin tak terkendali.

Aku menjerit histeris, meskipun tangan itu masih membungkam mulutku, Namun suaraku mampu terdengar oleh makhluk yang baru kali ini aku lihat.

Si pemilik tangan menarik tubuhku ke belakang hingga terjatuh. Sakit? Tentu saja. Namun rasa takutku masih jauh lebih besar.

Semua Makhluk-makhluk aneh itu memandang ke arah ku, dengan tatapan yang tak bisa aku definisikan.

Ingin rasanya aku memejamkan mata, tapi yang ku lakukan malah sebaliknya. Aku menatap mereka satu persatu, membuat kecurigaan di mata mereka.

"Itu manusia kenapa?"  Aku mendengar suara orang bertanya dari arah samping kanan.

"Jangan melirik begok! nanti kamu bisa habis sama mereka"

Mendengar hal itu, aku tegakkan lagi kepalaku yang hampir saja secara sepontan ingin menengok ke sumber suara tadi.  Dari pada mati muda lebih baik aku turutin apa kata makhluk yang ada di belakang ku.

"Biasa kau tau kan , kalau aku sukanya usil"

"Aku sarankan Jangan sakiti manusia kalau mereka tidak punya salah"

Ma syaa Allah ternyata makhluk kayak mereka punya sisi baik juga.  Ingin rasanya aku melirik, tapi aku juga nggak mau mereka tau kalau aku bisa melihat mereka.

Aku punya ide, untung otak cerdasku cepat berfungsi. Aku sengaja mengedarkan pandangan ku ke segala arah, namun sengaja menatap ke tepat yang memang tidak ada mereka agar mereka tidak curiga.

"Subhanallah, walhamdulillah Allahuakbar.."  Aku memuji kebesaran Allah dalam hati. Ternyata Makhluk kayak mereka ada yang ganteng juga. Oppa-oppa korea mah kalah.

" Iya lain kali aku pertimbangkan saran mu" Aku tersadar bahwa masih ada satu makhluk yang berada tepat di belakang ku.

"Ra!" Terdengar suara Iqlima dari kejauhan, sebenarnya bukan jauh hanya saja suara Iqlima tenggelam oleh suara-suara dari makhluk yang tak kasat mata ini.

Aku melihat Iqlima berjalan cepat ke arah ku. tunggu-tunggu jika Iqlima berjalan lurus otomatis dia akan menabrak seorang wanita yang  kepalanya terbalik.

Aku bersiap-siap berteriak, memberi tahu Iqlima. Tapi lagi-lagi tangan dingin tak kasat mata itu menutup mulutku.

" Nih manusia satu, dengernya pakai dengkul kali yak. Udah aku bilang jangan teriak. Teman kamu nggak bakalan kenapa-napa."

Ok aku pegang perkataannya, jika terjadi apa-apa sama Iqlima aku pastiin tamat riwayatnya sebagai setan.

Aku memejamkan mata, tak ingin menyaksikan ketika tubuh Iqlima benar-benar menabrak wanita itu. Tapi lagi-lagi tangan usil itu menarik bagian atas kelopak mata ku, agar aku melihat apa yang terjadi.

"ah tembus "  Ucap ku tak percaya saat tubuh Iqlima dengan mudahnya melewati tubuh wanita itu.

" Emang manusia ya, dikasih otak tapi yang di pakai malah pantat buat mikir"

Aku menggeram dalam hati.  Jadi setan kenapa cerewet sekali. Mengalahkan cerewetnya emak-emak arisan.

Aku melihat Iqlima yang terdiam sejenak setelah menabrak tubuh wanita itu. Tangannya mengusap tengkuknya yang entah ia rasakan bagaimana. Ia menggeleng sesaat sebelum melanjutkan langkahnya mendekatiku.

"Kamu kenapa?" Suara Iqlima bertanya setelah sampai di depan ku.

Aku kembali mengedarkan pandangan ku ke arah makhluk-makhluk ghaib ini.

Mereka terlihat acuh dengan keberadaan kami.

Mungkin perkataan setan cerewet ini ada benarnya, aku harus tetap berpura-pura tidak melihat mereka.

"Ra "

Aku kembali fokus pada Iqlima. Aku nggak boleh cerita sama dia tentang apa yang aku lihat. Nanti dia malah takut.

"A-aku tadi nggak sengaja injak kerikil. Jadinya terpeleset" Semoga alibiku mempan.

"Ya sudah sini aku bantu, kita harus cepat-cepat balik ke asrama"

Aku mengangguk lalu membalas uluran tangan Iqlima. Dengan cepat aku menghadap belakang setelah posisi berdiri ku sempurna.

Meski takut aku harus tau siapa setan yang dari tadi berbicara dengan ku.

Tapi tak ada apapun di belakang. Kenapa makhluk yang lain bisa ku lihat tapi dia tidak bisa ?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!