"A-aku tadi nggak sengaja injak kerikil. Jadinya terpeleset." Semoga alibiku bisa diterima oleh Iqlima.
"Ya sudah sini aku bantu, kita harus cepat-cepat balik ke asrama. "
Aku mengangguk lalu membalas uluran tangan Iqlima. Dengan cepat aku menghadap belakang setelah posisi berdiriku sempurna.
Meski takut aku harus tau siapa setan yang dari tadi bersuara di belakangku.
Tapi tak ada apapun di belakang. Kenapa makhluk yang lain tampak jelas di mataku sedangkan dia, tidak bisa terlihat sedikitpun?
...👽...
Aku menggenggam erat tangan Iqlima, berusaha tidak menghiraukan makhluk-makhluk yang saat ini tiba-tiba bisa aku lihat. Semakin aku takut mereka malah terlihat semakin banyak.
Aku merasakan tangan kiriku di genggam, ini pasti setan yang cerewet tadi. Karena cuma dia yang tidak bisa aku lihat. Padahal jaraknya begitu dekat denganku.
Dia tertawa cekikikan membuat bulu romanku berdiri.
"Udah, deh jangan ketawa!" bentakku sebal. Karena tertawa yang dia perdengarkan membuat rasa takutku semakin besar.
"Kapan aku ketawa Ra?"
Suara Iqlima menyadarkanku, kalau aku masih bersama dia. Gara-gara setan sialan itu , sekarang aku harus buat alibi seperti apa supaya Iqlima tidak curiga.
Lagi-lagi tawa itu terdengar. kalau aku bisa melihatnya, aku benar-benar akan merontokkan gigi-giginya. Ternyata bukan manusia saja yanh bisa menyebalksn, tapi setanpun bisa.
"Ra, kamu nggak ,,,"
" Tadi itu, e-e aku bicara sama diri sendiri Ma, Soalnya tadi aku mau ketawa gara-gara keingat caraku jatuh tadi. Tapi ini kan sudah mau magrib. Nanti santri yang lain mengira yang tidak-tidak. "
Iqlima mengangguk paham, lalu kembali melanjutkan langkahnya. Aku harus bisa mengendalikan rasa takutku jika tidak ingin mengundang kecurigaan dari mereka atau manusia sekalipun.
...👽...
Setelah selesai wudhu, Iqlima bergegas pergi ke majelis bersama yang lain, sedangkan aku diminta untuk tetap beristirahat, sampai tenagaku pulih kembali.
Kalau dalam situasi biasanya sih aku akan menerima dengan senang hati. Tapi dengan keadaan mataku yang sekarang, apakah aku berani sendiri di dalam kamar? Namun, mau bagaimanapun, aku harus menurut.
Setelah kepergian teman-temanku, aku berusaha merileksasikan diri supaya rasa takut itu tidak muncul lagi.
Dan berhasil, setelah hampir setengah jam suara-suara yang aku dengar tadi mulai menghilang. Aku berjalan ke arah pintu memastikan kalau makhluk-makhluk ghoib itu tak ada lagi yang berlalu lalang.
Aku bisa bernapas lega, ternyata dengan menghilangkan rasa takut mereka akan pergi.
"Alhamdulillah," lirihku Kemudian kembali ke dalam kamar untuk sholat magrib setelah itu istirahat.
Aku berjalan ke arah gantungan baju untung mengambil mukenah. Tempat gantungan yang cukup sempit dan gelap membuatku ingin cepat-cepat kembali ke tempat tidur.
"hai!"
Suara sapaan itu membuat kepalaku menoleh sendiri ke sumber suara.
Aku menelan salivaku beberapa kali, aku kali ini berusaha untuk tidak takut. Meski pada nyatanya, retinaku kembali menangkap hal yang tak wajar.
Perasaan tadi di sini aman-aman saja setelah aku tenang. Tapi kenapa Aku malah bertemu dengan wanita itu lagi, dan kini dia tepat berada di atasku, bergelantungan menutupi cahaya lampu kamar.
"tenang Ra, tenang. "
Aku berusaha menenangkan diri. Dari kemarin ini kan yang aku mau, bisa bertemu dengan wanita di dalam sumur itu.
Aku menatap dia lagi, dan dia sekarang menunjukkan senyum yang pernah beberapa kali ditampakkannya ketika kami bertemu.
Aku gagal, rasa takut mulai merasukiku lagi. Dan suara-suara aneh itu samar-samar mulai terdengar. Semakin kutakut suara-suara aneh itu semakin jelas.
Aku beristigfar dalam hati, mungkin saja dengan beristigfar aku bisa kembali tenang.
Dengan rasa takut yang masih aku rasakan, aku memberanikan diri untuk melihat kembali ke arah wanita itu.
Namun ada yang aneh, perlahan-lahan bagian-bagian tubuh wanita itu hilang. Digantikan dengan munculnya beberapa sosok makhluk lain yang tak kalah menyeramkan dari dia.
Jika seperti ini terus, apa aku bisa tahan untuk terus melanjutkan hidup di asrama ini. Ya Allah Rara takut.
"Kontrol rasa takut kamu, kalau kamu masih ingin hidup nyaman. " Suara itu tepat berada di sampingku, menimbulkan rasa dingin di telinga. Aku menoleh tak ada apapun di sampingku. Ini pasti setan cerewet yang tadi.
Aku mencoba menuruti. Ku tarik napas beberapa kali sambil mengucap banyak istigfar dalam hati. Dan akhirnya aku bisa. Perlahan-lahan suara-suara itu menghilang, begitupun dengan sosok-sosok yang menyeramkan tadi.
"Gimana, sudah tenang?"
Aku sedikit kaget dengan suara yang kembali menimbulkan sensasi dingin di telingaku.
kali ini aku nggak boleh takut sedikitpun. Dengan berani dan menampakkan muka geram aku menoleh.
"Oh ternyata kamu!" Hardikku ketika melihat wanita yang tadi. Dia memperlihatkan senyum mengerikannya. Lalu menghilang dari sampingku.
Aku bisa merasakan kemana dia berpindah, ya karna dari tubuhnya terasa jelas hawa dingin yang menyelimutinya.
Dia kembali muncul di atas lemariku. Tak lupa memberikan senyum seperti biasa.
"Ini setan hoby selfi kali ya! " gerutuku lirih, hampir tak bersuara, karena aku takut juga jika makhluk itu ternyata memang bisa mendengarku.
"Aku dengar!" Hardiknya, Membuatku memberikan sebuah cengiran. Baru saja aku berpikir seperti itu, dan ternyata dia memang mendengarnya.
Percaya tidak, kalau aku seperti itu? Percaya tak percaya namun itulah yang terjadi.
Aku lihat dia merapikan Usus yang keluar dari baju panjangnya. Rasanya perutku mulai mual.
"Bisakah kamu pergi dulu? aku belum sholat magrib," Kataku pelan. Semoga setan ini punya pengertian.
Dia memandangku dengan mata putihnya. Sebelum dia menghilang tanpa berkata sedikitpun.
Aku bisa bernapas lega. Setidaknya dia bisa mengerti kalau ketenangan sangat di butuhkan ketika kita akan bersua dengan sang pencipta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments