Wirasti The Clairvoyance

Wirasti The Clairvoyance

Rumah Villa di bawah Harga

Sebut saja rumah villa, memang terlihat seperti villa tetapi bangunan lawas dan kelewat bersahaja. Terbengkalai? yep, sekilas memberi kesan begitu.

Wirasti memberi satu tafsiran bahwa rumah kosong seakan tidak bertuan itu mungkin telah lama sekali dibiarkan terbengkalai.

"Huft? lihat saja di sana sini nampak mulai rapuh, bagian bangunan sisi kanan nyaris ambruk. Bagian jendela dan pintu malah terlihat keropos, astajiiim ..." Wirasti terpekik kecil, sambil berlompatan mencari pijakan yang tepat agar tidak terperosok pada semak-semak tebal persis di muka serambi depan rumah villa.

****! pekik Wirasti lagi, rupanya telah salah berpijak.

"Ya, kan?" dengusnya agak kesal. Rerumputan menebal di pinggiran teras nampak menyamarkan keadaan sekitar, karuan ketika salah pijak tubuhnya langsung oleng!

"Nggak menutup kemungkinan bisa-bisa ada reptil tahu-tahu ngringkel di situ!" ujarnya sambil bergidik, ngeri.

Siang itu? Wirasti memang secara khusus mencuri waktu plus menyempatkan bertandang ke rumah villanya.

Eits, rumah villa?

"Sudah kubilang juga apa, huft!"

"Aku menyebutnya rumah villa,"

"Dari bentuknya tuh!"

Begitu orangtuanya mengatakan dan menyatakan telah, deal! bahwa pelunasan rumah terbengkalai itu telah beres. Wirasti pun memutuskan diam-diam ingin mencuri start, melipir sendiri ke rumah villanya.

Rumah berpagar setinggi dada orang dewasa itu nampak gerbangnya tergembok, tetapi Wirasti malah mencari jalan memutar.

Rupanya ada celah di sisi bangunan, untuk kesekian kalinya pekik kecil Wirasti terdengar lagi? "Astajiiim ... " begitu pandangannya terantuk pada celah pagar setengah bata namun tinggal menunggu ambruknya!

"Ah, betul-betul bapakku nanti harus keluar duit banyak untuk merenovasi semua bagian yang sudah aus!" Wirasti seperti sedang ngedumel.

Wirasti menyingsingkan blouse gombrongnya tetapi model setengah kemeja maskulin. Sambil sesaat menghentakkan sebelah kakinya yang terasa pegel, karena sedari tadi menyelusuri pinggiran teras dari ujung ke ujung sementara salah satu kaki bertumpu kuat supaya tidak jatuh!

Astaga, Wirasti cukup pemberani juga? walau vibesnya siang bolong tetapi kalau situasinya harus ditempuh sendirian?

"Nggak merinding, hei?"

Wirasti nyengir!

Bayangkan rumah villanya berada masuk kampung keluar kampung, lokasi sekitar sepi. Sumpah!

Hanya rumah villa saja yang terlihat bertengger di sana!

Sekitarnya hanya berupa kebun, iya kebun atau pekarangan milik penduduk.

Bahkan beberapa sudut nampak terdapat rimbun rumpun bambu, hiii? sepintas terekam di kepalanya aroma mistis?

Tahayul, eh!

"Sarang ... " celetuk ringan bibir Wirasti terdengar asal? bayangan mitos seram seputar rimbun hutan bambu berseliweran meresahkan pikirannya seketika?

"Eh, maksudku sarangheyo!" kekeh Wirasti kali ini benar-benar asal ceplos!

Tetapi, jika dicermati lagi dan lebih detil? tidak perlu melibatkan insting spesialnya. Sepintas perfomance bakal rumah hunian keluarganya sekian pekan ke depan?

Sempat membuatnya berpikir, lain? ups apakah itu?

"Hih, apes banget! kalau dipikir-pikir ngapain ortu pilih rumah terisolir begini?" cetus Wirasti, heran?

Tetapi? Wirasti seperti diingatkan kembali. Hei, bukankah ortu juga pernah bilang, "Rizki nomplok," kata beliau.

Pasalnya rumah villa bisa dibeli dengan harga? ya, di bawah harga, eh!

Nah, lho?

"Apa gue bilang, emphh?"

Ya, sudah! let's go!

Wirasti pun terus melakukan penelusuran sendirian siang itu. Bermaksud curi start ketika orangtua dan adik laki-lakinya belum samasekali berkunjung ke rumah villa.

Lewat samping rumah itulah meski gerbang digembok, yaelaa? gemboknya saja sudah karatan.

"Pantesan ya emang susah dibuka," kesaksian Wirasti kemudian ambil jalan muter!

Wirasti sosok perempuan beranjak dewasa tidak kaleng-kaleng, pemberaninya tersebut sejak bocil. Selain hobi klutusan anggap seperti kelakuan ngebolang dan psstt ... ada sisi keistimewaannya tuh!

Hei, nona?

Wirasti menajamkan penglihatannya?

Woeyy! terpukau sekian detik tatkala sepatu casualnya menyentuh pelataran tengah, Wirasti tengah berada di posisi bagian rumah tepat di tengah-tengah.

"Assalamualaina," sapa Wirasti, bahkan tadi juga sudah berkali-kali mengucap salam ketika yang dituju adalah suatu lokasi tidak berpenghuni.

Pandangan Wirasti pun berkeliling, menyapu hampir semua penjuru. Perasaannya langsung, tratap!

Merasa langsung ada yang berdesir, Wirasti hanya mencoba berinteraksi dengan hawa tidak enak yang pertama kali menyambutnya.

Perlahan Wirasti mulai merasakan, ada suatu tekanan yang mencoba mengintimidasi dirinya. "Sial," rutuknya.

Wirasti langsung merasakan sekitar areal menyimpan aura tidak enak, "Terlalu banyak hal yang bersarang di sini ... " gumam Wirasti agak was was?

Bukan apa yang ia lihat, melainkan apa yang ia rasakan. Merasakan dan melihat yang kemudian ia lakukan sudah tentu dengan cara berbeda.

Wirasti mundur selangkah, sambil menghembuskan napas.

Sungguh, visual yang kemudian bermunculan membuat dirinya shock walau sekitarnya masih suasana siang bolong!

"Apa yang bakal kuhadapi nanti? Secara ya ... sekadar survey kecil-kecilan begini saja sudah rupa-rupa yang bermunculan ... "

Wirasti berdiri, cemas.

Yep, bukan cemas karena mencemaskan dirinya sendiri karena dilanda sesuatu yang tiba-tiba menciutkan nyalinya?

Oh, tidak! tidak! Wirasti tidak mau dibilang nyalinya ciut!

"Aku nggak secemen itu!" hardiknya, muka imut manis itu langsung cemungut!

Meski sekilas? Wirasti yang menolak anggapan bahwa dirinya langsung ciut, sontak merasa tertantang!

"Justru aku mulai memikirkan banyak hal!" desisnya, Wirasti pun mengalihkan pandangannya ke lain arah?

Astaga, refleks bibir Wirasti dremimil melantunkan kalimat doa. Ber-istighfar sambil menyipitkan mata agar penglihatannya lebih jelas, keheranan Wirasti semakin memuncak.

"Di sini?"

"Spot!"

"Spot wingit,"

Ya, insting Wirasti cepat bergerak. Tidak perlu menunggu terlalu lama beberapa visual seakan tengah berebut? ngintip-ngintip dari kejauhan!

Bahkan yang berani mendekati dirinya pun tanpa segan memperlihatkan eksistensi?

Wirasti tanpa keder masih berdiri di sudut halaman tengah tanpa bergeming sementara sekian detik itu seakan dirinya telah dikepung oleh mereka yang tidak kasatmata.

Bukan Wirasti kalau tidak seberani itu, cukup bernyali ketika harus menghadapi hal-hal di luar nalar!

Itulah rupanya cara Wirasti menjajagi suatu keadaan yang belum dikenal sebelumnya.

Dengan dirinya lancang curi start sebelum orangtua dan adik laki-lakinya berkunjung ke rumah villanya, ternyata Wirasti sudah terlebih dulu melipir bahkan mengenali detil-detil yang seharusnya dihindari setiap orang.

Itu dia, Wirasti!

Bukan untuk menantang bahaya, tetapi aksi nyerempet-nyerempet seperti itu? Apa bukan membahayakan dirinya?

Sekali lagi Wirasti tidak menunjukkan sikap keder samasekali, masih dengan sikap penuh ketenangan menghadapi bermacam visual yang berada di sekitarnya.

"Aku tidak bermaksud mengganggu kalian, izinkan aku berada pada teritori kalian. Aku datang tidak untuk bermusuhan," sengaja Wirasti mengatakan seperti itu, sebagai sapaan pertama dirinya pada mereka.

Apakah dengan sikap dan keterbukaan yang ditunjukkan Wirasti pada mereka yang seolah mengepungnya itu mendapat respons?

Wirasti pun hanya bisa mengangkat bahu, "Ya, entahlah!" sambil berkata seperti itu? Wirasti berniat membalik langkah dan segera ngeleos pergi.

Huft, sungguh? sekalipun sanggup berada pada teritori mereka tidak urung Wirasti merasa ngap bin gerah selama berada di tengah- tengah mereka.

"Bagaimanapun mereka tetep saja kaum astral!" ujar Wirasti.

"Keberadaan mereka cenderung di tempat-tempat wingit? "

"Aku sudah curiga sejak awal tadi,"

"Atau bahkan, jauh sebelum tiba di sini. Ketika orangtuaku mengatakan kita mempunyai rumah villa ... "

Wirasti pun nyaris terbahak, ketika timbul isengnya menambahkan, " Rumah villa sudah murah, di bawah harga, malah dapat bonus hantu!"

Seketika Wirasti ke-distract, berarti? "Mulai sekarang akan timbul kejutan-kejutan, lebih-lebih jika nanti menetap dan mulai tinggal di rumah villanya ..."

"Aiishh? akan diribetkan oleh mereka," racau Wirasti kebayang di jidatnya jika rumah villa tersebut akan ditempati.

"Yeah, urusannya akan sedikit ribet emang!" ujar Wirasti dengan mimik serius.

Tebak tepat itu cepat atau lambat akan terbukti. Kecuali kalau tidak bermaksud menempati rumah villa tersebut dan terus membiarkan terbengkalai selamanya?

Hem, apa boleh buat? sang ortu sudah kadung tertambat dan menyukai rumah villa karena di bawah harga itukah?

"Di bawah harga? jatuhnya malah ketiban sial? berjibaku menghadapi teror mereka?" dengus Wirasti kendati dirinya tidak akan terlalu meladeni atau menggubris mereka nantinya.

Dalam pandangan kritis Wirasti kedua ortunya mungkin hanya berpikir dari segi, murah? samasekali tidak terbesit di balik rumah villa yang dibiarkan belasan tahun kosong terbengkalai? insting Wirasti sudah tidak enak terus.

"Astaga tanpa berpikir, bahwa harga yang murah tersebut ternyata ketrebelan bonus luar biasa?" cebik Wirasti, senyumnya pun langsung kecut?

Ck? tidak kecut bagaimana, coba? mereka yang tidak tahu menahu, yang tidak memiliki kemampuan ekstra, mereka yang serba awam? yah, tahunya hanya sekadar rumah kosong belasan tahun? sudah titik.

Tetapi, bagi Wirasti? beda lagi, bukan? ketajaman batinnya memberinya suatu clue! dirinya harus lebih mawas. "Sebetulnya ada apa?" pikir Wirasti sebelum mengendus keadaan sekitar.

Teka-teki tersebut belum terjawab, kalau bukan Wirasti harus mengacak-acak, menelusur, mengerahkan kemampuan ekstranya yang sebetulnya belum seberapa.

Rumah villa yang terbeli dengan harga di bawah PJOK setempat tersebut, kenapa banting harga? yah, gampang saja kan jawabannya? karena, menyimpan sesuatu.

Orang lain tahunya hanya sebuah rumah sekian lama dibiarkan kosong terbengkalai, pasti diliputi aura negatif dan spot angkerlah!

Well, asumsi semacam itu ya tidak salah. Lantas? Wirasti satu-satunya di internal keluarga tersebut yang akan menghadang suatu challenge? ishh!

Terpopuler

Comments

Amber Park

Amber Park

When Thrill Meets Humour Sense. Tokoh Utama Dalam Narasi Cerita Ini Saya Temukan Sangat Fleksibel. Ditengah Ketegangan, Bisa2nya Ia Berpleset-ria Dengan Mengeluarkan Statement : 'Sarangheyo' . Sarangheyo Nampaknya Terdengar Lebih 'welcome' Ketimbang 'Sarang Kuntilanak' lol

2023-07-29

1

Indwi Kusumodjati

Indwi Kusumodjati

opening digambarkan tentang tokoh utama Wirasti sekilas dengan kemampuan sepersekian indigonya

2023-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 Rumah Villa di bawah Harga
2 Penghuni Lain Rumah Villaku
3 Intuisi Wirasti
4 Malam Pertama di rumah villa
5 Damai itu indah
6 Sang Dedengkot
7 Perempuan Tua itu?
8 Siapa Takut?
9 Gercep
10 Naik Level?
11 Numpang rebahan, boleh?
12 Asumsi Lain
13 Mimpi Buruk Inkubus
14 Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15 Kupeluk Wirastiku
16 Cha Jae-hoo Sahabatku
17 Ada apa denganmu?
18 Kita Beda Alam, Jae!
19 Andai Bisa Kuputar Waktu
20 Angin Joseon
21 Alone But Never Lonely
22 Waas Niet Bang
23 Satu Petunjuk
24 Residual yang Tertinggal
25 Entitas Misterius
26 Jangan Terbawa Apriori
27 Cosplay Jadul
28 Aku Memanggilmu Nyai
29 Entitas Bergaun Hitam
30 Cinta Segitiga
31 Di ujung Rembang Petang
32 Mimpi Buruk
33 Noni Bersuara Sopran
34 Titik Impas
35 Bunker Kematian
36 Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37 Sebodoh Amat!
38 Dua Kutub yang Berbeda
39 Jugun Ianfu
40 Obyek Penderita
41 Distraksi
42 Sang serdadu Nippon
43 Tak Cukup Sedih
44 Alasan Berharakiri
45 Buah Simalakama
46 Perempuan Bergaun Broken White
47 Mevrouw Wie?
48 Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49 Pastry Croissantjes
50 Di ujung Konflik
51 Si Blasteran, Huh?
52 Dua Sisi Mata Uang
53 Moyang Buyutku?
54 Sentimen Negatif
55 Oh, nee! nee!
56 Kita bersaudara, bro!
57 Aku Sudah Tak Marah
58 Plot Twist
59 Monolog
60 Sosok di siang bolong
61 Semisterius Apa Dirimu?
62 Tabur Tuai
63 Aku Ingin Pulang
64 Menembus Tembok Kamarku
65 Mijn Nek Doet Pijn
66 Si Musuh Bebuyutan
67 Pandainya Bersilat Lidah
68 Bukan Suatu Mimpi Buruk
69 Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70 Khodam Leluhur
71 Di ujung Rembang Petang
72 Bisa kurasakan sedihmu
73 Pelarian Terakhir
74 Bayang-bayang Kenistaan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Rumah Villa di bawah Harga
2
Penghuni Lain Rumah Villaku
3
Intuisi Wirasti
4
Malam Pertama di rumah villa
5
Damai itu indah
6
Sang Dedengkot
7
Perempuan Tua itu?
8
Siapa Takut?
9
Gercep
10
Naik Level?
11
Numpang rebahan, boleh?
12
Asumsi Lain
13
Mimpi Buruk Inkubus
14
Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15
Kupeluk Wirastiku
16
Cha Jae-hoo Sahabatku
17
Ada apa denganmu?
18
Kita Beda Alam, Jae!
19
Andai Bisa Kuputar Waktu
20
Angin Joseon
21
Alone But Never Lonely
22
Waas Niet Bang
23
Satu Petunjuk
24
Residual yang Tertinggal
25
Entitas Misterius
26
Jangan Terbawa Apriori
27
Cosplay Jadul
28
Aku Memanggilmu Nyai
29
Entitas Bergaun Hitam
30
Cinta Segitiga
31
Di ujung Rembang Petang
32
Mimpi Buruk
33
Noni Bersuara Sopran
34
Titik Impas
35
Bunker Kematian
36
Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37
Sebodoh Amat!
38
Dua Kutub yang Berbeda
39
Jugun Ianfu
40
Obyek Penderita
41
Distraksi
42
Sang serdadu Nippon
43
Tak Cukup Sedih
44
Alasan Berharakiri
45
Buah Simalakama
46
Perempuan Bergaun Broken White
47
Mevrouw Wie?
48
Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49
Pastry Croissantjes
50
Di ujung Konflik
51
Si Blasteran, Huh?
52
Dua Sisi Mata Uang
53
Moyang Buyutku?
54
Sentimen Negatif
55
Oh, nee! nee!
56
Kita bersaudara, bro!
57
Aku Sudah Tak Marah
58
Plot Twist
59
Monolog
60
Sosok di siang bolong
61
Semisterius Apa Dirimu?
62
Tabur Tuai
63
Aku Ingin Pulang
64
Menembus Tembok Kamarku
65
Mijn Nek Doet Pijn
66
Si Musuh Bebuyutan
67
Pandainya Bersilat Lidah
68
Bukan Suatu Mimpi Buruk
69
Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70
Khodam Leluhur
71
Di ujung Rembang Petang
72
Bisa kurasakan sedihmu
73
Pelarian Terakhir
74
Bayang-bayang Kenistaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!