Andai Bisa Kuputar Waktu

Atas keluh kesah yang sampai padanya, Wirasti pun menjadi lebih iba terhadap Jae-hoo. Penuturannya terkait pasca kematiannya, hingga dirinya seolah dipermainkan sesuatu? tidak jelas harus ke mana, segalanya menjadi menjemukan.

Menanti? apa yang dinanti? begitu keluhan Jae padanya. "Kenapa Jae selalu diliputi keluh kesah?" ujar Wirasti saat menampung keluh kesah kawan baiknya, terbesit pikiran terkait Jae dalam menyikapi takdirnya.

Seakan tidak ada penuntun dan pedoman dalam menyikapi, Wirasti sempat bingung dan keheranan sendiri. Apalagi, bukankah Jae-hoo sudah tidak berpijak di muka bumi? kenapa harus merisaukan tentang dirinya ketika masih?

"Jae yang nahas, masih terlihat cinta dunia ... " sesal Wirasti menyayangkan sikap kawan baiknya, memang secara usia masih belia. Jae lupa, kali? bahwa semua yang bernyawa akan mati pada akhirnya. Dia pikir manusia akan hidup selamanya?

Sudah jelas, di sebuah ruang yang amat terjaga privacy-nya. Jae-hoo di rawat secara intensif berada di ruang ICU satu rumah sakit elite di kota Seoul, kedua orangtuanya dari kalangan the have hingga putra tunggalnya mendapat perlakuan ekstra selama sepekan dilarikan ke sebuah RS bonafide.

Sayang, harta berlimpah satu bentuk kemapanan keluarganya tidak akan mampu menebus segalanya, termasuk ketika Jae-hoo jatuh sakit dan akhirnya kritis karena endemik covid.

Sang ibu sedemikian shock, bahkan nyaris melakukan tindakan bundir begitu putra tunggalnya pergi selamanya. Cerita pilu tersebut disampaikan sepupunya, yah tempo hari sepupu Jae-hoo tersebut menghubungi Wirasti sebetulnya untuk konfirm terkait sertifikat studi bahasa Perancisnya.

Wirasti pun berpikir lebih dalam, "Nggak Jae, nggak ibunya? Keduanya nyaris sama ... " tunjuk Wirasti, seakan ada sudut yang sinkron diantara keduanya. Ibu dan anak tersebut? dalam satu hal bisa ditarik satu garis lurus yang sama.

"Aku kok berpikir ke arah itu, ya?" Wirasti mencoba mereka-reka atas temuannya.

"Baik Jae maupun ibunya, seperti ... emm? cetek atau dangkal pola pikirnya, nah itu dia!"

Belakangan ternyata diketahui? bukan mendiskreditkan suatu kultur, adat atau keyakinan seseorang. Ketika Wirasti sempat konfirm pada rekan lain yang satu negara dengan Jae-hoo? dugaannya mendekati kebenaran.

"Di negara kami? kau boleh sebut sekuleris. Mereka ada yang berkeyakinan, namun sekian persen tidak samasekali." tuturnya tanpa mau memerinci seperti apa penjelasannya secara akurat.

Wirasti pun tidak banyak menuntut agar pertanyaannya terjawab secara gamblang, rasanya kok tidak etis?

Oleh sebab itukah? bayangkan hidup tanpa sendi atau landasan apapun? jika itu sebuah bangunan tanpa tiang penyangga cukup kuat, entah apa yang terjadi, bukan?

"Melenyotlah," tukas Wirasti, secara logika dengan penjelasan dan contoh tersebut hal pertama kali melontar celetuk seperti itu!

"Bisa-bisa, ambruk dah!" timpal Wirasti, tidak bisa membayangkan keadaan terburuk bisa berlaku.

Hingga keadaan atau kondisi Jae-hoo memprihatinkan dirinya, terkatung-katung di wilayah negerinya sendiri namun jika dilihat secara mata batin.

Wirasti pun sampai dengan ringan hati menghimbau pada kawan baiknya? "Jae, kalau kamu mau ya sudah tinggallah di sini bersamaku,"

"Aku kok khawatir dengan keadaanmu, sudahlah kalau begitu jangan jauh-jauh dariku." ujar Wirasti membujuk kawan baiknya itu!

"Menetaplah di sini selama kamu suka, Jae." imbuh Wirasti masih terbawa sedih.

"Daripada kamu di sana tidak jelas apa yang harus kamu lakukan?"

Jae-hoo nampak terlihat serius, apa yang diucapkan sahabatnya tersebut memang ada benarnya juga?

Tenggat sekian hari kemudian clue atau tanda-tanda Jae-hoo berada di sekitarnya mulai terasa, dari sejak dia terlihat lewat akses mimpi seakan untuk pertama kalinya tiba di rumah.

"Jae seperti datang beneran, aku seperti melihatnya celingukan di muka pintu!"

"Iya, itu dia!"

"Mungkin itu cara Jae sekadar permisi pada tuan rumah?"

Setelah itu? Wirasti merasakan seakan, iya seakan? bisa diartikan sebagai pembahasaan dari sisi penglihatan istimewanya. Jae-hoo si kawan baiknya itu berada di sekitarnya. Wirasti merasakan sekali kehadiranmya, tidak jarang terkoneksi dengannya secara kontinyu.

Memang sih tidak secara langsung face to face, Wirasti kerap hanya merasakan kehadirannya atau bercakap secara telepati. "Lebih sering justru yang terakhir," tunjuknya karena terkoneksi intens seperti semuanya sudah di rongga kepala.

"Itu yang membuatku sering pusing!"

"Jae terus nyerocos seenak jidat, tapi ... yah? mau gimana lagi?"

"Curhat dan curcolnya cuma dengan cara seperti itu sih!"

Pernah? dia sempat bilang setengah protes, "Heh, ibu kamu tuh persis ibu-ibu Korea juga suka cerewet, kalau marah-marah nggak nahan!"

"Emang salah?" tukas Wirasti.

"Yah enggak sih, kalau marah suaranya keras. Kedengaran tuh sampai sini!"

"Oh, yaah?"

"Berisik,"

"Oh? kamu terganggu?"

Begitulah si Jae ketika melancarkan aksi protes kecilnya, setahu Wirasti sekalipun Jae-hoo tinggal satu atap eh rumah dengannya tetap saja ada sekat diantara mereka, beda dimensi namun satu lokasi yang sama.

Rumahnya ya itu-itu juga, tetapi Jae-hoo menempati sísi lain. "Itulah yang sering disebut dimensi parallel,"

Dimensi parallel berlaku seperti fenomena tentang rumah tinggalnya, di mana Jae-hoo ikut bersamanya tetapi berada di sisi lain.

Suatu yang fenomenal sebetulnya, sulit dipercaya, bukan?

Yep, di setiap bagian rumahnya sama persis dengan keberadaannya di alam sana. Hanya letak perbedaannya, rumahnya di sana sunyi, sepi, lengang bahkan seakan kedap. Namun yang jelas? akan beda pula penghuninya?

"Karena itu? bukan lagi aku, ibuku, Wisnu adikku dan si bibik asisten atau art di rumahku," tandasnya, mengutarakan sesuatu yang sulit dicerna akal.

"Emang sih, irasional!"

Berarti? Jae-hoo, iya Jae-hoo! tinggal di rumah pada dimensi lain uniknya satu lokasi rumah yang sama?

Makanya kadangn Jae-hoo selalu bilang? " Aku tuh kalau lagi jenuh, bisa bolak balik, tahu!"

"Apa maksudmu?"

"Iya, kalau lagi nggak mood di sini asal kamu tahu berarti aku sedang pulkam eh pulang!"

"Ke Seoul?"

"Yah!"

"Ohh ..."

Begitulah persahabatan Jae-hoo dan Wirasti tetap terjalin secara mengakrab satu sama lain, kadang tiba-tiba Wirasti merasa Jae-hoo sedang berada di sekitar ruang kamarnya.

"Hei, ngapain?"

"Nggak boleh?"

"Sshh, ssshh ... sana! aku mau ganti baju dulu!"

"Mau ganti baju ya ganti aja!"

"Heh!"

"Nggak mau aku tetap di sini,"

"Ck!"

"Kamu pikir aku mau nonton gratis? punya pikiran mesum? ya, enggaklah! kan aku sudah jadi hantu!"

"Isshh,"

Antara Wirasti dan Jae-hoo tidak jarang adu mulut kecil-kecilan, dan berakhir dengan candaan. Hal semacam itu? tidak pernah terjadi karena dulu Jae-hoo lebih suka mensetting dirinya serius, seakan hanya membatasi pada kebersamaan mengerjakan tugas, sudah titik.

Lantas sesalnya baru terungkap setelah pasca dirinya tiada. Betapa banyak hal yang ingin dilakukan bersama Wirasti, terutama? ketika dirinya menyadari perasaan aneh konotasinya ke mana lagi? kalau tidak dirinya semakin menyadari bahwa sempat menaruh hati?

"Aku terlambat menyadari," sesalnya diliputi gumpalan kesedihan, karena dirinya sudah tidak bisa kembali ke dunia ini.

Jae-hoo bisa bersikap sedemikian dalam seperti itu, dalam rabaannya Wirasti karena Jae-hoo mungkin tidak seperti mereka. Bisa jadi secara pola hidup telah mensetting dirinya sekuleris? bisa jadi menyerupai atheis yang tidak berkeyakinan apapun, dia pikir hidup ini gampang?

Bahwa kematian bukan akhir segalanya, ketika ajal menjemput? realitas pasca kematiannya menjadi satu sanksi dirinya terjebak pada situasi confused.

Wirasti hanya mereka-reka, "Jae-hoo pun tidak bisa kemana-mana, dia mungkin belum bisa sepenuhnya meninggalkan alam nyata walau sebetulnya itu satu dimensi beda. Tetapi masih bisa keluar masuk ke dimensi manusia, itulah parallel!"

"Entah, dia sampai kapan akan seperti ini?"

"Jika aku menahannya agar tetap tinggal di sini? aku tidak ingin dia kenapa-napa ... "

Wirasti langsung ingat seseorang sebagai pelaku bundir bunuh diri, dia tewas setelah loncat dari gedung sekolahnya empat lantai. Insiden tersebut terjadi di salah satu provinsi di China.

Apa kemudian yang terjadi? dia secara arwah seperti halnya Jae-hoo bertutur bahwa begitu seringnya ajakan-ajakan untuk mengikuti sosok entah? Wirasti pun tidak bisa menduga siapa mereka? namun yang jelas biasanya mereka lebih dedengkot, hingga membujuk-bujuk yang masih yunior akhirnya peran mereka? yang masih yunior akan ditunggangi oleh mereka dengan kepentingan tertentu.

"Jae-hoo jangan sampai mengalami seperti itu, kasihan dia!"

"Seandainya suatu hari dia pergi? dan tidak ada di sini lagi, biarlah pergi karena sesuatu yang membawanya dengan kebaikan ... " harap Wirasti, tiba-tiba matanya basah.

Tahu-tahu? dalam angan dan penglihatan batinnya, seseorang mendekat dan menyeka titik air yang menghangat di pipinya.

"Kenapa kamu menangis?" begitu katanya, karuan Wirasti gugup.

Ishh? Jae-hoo dengan rasa sayang menepuk-nepuk pundaknya. Ya, ampun? Wirasti sadar bahwa Jae-hoo hanyalah sosok tidak nyata?

Andai bisa memutar waktu? pria muda ala oppa-oppa asal Korsel tersebut, kawan baiknya satu angkatan studi bahasa Perancis secara online itu, dia pecinta sastra tetapi sudah lulus strata-1 studi Ekonomi dan baru meniti karir di sebuah Bank di kota Seoul.

Hem, putaran waktu itupun telah lama berlalu? baik Wirasti maupun Jae-hoo rasanya ingin kembali dan mengulang masa itu?

Terpopuler

Comments

Y.J Park

Y.J Park

Trust Me. Andai Waktu Dapat Diputar Kembali, Siapapun Akan Memiliki Kesempatan Untuk Dapat Memperbaiki, Tak Hanya Hubungan, Kedekatan, Ataupun Keadaan. Namun Juga Waktu Itu Sendiri. Setiap Manusia Pasti Pernah Menyiakan Kesempatan. Dan Itulah Yang Selamanya Akan Senantiasa Berada Di Sisi Seseorang Sebagai Sebagai 'Penyesalan Yang Disadari Setelah Waktu Melampaui Segalanya' . Sayangnya, Waktu Tak Pernah Memutar Kembali. Selayaknya Ia Tak Pernah Menua. Waktu Ialah Proses. Perjalanan. Dan Selagi Kehidupan Masih Berlaku Di Muka Bumi, Ia Akan Tetap Berjalan & Melampaui Setiap Proses. Semoga Sesal & Sesak Di Benak Wirasti Dapat Terobati Seiring Waktu.

2023-08-24

1

Indwi Kusumodjati

Indwi Kusumodjati

Oh, Wirasti? 😢

2023-07-11

2

lihat semua
Episodes
1 Rumah Villa di bawah Harga
2 Penghuni Lain Rumah Villaku
3 Intuisi Wirasti
4 Malam Pertama di rumah villa
5 Damai itu indah
6 Sang Dedengkot
7 Perempuan Tua itu?
8 Siapa Takut?
9 Gercep
10 Naik Level?
11 Numpang rebahan, boleh?
12 Asumsi Lain
13 Mimpi Buruk Inkubus
14 Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15 Kupeluk Wirastiku
16 Cha Jae-hoo Sahabatku
17 Ada apa denganmu?
18 Kita Beda Alam, Jae!
19 Andai Bisa Kuputar Waktu
20 Angin Joseon
21 Alone But Never Lonely
22 Waas Niet Bang
23 Satu Petunjuk
24 Residual yang Tertinggal
25 Entitas Misterius
26 Jangan Terbawa Apriori
27 Cosplay Jadul
28 Aku Memanggilmu Nyai
29 Entitas Bergaun Hitam
30 Cinta Segitiga
31 Di ujung Rembang Petang
32 Mimpi Buruk
33 Noni Bersuara Sopran
34 Titik Impas
35 Bunker Kematian
36 Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37 Sebodoh Amat!
38 Dua Kutub yang Berbeda
39 Jugun Ianfu
40 Obyek Penderita
41 Distraksi
42 Sang serdadu Nippon
43 Tak Cukup Sedih
44 Alasan Berharakiri
45 Buah Simalakama
46 Perempuan Bergaun Broken White
47 Mevrouw Wie?
48 Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49 Pastry Croissantjes
50 Di ujung Konflik
51 Si Blasteran, Huh?
52 Dua Sisi Mata Uang
53 Moyang Buyutku?
54 Sentimen Negatif
55 Oh, nee! nee!
56 Kita bersaudara, bro!
57 Aku Sudah Tak Marah
58 Plot Twist
59 Monolog
60 Sosok di siang bolong
61 Semisterius Apa Dirimu?
62 Tabur Tuai
63 Aku Ingin Pulang
64 Menembus Tembok Kamarku
65 Mijn Nek Doet Pijn
66 Si Musuh Bebuyutan
67 Pandainya Bersilat Lidah
68 Bukan Suatu Mimpi Buruk
69 Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70 Khodam Leluhur
71 Di ujung Rembang Petang
72 Bisa kurasakan sedihmu
73 Pelarian Terakhir
74 Bayang-bayang Kenistaan
75 Siapakah dia?
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Rumah Villa di bawah Harga
2
Penghuni Lain Rumah Villaku
3
Intuisi Wirasti
4
Malam Pertama di rumah villa
5
Damai itu indah
6
Sang Dedengkot
7
Perempuan Tua itu?
8
Siapa Takut?
9
Gercep
10
Naik Level?
11
Numpang rebahan, boleh?
12
Asumsi Lain
13
Mimpi Buruk Inkubus
14
Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15
Kupeluk Wirastiku
16
Cha Jae-hoo Sahabatku
17
Ada apa denganmu?
18
Kita Beda Alam, Jae!
19
Andai Bisa Kuputar Waktu
20
Angin Joseon
21
Alone But Never Lonely
22
Waas Niet Bang
23
Satu Petunjuk
24
Residual yang Tertinggal
25
Entitas Misterius
26
Jangan Terbawa Apriori
27
Cosplay Jadul
28
Aku Memanggilmu Nyai
29
Entitas Bergaun Hitam
30
Cinta Segitiga
31
Di ujung Rembang Petang
32
Mimpi Buruk
33
Noni Bersuara Sopran
34
Titik Impas
35
Bunker Kematian
36
Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37
Sebodoh Amat!
38
Dua Kutub yang Berbeda
39
Jugun Ianfu
40
Obyek Penderita
41
Distraksi
42
Sang serdadu Nippon
43
Tak Cukup Sedih
44
Alasan Berharakiri
45
Buah Simalakama
46
Perempuan Bergaun Broken White
47
Mevrouw Wie?
48
Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49
Pastry Croissantjes
50
Di ujung Konflik
51
Si Blasteran, Huh?
52
Dua Sisi Mata Uang
53
Moyang Buyutku?
54
Sentimen Negatif
55
Oh, nee! nee!
56
Kita bersaudara, bro!
57
Aku Sudah Tak Marah
58
Plot Twist
59
Monolog
60
Sosok di siang bolong
61
Semisterius Apa Dirimu?
62
Tabur Tuai
63
Aku Ingin Pulang
64
Menembus Tembok Kamarku
65
Mijn Nek Doet Pijn
66
Si Musuh Bebuyutan
67
Pandainya Bersilat Lidah
68
Bukan Suatu Mimpi Buruk
69
Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70
Khodam Leluhur
71
Di ujung Rembang Petang
72
Bisa kurasakan sedihmu
73
Pelarian Terakhir
74
Bayang-bayang Kenistaan
75
Siapakah dia?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!