Wirasti mempunyai aktivitas lain, sejak memasuki semester lima. Berarti tidak hanya sekadar menempuh studi formalnya melainkan menambah kesibukan dengan mendaftar sebagai peserta kursus bahasa asing, pilihannya justru bahasa Perancis.
Bimbingan dan sistim belajarnya langsung diakses dari lembaga pengelola terpusat di negeri asalnya, France.
Wirasti menjadi salah satu peserta diantara sekian peserta lain dari mancanegara. Akhirnya Wirasti mengantongi satu pengalaman unik, walau hanya belajar secara tutorial dan sistim online.
"Hanya, sayang ... " decihnya, karena pembelajaran berlangsung secara online, durasi waktu 2,5 jam. Pembelajaran setiap hari hanya bisa diakses via whatsApp selebihnya zoom meeting peserta dan tutornya.
"Ck, hidupku sekarang jadi jungkir balik. Awalnya seperti orang jetlag karena pembelajarannya berlangsung mengikuti waktu setempat, antara GMT dan WIB kan selisih 7-8 jam," mengatakan seperti itu hampir menyerupai suatu keluhan.
Sambungnya lagi, "Praktis setiap hari mengikuti kelas online selepas hampir tengah malam ... " ujar Wirasti, cerocosannya bisa panjang lebar.
Keadaan dirinya dengan schedule belajar online seperti itu membuat Wirasti menata ulang jadwal hariannya, terutama agar tidak berbenturan dengan studi formalnya yang menuntut keseriusan dan energi ekstra.
Jadwal perkuliahan dalam satu minggu ditempuh selama 4 hari, itupun sudah padat sejak pk 08.00 hingga pk 15.00 telah menyita tenaga dan pikirannya terkuras.
Untuk menjaga stamina biasanya sore sampai rumah, memperketat jeda waktu hingga malam hari untuk menggarap dan menyelesaikan tugas perkuliahannya. Sekalipun terasa jungkirbalik Wirasti tidak mau lebih parah akhirnya hanya bisa nyungsep, eh!
Larut malam sebisa mungkin mengistirahatkan agar tidak terlalu lelah fisik, antara 2-3 jam, selepas tengah malam musti bangun dan mengikuti kelas online-nya. Begitulah setiap satu pekan, tetapi untungnga jika tiba weekend waktu GMT diberlakukan mendapat jatah libur dua hari dari sabtu hingga minggu.
Selama sekian bulan kelas onlinenya berjalan progress yang didapat Wirasti sudah lumayan, selain kemajuan penguasaan tingkat pemula mempelajari bahasa Perancis, Wirasti mulai punya pengalaman mengenali teman satu peserta atau seangkatan dari berbagai negara.
Salah satunya yang sering mengakrab dengannya justru ada salah satu peserta dari negeri ginseng, dialah oppa-oppa!
Wuih, karakteristik oppa-oppa Korea sebagaimana yang ia temui di k-drama, k-pop, yang tengah viral dan jadi idola kawula muda negerinya. Siapa yang tidak berkiblat dan ngefans berat pada mereka cung?
"Wajah plastik mereka," sarkas Wirasti kadang bikin geli, mengatai prosedur oplas yang menjadi sasaran mereka dari berbagai kalangan berduit, ketika jumpa teman asal negeri tersebut tidak jauh-jauh dengan karakteristik muka mereka berhidung mancung, mata belok, wajah tirus.
"Rata-rata muka oplas ya begitu adanya," ujar Wirasti, tanpa maksud meremehkan.
Profil seperti ciri-ciri tersebut langsung terdeteksi olehnya, Cha Jae-hoo. Begitu namanya, dia cowok keren.
Kesan sepintas tertangkap olehnya, berikutnya? Wirasti merasa perlu mengajak dia untuk sering-sering kolab dengannya terutama ketika ada tugas non individu tersebut melibatkan bukan hanya dirinya dan Jae-hoo, tetapi hampir semua peserta seangkatan dengannya memilih patner masing-masing.
Wirasti pun menjatuhkan pilihannya entah kenapa dengan Jae-hoo, tetapi sebelumnya memang sudah mulai akrab. Pikir Wirasti kala itu? "Sama-sama asal Asia!"
Sebetulnya Wirasti tipenya fleksibel sih, mau berteman dengan siapa saja bisa.
Ketika melihat beberapa teman dari Malaysia, Singapura atau India ternyata Wirasti merasa kurang sreg, "Mereka usianya masih ABG tuh, anak-anak SMA semua!" lontar Wirasti, dengan pertimbangan dirinya akan lebih cocok dengan teman sebaya atau yang jauh lebih tua dibanding dengan mereka.
Pilihan Wirasti akhirnya dengan pertimbangan mereka yang seusia, sebetulnya ada yang dari Malaysia, Singapura, India, Kuwait, Turki dan beberapa orang lagi dari region Asia tetapi Wirasti tetapi merasa lebih nyaman berteman baik dengan Jae-hoo.
Merasa ada chemistry hanya satu-satunya dengan Cha Jae-hoo, "Dia baik dan amat respek," puji Wirasti dibanding sekian orang meski sama-sama dari region Asia.
Lalu, masalahnya apa? kenapa Wirasti menyeret-nyeret Cha Jae-hoo? Iya, kenapa?
"Dii ... Dii-a, Jae-hoo?" kata-kata Wirasti seakan tercekat? bahkan yang terasa olehnya tiba-tiba seperti sumbatan, gumpalan, yang menyakitkan sekali terasa olehnya.
Jae-hoo yang baru menjadi kawan baiknya, menjadi patner menyelesaikan tugas kelompoknya walau terhubung secara jarak jauh? tetapi Wirasti dan sohibnya tersebut cukup kompak. Beruntung Wirasti menemukan teman sebaik dia!
"Teman yang enak diajak terlibat dalam satu obrolan, apalagi ketika bareng mengerjakan tugas online!" terang Wirasti.
Wirasti pun semakin sering terlibat obrolan, dia malah bersikap lebih terbuka. Tidak banyak kesan yang menempel padanya namun kenangan yang terlalu sedikit itulah menjadi sesuatu yang abadi dalam fase hidup Wirasti.
Suatu hari seseorang mengatasnamakan keluarga Jae-hoo, nyaris bersamaan dengan tiba berita duka tentang Jae-hoo?
"Cha Jae-hoo?"
Ya, kawan baiknya itu? telah berpulang selamanya, akibat terindikasi covid yang mengganas. Begitu singkat kepergiannya, seminggu yang lalu seingatnya Wirasti masih sempat berkomunikasi.
Setelah itu? Lost contact, selain karena telah selesai ujian oleh pihak lembaga diberi waktu jeda sementara waktu sambil menunggu pengumuman berikutnya.
Rupanya ketika jeda atau waktu libur tersebut, Jae-hoo jatuh sakit?
Beritanya tersebar di satu angkatan termasuk ketika seseorang, pria muda yang mengaku sepupu Jae-hoo menghubungi dirinya secara personal.
"Saya atas nama keluarga," begitu si sepupu Jae-hoo memperkenalkan dirinya disertai basa basi seperlunya kemudian membahas dan memastikan perihal sertifikat diploma dari pihak lembaga.
Intinya menghubungi Wirasti karena selain Wirasti terlacak via whatsApp paling terlihat intens komunikasi, sepupunya meminta kesediaan Wirasti selaku dirinya koordinator kelas ditunjuk oleh admin lembaga.
"Please, mohon dibantu ya nona ... " demikian sepupu Jae-hoo meminta kesediaannya.
Sejak itu? Wirasti kehilangan Jae-hoo. Tidak ada lagi kawan baik dari negeri ginseng yang sempat menjadi patner kolabnya. Kesan dan kenangan begitu dalam membekas di hatinya, sedih rasanya jika mengingat hari-hari yang telah lalu.
Hingga, suatu hari? apa yang terjadi di luar akal sehatnya. Ketika hari sudah larut malam, Wirasti telah terlelap. Entah, dirinya tiba-tiba seakan terbangun. Masih dalam posisi terbaring dengan selimut menempel pada tubuhnya, refleks memicingkan matanya.
"Jae-hoo?" bisik Wirasti, sadar dirinya harus memelankan suaranya. Siapa yang tidak kaget?
Di sudut ruang biasa posisi meja tulisnya persis berhadapan dengan jendela bertirai double, vitrase dan blackoutnya. Di situ terlihat seseorang tengah duduk persis menghadap jendela.
Remang lampu sudut karena tiap dirinya berangkat tidur tidak lupa lampu utama di kamarnya segera ia matikan lalu diganti dengan lampu redup yang ia nyalakan nempel tembok persis di sisi pintu kamar. Lampu remang itulah satu-satunya yang menyorot sempurna ke arah Jae-hoo yang tidak asing bagi Wirasti sekian bulan sebelum kematiannya.
"Jae-hoo?" panggil Wirasti.
Tetapi hingga sekian panggilan, tidak ada tanda-tanda sahabatnya itu berpaling. Jangankan berpaling? bergeming saja tidak!
"Jae-hoo, kau sungguh beda?" batin Wirasti bertanya-tanya.
Meski ruangan nampak redup? seharusnya Wirasti secara kasatmata sulit mengikis jarak pandang, tetapi ini tidak?
Wirasti mengerahkan kemampuan ekstranya, penglihatan mata batinnya yang mampu mengikis jarak pandang menyentuh dimensi astral, Wirasti melihat Jae-hoo nampak berwajah muram.
"Jae, kau kenapa kawan?"
"Bicaralah padaku,"
"Aku siap mendengarkan cerocosanmu, ayolah aku tetap sahabatmu!"
Wirasti membujuk dan berbicara seperti itu demi dilihatnya sang kawan yang telah berpulang tersebut nampak terlihat sedih, Wirasti tahu meski yang memperlihatkan diri padanya tidak lain hanya berupa qorinnya Jae-hoo
"Jika kau ingin curhat atau curcol sebagaimana dulu kita sering video call atau sekedar chat, lakukanlah kapan pun kau menginginkan itu oke?"
Sekali itu Jae-hoo nongol tidak terduga langsung di ruang kamarnya. Setelah itu? entahlah ke mana dia pergi. Kesibukan? iya, berbagai kesibukan kampus dan berbagai hal lain mengubur niatnya semula.
Seolah, ketliweng? iya, ketliweng atau terlupakan artinya begitu. Wirasti merasa tentang Jae-hoo seperti terlupakan olehnya. Tetapi, Jae-hoo sendiri pun tidak menampakkan tanda-tanda terlihat lagi.
Sungguh mengherankan, bukan? ketika kawan baiknya itu tiba-tiba nongol begitu saja, seingat Wirasti baru genap satu bulan kepergiannya. Ada apa denganmu, Jae-hoo?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Y.J Park
Mungkinkah Entitas Sang Sahabat Yang Belum Menjumpai Kesempurnaannya?
2023-08-24
1
Indwi Kusumodjati
ada apa dengan Jae-hoo, padahal dia sudah meninggal kan? 🤔
2023-06-29
1