Astaga tanpa berpikir, bahwa harga yang murah tersebut ternyata ketrebelan bonus luar biasa?" cebik Wirasti, senyumnya pun langsung kecut?
Diam-diam dengan senyum kecutnya itu Wirasti mulai mendeteksi rumah terbengkalai yang kini berada dalam jangkauan radar gaibnya, sekalipun tidak secakap orang lain dengan segenap kemampuan yang mumpuni.
At least? ya, setidaknya Wirasti bisa sedikit-sedikit merasakan hawa tidak enak di sekelilingnya yang sudah terkontaminasi aura-aura yang memicu energi pasif menjadi mulai aktif.
Wirasti terperangah? yep, tentu saja tiap kali dirinya bagai ketimpuk sesuatu.
"Gila," pikirnya sambil mencoba menduga-duga? sudah berapa lama rumah villa tua ini ditinggal penghuninya, heh?
"Nggak sayang apa?" Wirasti menggerutu sendirian.
"Punya rumah seperti ini?"
"Dibiarkan begitu saja, hem?"
"Huft, terbengkalai? tidak terurus? sekaya apa pemiliknya? lalu, ke mana para ahli warisnya misalnya sang empunya sudah tidak ada?"
"Sungguh mubazir dah!"
"Dibiarkan terus tidak terawat? bukan hanya jadi sarang laba-laba tuh? keadaan rumah tambah lapuk? jelas akan disukai dan jadi sarang tawon, eh? sarang burung sriti? huh, mending sarang walet?" Wirasti terus nyerocos sendiri tidak tentu arah, bisa-bisanya merepet seperti nenek-nenek, chuaks!
"Tapi yang jelas? di sini akan jadi spot, tempat ngumpulnya? emphh ... " Wirasti tidak meneruskan kalimatnya, karena dikagetkan suara pek! pek! pek! sesuatu? oh-ho, itu kelelawar!
Bukan main? keheranan Wirasti bukan tipis-tipis lagi, melainkan kian menebal!
"Rumah? eh, di sini sudah mirip bonbin! satwa berkeliaran semaunya, itu pasti!" dumal Wirasti sambil tangannya sibuk membetulkan tali maskernya yang nyaris melorot.
Di luar sepengetahuan Wirasti, sebetulnya situasi kondisi sekitar masih asri dan sedikit liar memang. Coba saja diantara gerumbul tanaman yang tidak pernah terpangkas?
Wirasti saja yang belum cermat meneliti, ular hijau atau ular daun sebesar jari kelingking nampak bertengger nyaman menggantung pada tumbuhan hijau, luput dari pandangannya!
Di sudut sana? selain ramai cericit burung kecil-kecil, nampak ventilasi atau lubang angin-angin rumah sebagian dipenuhi sarang burung gereja dan emprit.
Jika malam hari? burung hantu pun ikut andil selain sekawanan kelelawar, tetapi jangan dikira tidak ada binatang lain? kadang secara berkelompok tidak jarang seekor dua ekor, binatang luwak!
"Tinggal tanami saja dengan kopi robusta atau arabic, luwaknya akan datang sendiri!"
Wirasti pun mengibaskan tangannya seakan menangkup angin lewat!
Namun di balik keasrian dan keindahan lingkungan sekitar rumah villanya masih ada hal yang patut diwaspadai?
Wirasti tidak asal main tunjuk, merasa belum waktunya mengatakan sesuatu sesuai penglihatan mata batinnya.
"Kupikir sambil lihat ke depannya bakal seperti apa?"
Survey, di mana diam-diam dirinya menyelinap. Tanpa diketahui siapapun, jangankan orang lain internal keluarganya sendiri saja Wirasti tidak akan diketahui.
Berdasarkan realitas yang ia ketahui dan ia cermati, ada beberapa yang tiba-tiba menjadi satu ganjalan besar!
Wirasti tidak menyangka samasekali, jika rumah villanya menjadi satu hal meski diakui sendiri sangatlah langka dan unik, tetapi tiba-tiba terbayang olehnya?
"Bagaimana jika menimbulkan suatu, teror?" seketika Wirasti sempat grogi!
Grogi bukan dari internal dirinya sendiri, melainkan dikhawatirkan lama-lama akan merembet hingga pada tingkatan serius.
"Bisa, runyaaam ..."
'Bii ... bi-sa, iyaa kacau parah nih?"
Sungguh kekacauan yang beralasan, Wirasti sempat sedikit memperoleh gambaran walau belum sepenuhnya dirinya yakin. Tetapi, astaga?
"Mereka, iya mereka itu ngumpulnya di rumah villa ini!"
"Iihh, berupa apaan, nona?"
Kening Wirasti berkerut!
Wirasti tidak mau berspekulatif, apalagi main tebak sekenanya. Walau imbas dirinya menelusur memang tertangkap olehnya hingga kapanpun sebetulnya bisa saja mengatakan apa adanya.
Ups, apa adanya?
"Yakin?"
"Huft, bisa gonjang ganjing tuh!"
"Ngomong secara apa adanya nggak sembarang situasi atau kondisi bisa menerima, laah kalau internal keluargaku? gimana kalau ada yang shock?"
"Astaga, itu paling ibunda tercintamu. Iya, kan? beliau terlalu jirih ... "
"Ho'oh, emang!"
Nah lho?
Untuk sementara sepanjang rumah villanya siap direnovasi, Wirasti pun akan menutup apapun yang mengganggu ketenangan pikirannya, termasuk sesuatu yang mulai menghentak-hentak dan itu sudah jelas sekali akan ngantri mengusik dirinya.
Sepulang dirinya dari melipir diam-diam, alias telah lancang mencuri start sementara semua keluarga internalnya belum tahu menahu karena belum samasekali berkunjung ke rumah villanya.
"Hei, nona? apakah ada yang mengganggumu?"
"Minimalnya membuat hati dan pikiranmu terusik?"
"Maksudnya yang berasal dari rumah villamu itu?"
Wirasti langsung menggeleng, seingatnya sejak sehari lalu dari sana, "Enggak tuh," sahutnya.
"Tumben?"
Wirasti karuan terperangah, "Heh, tumben?"
"Iya, biasanya mode begitu langsung ada yang caper-caper, kalau mujur malah nempel-nempel!"
Wirasti langsung ngakak! "Emang gitu?"
"Ya, suka gitu!"
"Tapi, sumpah aku kok enggak tuh!"
"Bagus sih, nggak ketempelan, nggak juga kebawa pulang!"
Wirasti yang nyaris bermenit-menit di sana kemarin toh juga bisa pulang dalam kondisi fit, "Nggak kurang suatu apapun," sentilnya tanpa nada humor, apa yang dikhawatirnya secara mistis bisa mempengaruhi atau menganggu tanpa disadari, ternyata semuanya tidak terbukti.
Secara tak kasatmata Wirasti pun mengakui, bahwa rumah villanya memang dalam kondisi tidak bersih. Artinya? tidak bersih karena sekian lama dibiarkan kosong tidak berpenghuni.
"Persisnya tidak jauh beda dengan apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri,"
Dari omongan seperti itu bisa diukur, bukan?
Kini? sebetulnya tidak ada salahnya membentengi dirinya sendiri, mengingat apa yang ia lihat?
Wirasti pun mengusar kepalanya jika mau berangkat bobok tanpa ciput, bandana, atau yang lainnya apalagi hijab!
Dengan begitu rambut panjang sebahu nampak dengan model bersurai itu, dibiarkan kini sedikit awut-awutan.
Wo-ho, lantas timbul isengnya?
Malam itu? lampu kamarnya dialihkan pada lampu yang sedikit redup. Wirasti pun siap berdiri di muka cermin, sedetik? dua detik? hingga ... aww!
****? insting Wirasti perihal suatu hal terkait rumah villanya, "Ada betulnya tuh?"
Kendati dirinya tidak terganggu dalam mode mereka mau caper, narsis, pansos dan sebagainya?
Wirasti dengan tenangnya berusaha tidak bergeming, memberi space bukan berarti dibiarkan mengacak semua keadaan lantas mereka bisa keluar masuk!
"Oh, tidak! tidak begitu dong konsepnya!" tangkis Wirasti.
Wirasti segera membeberkan sesuatu. Di ujung tengah malam ketika dirinya mulai bersentuhan dengan sesutu?
Hei, "Jangan beringsut! diamlah nona," entah seperti ada yang mengajaknya melakukan itu!
Bukan guempuer, atau mentalnya down seketika dibuat ngap-ngap karena kaget setengah mati?
"Siapa kamu?" langsung Wirasti melontar tanya, itu pun secara to point!
Entitas yang datang tak diundang itu? sepintas menyenyumi dirinya, gawat! pikir Wirasti tidak ingin dirinya ditandai!
Wirasti seolah mewakili orang-orang di sekitarnya, terutama internal keluarganya yang tidak tahu menahu perihal di balik keberadaan rumah villanya.
Ortu dan adiknya mungkin seperti umumnya yang tidak tahu persis suatu hal dari sisi atau kacamata sebagaimana Wirasti dengan kemampuan supranaturalnya, akan lurus-lurus saja tanpa pernah berpikir lain.
Wirasti seperti punya feel bahwa yang sedang dihadapi tidak lain salah satu penghuni rumah villanya, "Atas kepentingan apa menemuiku?" tegur Wirasti, bukan lagi sapaan atau basa basi.
Entitas itu hanya menatapnya, tanpa mengucap sepatah katapun.
Tiap menghadapi astral semacam dia setidaknya harus punya nyali menggencet terlebih dulu, jangan sampai justru di pihak yang tergencet!
"Kalau tidak ada kepentingan silakan pergi," usir Wirasti, nada suara datarnya menyiratkan suatu ketidakramahan.
Wirasti bahkan siap dengan segala kemungkinan, cukup pede dengan meminta entitas itu tidak menganggunya.
Hei, kalau sesama mahluk kasatmata mungkin sudah belingsatan. Apalagi cara Wirasti selain jutek nampak dingin sekaligus mematikan langkah lawan, skakmat?
"Peduli setan," dengus Wirasti, dengan juteknya.
Rumah villanya? yang kemarin dikunjunginya memang secara pandangan dengan penglihatan mata batin tidak seperti yang dilihat orang awam, menyimpan banyak energi dan residu-residu yang tertinggal di sana.
Jika itu suatu energi? sesuai siapa saja mereka yang menghuni, sedangkan residu? menunjukkan bahwa area rumah villa ternyata memberi sebaran sisa-sisa guratan masa lalu.
Memang, ada endapan yang tertinggal di sana jauh sebelum di area tersebut dibangun rumah villa. Hem, sebesar apakah tantangan yang akan dihadapi Wirasti dan keluarganya nanti?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Y.J Park
'Koneksi' Pertama Pasca Visit Ke Rumah Villa Angker Rupanya? Sampai Bab Ini, Penasaran Dengan Seberapa Intens 'Kunjungan' Dari Makhluk-makhluk Astral Yang Mulai Bermunculan Untuk 'Menyapa' Wirasti....
2023-07-30
1
Indwi Kusumodjati
Kelihatan sekali betapa juteknya tuh Wirasti 🤪
2023-05-29
1