Sang Dedengkot

Wirasti, terhenyak. Beberapa saat mengedarkan pandangannya, siang bolong angin bertiup kencang meluruhkan daun-daun kering dari atas pepohonan, gemerisik tebaran dedaunan luruh satu persatu atau sekaligus melayang-layang dari atas ketinggian terlihat oleh sepasang mata bulat Wirasti seakan slow motion?

Nampak ranting kering pun ikut luruh bersamaan dedaunan kering terinjak sepatu casualnya. Wirasti pun terus melangkah, setelah membuka gembok pintu gerbang lalu pelan mendorongnya dengan salah satu kakinya hingga terdengar, krieettt!

"Huft, kurang pelumas!" cicit Wirasti, tatapannya nanar memperhatikan sebelah pintu gerbang yang sudah setengah terbuka.

"Pantesan masih karatan," desisnya, sambil menapak langkah masuk area halaman yang sudah kelihatan rapi. Semak sekitar halaman sudah terpangkas sejak kemarin.

Sepulang kuliah langsung maticnya melipir arah pulang tetapi potong kompas berbalik arah menuju jalanan sepi, karena itu satu-satunya yang bisa ditempuh dengan durasi lebih pendek dibanding memutari kota.

Niat Wirasti mampir ke rumah villanya, entah kenapa? seakan ada daya tarik begitu kuat? "Medan magnet, hem?" cibirnya dari balik helmet sementara derum mesin maticnya mengikuti laju menuju arah luar kota!

Seminggu sebelum rumah villanya yang terbengkalai itu direnovasi, sekalipun rencana kedua ortunya tidak secara keseluruhan atau total. Namun rumah villanya yang tidak terawat tersebut memang perlu pembenahan sana sini sebelum ditempati.

Wirasti menyibak sepi jalanan kampung tetapi di pinggiran kota, maticnya terus melaju dengan suara nyaringnya. Satu tikungan lagi?

Jarak tempuh dari arah kota menuju rumah villanya jauh lebih dekat dibanding ketika masih di rumah lamanya, dengan begitu Wirasti akan lebih cepat dan tidak terjebak kemacetan tiap menuju kampusnya.

Tiba di sebuah areal sepanjang jalan kampung tersebut kiri kanan jalan berupa hektaran kebun sayuran, setelah jalan menikung sampailah Wirasti persis depan jalan masuk menuju rumah villanya.

Gerbang berkarat itu nampak sudah di depan mata, gembok pintu sudah tidak berkarat lagi?

Memang sudah diganti dengan gembok yang baru, rupanya seharian kemarin rumah villanya dibersihkan oleh dua tukang. Sambil pembenahan sana sini, termasuk mengganti gembok pintu gerbang yang sudah aus rupanya.

Ini untuk kesekian kalinya Wirasti bolak balik mengunjungi rumah yang akan ditempatinya, setelah nanti proses renovasi barulah sekeluarga akan tinggal di rumah villa selamanya.

Ingatan Wirasti, selalu terantuk pada serpihan flasback? bagai serpihan-serpihan yang berserak? satu demi satu Wirasti harus memungutinya kembali, tentang ikhwal dirinya mendapati sesuatu di rumah villanya, ya segala ikhwal itu meremat-remat ingatannya kembali?

Siapa sangka, hanya sebuah rumah tetapi bukan sembarang rumah ternyata. Kedua ortu punya andil, kenapa sampai begitu terpikat dengan rumah yang semula terbengkalai itu?

Mau tidak mau rumah villanya itu membuat Wirasti turun tangan? mengerahkan kemampuan tidak seberapanya terkait radiasi energi di sana.

Rumah yang tiba-tiba memicu ketumpulannya berkemampuan sepersekian berpenglihatan mata batin tersebut, menjadi tidak mengatup rapat portalnya. Melainkan?

Yep, Wirasti merasakan bagaimana susah payahnya beradu kekuatan? mengerahkan energinya, ketika dirinya terkepung oleh power dari suatu transmisi yang kian membuatnya keteter!

Untungnya, Wirasti memiliki nyali yang tidak ciut. Sedari kecil Wirasti adalah anak pemberani, hingga beranjak dewasa karena telah terpupuk secara demikian bahkan memang terlatih karena suatu keadaan.

"Berhati-hatilah, nona!"

"Kau tengah berada di satu medan yang belum kamu kenali sebelumnya,"

"Hendaknya jangan gegabah ... "

Uwhh?

Berbagai warning kaliber ringan itu menyerupai peringatan dini tsunami? artinya dirinya wajib mematuhi, "Kalau tidak ingin celaka?"

Sayang isi kepala Wirasti tidak terlampau mengkhawatirnya, apa yang seharusnya menjadi kekhawatiran semua orang.

Yeah, semua orang? "Emang sejauh mana orang mendeteksi sepak terjangku?"

"Setahuku, enggak samasekali!"

"Aku toh selama ini bungkam ..."

Imbuh Wirasti sesaat kemudian, "Dan terbungkam," tandasnya, jelas tertangkap nada penuh kesal bukan sesal lho!

"Berlaku ekstra hati-hati jauh lebih penting daripada sesal kemudian,"

Wirasti terhenyak!

"Tidak akan," gumam Wirasti pendek, dirinya berjanji akan ekstra hati-hati seperti tatkala misalnya ada peringatan dini tsunami atau erupsi gunung berapi, eh!

Ketika pertama kali melipir sendirian ke sana, hingga kedua kalinya, ketiga? dan seterusnya menetap sebagai salah satu penghuni di rumah villanya.

"Aku toh baik-baik saja, hem?" Wirasti mengatakan seperti itu tanpa maksud tinggi hati.

Memang sih pertama dirinya berada di area spot siang bolong kali pertama menginjak pelataran rumah terbengkalai, auranya sudah beda dan sempat membuat Wirasti was was.

Bahkan terdeteksi olehnya, begitu masuk ke area berikutnya lewat serambi samping langsung menuju halaman belakang. Kursor berkedip-kedip itu seakan kian terang nyalanya? "Oh, di sini rupanya?" insting Wirasti mengendus radiasi energi menguat!

Hari berikutnya kunjungannya kembali, seakan Wirasti mendapat sapaan selamat datang?

Persis di muka teras area depan, di situ ada jendela sebuah ruangan. "Itu, pasti salah satu kamar?" tebaknya.

****! belum sempat melongok ke dalam? dirinya sudah dikejutkan seraut wajah di balik kaca jendela, aw?

"Nggak begitu jelas sih,"

"Dii ... dii-a, seorang perempuan!"

Insting Wirasti berlompatan. "Nggak mungkin manusia," memberikan bantahan tersendiri.

"Mustahilun," decih Wirasti, menghibur dirinya sendiri. Di lokasi sesepi ini? tiba-tiba ada seseorang yang membersamainya?

"Mana mungkin, ah?" pikirnya setengah meralat penglihatan inderawi istimewanya karena mampu menangkap visual vortex di siang bolong!

Antara yakin dan tidak? Wirasti justru menguatkan nyalinya, perlahan sepatu casualnya menggeser arah menghampiri jendela setinggi dada.

Berjinjit sesaat, nanar menatap ke dalam lewat kaca jendela kokoh itu?

"Tidak ada siapapun?"

Senyum Wirasti kecut! "Huft, jelas tadi ada muka orang nempel di situ, " desisnya, masih begitu yakin antara penglihatan mata batin dan mata telanjangnya sinkron.

Malam pertama sekeluarga menempati rumah villanya, juga tidak ada tanda-tanda menghebohkan. Kecuali, gangguan yang ditujukan untuk Wirasti karena satu-satunya yang berpenglihatan istimewa.

"Berasa didemo," dengus Wirasti, mereka larut malam itu seolah silih berganti mendatanginya.

"Biasalah merasa area spotnya terusik,"

"Maksudnya mungkin protes tuh!"

Wirasti agak gentar juga, namun berusaha menguatkan nyalinya. Hingga sepertiga malam sempat nyalang, sial? sampai hampir adzan subuh serangan aneh tersebut mereda.

Hari berikutnya Wirasti melakukan sesuatu dengan membentengi diri dan sekitarnya, atas saran seorang sepuh. Berusaha lebih khusuk ibadah, banyak melantunkan doa dan bacaan Alqur'an. Bahkan setiap kesempatan ruang kamarnya ada kumandang murotal seakan memenuhi ruang dengar kamarnya.

"Walau belum mental, setidaknya upaya meminimalisir ... " jelas Wirasti.

Insting Wirasti selalu mengarah pada satu hal, karena rumah villanya mungkin bukan hanya sekian tahun dikosongkan. Melainkan lebih dari yang ia bayangkan?

Wirasti juga mulai terusik oleh sesuatu, "Baru dugaanku sih," sambil mengatakan seperti itu beberapa kali dirinya mulai ke-distract sesuatu?

Di ruang kamarnya ukuran 4,5 x 3 meter malam semakin larut sekelilingnya kian senyap, suara TV di ruang tengah sekian menit lalu sudah tidak terdengar. Wirasti pun berniat rebahan, baru juga ambil posisi dengan beberapa tumpukkan bantal.

Mata Wirasti entah kenapa tertuju pada cermin sepanjang lemari pakaiannya, di sana?

"Astaghfirullah," sontak Wirasti ber-istighfar. Segera sadar dari keterkejutannya.

Kilas pertama pandangan Wirasti terantuk pada pantulan cermin sekian jengkal dari pembaringannya, "Perempuan renta itu?" Wirasti langsung merinding.

Tidak berkata-kata apapun, kecuali sorot mata tajamnya seakan mengintimidasi. Hanya sepersekian detik? visual secara vortexnya mampu tertangkap penglihatan mata batin Wirasti.

Selebihnya? seperti menghipnotis Wirasti. Tahu-tahu terbawa ke alam mimpi? setahu Wirasti situasi yang lain mendamparkan dirinya pada tempat entah di mana?

Nenek renta itu seakan tengah menunggunya? Wirasti hampir menghentikan langkahnya kalau tidak isyarat agar dirinya mendekat!

Hanya dengan bahasa batin? perempuan tua itu ingin mengatakan bahwa dirinya telah tinggal lama sekali di area rumah villa, "Tepatnya di bawah tempat tinggalmu ... "

Hah? sontak mengagetkan Wirasti. Si nenek renta itu seakan dengan entengnya mengatakan begitu, apa artinya?

Pikiran Wirasti langsung ke-distract! "Jangan-jangan?"

Sejak pemunculan perempuan tua yang terlihat entah usianya sudah mencapai berapa puluh tahun? menampakkan diri? sambil mengatakan telah tinggal lama sekali, di sana?

Wirasti cepat berpikir lain, "Tinggal di bawah ... " tanpa meneruskan kata-katanya, tetapi firasatnya langsung tidak enak.

Astaga? sentaknya. Wirasti seperti diingatkan sesuatu. "Mungkinkah?" pikirnya terus menduga-duga.

Sekalipun Wirasti seperti terbawa melayang lewat, mimpi? namun telah memberi suatu gambaran padanya.

Perempuan tua atau nenek-nenek itu mustahil bukan semacam yang baurekso? iya, semacam penguasa di wilayah tersebut. Secara mistis ada anggapan penguasaan teritori setempat.

Aneh juga, jika kemudian Wirasti seakan terbawa untuk percaya? "Nggak percaya gimana?" desis Wirasti, semuanya sudah jelas bisa ia rasakan, bisa ia lihat dan intimidasinya saja mendistraksi dirinya.

"Hei, nona? sudahlah anggap saja itu nenekmu, habis perkara!"

Wirasti terhenyak, tetapi kemudian menghirup udara dalam-dalam. "Bakalan menghadapi satu persoalankah?" lontarnya, sudut bibirnya terangkat. Ingin memaksakan senyum namun yang terlihat justru seringainya.

Ups, setidaknya kini Wirasti sudah tahu persis salah satu dari sekian pendemo di malam pertama di rumah villanya dan siapa yang membuatnya was was bahkan telah mengintimidasi dirinya? huft.

Terpopuler

Comments

Dryleaf Idw

Dryleaf Idw

preseden ke arah itu tersingkap satu demi satu

2023-09-17

1

Y.J Park

Y.J Park

Nenek Tua & Kemunculannnya Pertanda Akan Semakin Terkuaknya Perihal Rumah Villa, kah?

2023-08-18

1

Indwi Kusumodjati

Indwi Kusumodjati

Munculnya perempuan tua? apakah menjadi ikhwal tersingkapnya suatu misteri di rumah villanya? 🤔

2023-06-01

1

lihat semua
Episodes
1 Rumah Villa di bawah Harga
2 Penghuni Lain Rumah Villaku
3 Intuisi Wirasti
4 Malam Pertama di rumah villa
5 Damai itu indah
6 Sang Dedengkot
7 Perempuan Tua itu?
8 Siapa Takut?
9 Gercep
10 Naik Level?
11 Numpang rebahan, boleh?
12 Asumsi Lain
13 Mimpi Buruk Inkubus
14 Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15 Kupeluk Wirastiku
16 Cha Jae-hoo Sahabatku
17 Ada apa denganmu?
18 Kita Beda Alam, Jae!
19 Andai Bisa Kuputar Waktu
20 Angin Joseon
21 Alone But Never Lonely
22 Waas Niet Bang
23 Satu Petunjuk
24 Residual yang Tertinggal
25 Entitas Misterius
26 Jangan Terbawa Apriori
27 Cosplay Jadul
28 Aku Memanggilmu Nyai
29 Entitas Bergaun Hitam
30 Cinta Segitiga
31 Di ujung Rembang Petang
32 Mimpi Buruk
33 Noni Bersuara Sopran
34 Titik Impas
35 Bunker Kematian
36 Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37 Sebodoh Amat!
38 Dua Kutub yang Berbeda
39 Jugun Ianfu
40 Obyek Penderita
41 Distraksi
42 Sang serdadu Nippon
43 Tak Cukup Sedih
44 Alasan Berharakiri
45 Buah Simalakama
46 Perempuan Bergaun Broken White
47 Mevrouw Wie?
48 Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49 Pastry Croissantjes
50 Di ujung Konflik
51 Si Blasteran, Huh?
52 Dua Sisi Mata Uang
53 Moyang Buyutku?
54 Sentimen Negatif
55 Oh, nee! nee!
56 Kita bersaudara, bro!
57 Aku Sudah Tak Marah
58 Plot Twist
59 Monolog
60 Sosok di siang bolong
61 Semisterius Apa Dirimu?
62 Tabur Tuai
63 Aku Ingin Pulang
64 Menembus Tembok Kamarku
65 Mijn Nek Doet Pijn
66 Si Musuh Bebuyutan
67 Pandainya Bersilat Lidah
68 Bukan Suatu Mimpi Buruk
69 Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70 Khodam Leluhur
71 Di ujung Rembang Petang
72 Bisa kurasakan sedihmu
73 Pelarian Terakhir
74 Bayang-bayang Kenistaan
75 Siapakah dia?
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Rumah Villa di bawah Harga
2
Penghuni Lain Rumah Villaku
3
Intuisi Wirasti
4
Malam Pertama di rumah villa
5
Damai itu indah
6
Sang Dedengkot
7
Perempuan Tua itu?
8
Siapa Takut?
9
Gercep
10
Naik Level?
11
Numpang rebahan, boleh?
12
Asumsi Lain
13
Mimpi Buruk Inkubus
14
Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15
Kupeluk Wirastiku
16
Cha Jae-hoo Sahabatku
17
Ada apa denganmu?
18
Kita Beda Alam, Jae!
19
Andai Bisa Kuputar Waktu
20
Angin Joseon
21
Alone But Never Lonely
22
Waas Niet Bang
23
Satu Petunjuk
24
Residual yang Tertinggal
25
Entitas Misterius
26
Jangan Terbawa Apriori
27
Cosplay Jadul
28
Aku Memanggilmu Nyai
29
Entitas Bergaun Hitam
30
Cinta Segitiga
31
Di ujung Rembang Petang
32
Mimpi Buruk
33
Noni Bersuara Sopran
34
Titik Impas
35
Bunker Kematian
36
Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37
Sebodoh Amat!
38
Dua Kutub yang Berbeda
39
Jugun Ianfu
40
Obyek Penderita
41
Distraksi
42
Sang serdadu Nippon
43
Tak Cukup Sedih
44
Alasan Berharakiri
45
Buah Simalakama
46
Perempuan Bergaun Broken White
47
Mevrouw Wie?
48
Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49
Pastry Croissantjes
50
Di ujung Konflik
51
Si Blasteran, Huh?
52
Dua Sisi Mata Uang
53
Moyang Buyutku?
54
Sentimen Negatif
55
Oh, nee! nee!
56
Kita bersaudara, bro!
57
Aku Sudah Tak Marah
58
Plot Twist
59
Monolog
60
Sosok di siang bolong
61
Semisterius Apa Dirimu?
62
Tabur Tuai
63
Aku Ingin Pulang
64
Menembus Tembok Kamarku
65
Mijn Nek Doet Pijn
66
Si Musuh Bebuyutan
67
Pandainya Bersilat Lidah
68
Bukan Suatu Mimpi Buruk
69
Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70
Khodam Leluhur
71
Di ujung Rembang Petang
72
Bisa kurasakan sedihmu
73
Pelarian Terakhir
74
Bayang-bayang Kenistaan
75
Siapakah dia?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!