Wirasti merasa kian tertantang ketika dirinya mulai menapak step by step naik level? ups, naik level?
Tumbuh kembang Wirasti terkait kemampuan istimewanya, yang semula tidak disadari samasekali telah melekat sebagai satu fitrah. Persisnya kapan? Wirasti sendiri tidak tahu menahu.
Mata batinnya jelas tidak tumpul, sedari kecil telah diperlihatkan hal yang aneh-aneh.
"Apa sih enaknya bisa conect dengan hal-hal begituan?"
Wirasti terperangah, baru kali ini tertampar satu bentuk tanya yang menjurus, to the point lagi?
"Enak? apapun ada sisi enak dan nggak enaknya laah!" jawaban diplomatis, Wirasti berusaha membungkam datangnya pertanyaan lain yang lebih nritik!
Sayang? ekspektasinya meleset! justru terlontar satu pertanyaan seolah mengubernya dengan lebih detil.
"Eh, sisi enaknya apa? sisi nggak enaknya juga apa?"
Astaga? model pertanyaan seperti itu membuat Wirasti langsung enggan menjawabnya, untuk menanggapi secara asal juga tidak mungkin, bukan?
"Simpan pertanyaanmu dulu, yeay!" Wirasti memintanya demikian, sedikit culas tidak apa karena tiba-tiba tidak mood menanggapi.
"Sumpah," dengus Wirasti, paling tidak respek ketika disinggung perihal kemampuannya karena sesungguhnya Wirasti tidak suka terkesan mencolok apalagi menonjolkan diri.
"Nanti kesannya malah pongah tuh," desisnya, ingin mengalihkan perhatian.
"Jika kujawab secara apa adanya? kok kesannya malah narsis bin memberi kesan pongah, pamer!" cerocosnya kemudian.
"Aku benci semuanya itu!"
"Setiap orang punya kelebihan masing-masing, tidak perlu harus diperlihatkan secara ... "
"Ah, 'dahlaaah!" pungkas Wirasti menepis dengan kata-kata bernada agak serius, selanjutnya Wirasti menyibukkan dirinya dengan merapikan benda yang berserak di atas meja tulisnya.
Laptop, printer, berkas-berkas terlihat tidak beraturan memenuhi meja tulis setengah bironya. Sambil agak menggerundel Wirasti mulai sibuk merapikan setumpuk kertas sisa kemarin mengeprint semua tugas perkuliahannya.
"Setelah ini tugas apalagi?" decitnya, karena sejak sekian hari lalu berasa dicekoki bermacam tugas membuat makalah pendek.
"Mana semua tugas individu lagi," racaunya, sedikit kesal!
"Sukadukanya pengin bertitel S1, aduh nggak kebayang ribetnya kalau ambil studi S2 ... " Wirasti terdengar seperti berkeluh kesah sendirian.
"Emang yakin nanti bakal studi S2 ... " Wirasti tidak melanjutkan kata-katanya, terhenti begitu saja. Jika sempat terlontar begitu saja cicitnya perihal tiba-tiba angannya melintas bagaimana seandainya ambil studi S2, senyum Wirasti pun langsung kecut!
"Tugas model begini saja sudah bikin kelabakan, aduh!" pikirnya, ditimpuk tugas membuat makalah pendek atau portopolio yang makan waktu berhari-hari? sementara dalam satu minggu dirinya harus menyelesaikan hampir dalam tempo yang bersamaan, astaga?
"Lama-lama bisa pingsan berdiri, akuuuh tuh!" keluhnya.
Eits? Ini belum seberapa, nona? ingat, baru juga tinggal mengisi kemerdekaan. Belum juga disuruh perang, memanggul senjata, dalam situasi cheos?
Makjleb? merasa langsung kesindir.
"Kalau itu sih aku tahu, sumpah!"
"Nah, makanya jangan dikit-dikit keluh kesah 'mulu!"
Belakangan ini Wirasti dihadapkan dengan berbagai tugas, seakan semuanya menumpuk. Hampir setiap mata kuliah mengagendakan tugas makalah pendek atau portopolio yang harus secepatnya diselesaikan, itu sebabnya hampir dirinya kehilangan waktu sekedar rileks.
Berbagai tugas perkuliahan yang diikuti di semester ini mewajibkan dirinya lebih intens dibanding hari-hari lalu, seakan untuk bernapas saja rasanya jadi ngap!
Malam pun semakin merangkak menuju larut, Wirasti keluar kamar sekadar memastikan apakah semua pintu sudah terkunci. Sejak menghuni rumah villa Wirasti mempunyai pekerjaan ekstra keliling rumah, rajin mengontrol keadaan ketika semua orang sudah terlelap.
"Wis, Wisnu?" panggil Wirasti, pelan. Adiknya masih kelihatan di muka notebooknya, tengah asyik mengerjakan sesuatu.
"Ssshh?" suara Wirasti, karuan mengalihkan perhatian adiknya dari layar notebooknya.
"Heh, pintu pagar sudah digembok?" seru Wirasti sambil masih posisi melongok lewat celah pintu kamar adiknya.
Wisnu menoleh sesaat hanya dengan gerakan mengangguk tanpa menoleh lagi, astaga?
Wirasti pun pelan kedua tangannya mendorong pintu perlahan, kemudian bergegas pergi.
Malam yang semakin larut benar-benar terasa sekali hening, udara di luar berrr dingin sekali. Wirasti hanya mengontrol pintu pagar dari teras, begitu terlihat dalam kondisi tergembok Wirasti pun berbalik menuju arah pintu masuk rumah. Tetapi, eits?
Tunggu, tunggu! tunggu, eh!
Ketika langkahnya hampir mencapai pintu sempat dikagetkan bayangan melintas di luar area halaman rumahnya?
Pfftt? apakah itu? Wirasti hanya merasa ada efek kejut sih! sambil menuju pintu tadi memang sempat celingukkan karena perasaannya sudah tidak enak, ternyata?
"Dugaanku nggak salah, kan?" desisnya.
****! biasa? malam-malam begini apalagi, kalau bukan?
"Ugh!" dengus Wirasti, awalnya mata telanjangnya jelalatan ke arah seberang jalan depan rumah. Di sana ada yang melipir menuju semak-semak dan pepohonan rimbun arah tikungan jalan.
Berikutnya? Wirasti langsung nge-gas! dikejarnya dengan cara mengerahkan kemampuan istimewanya.
Ups, tumben gercep? entah, feelnya menguat ingin mengubernya dengan penglihatan batinnya yang tiba-tiba seperti kursor berkedap-kedip!
Wirasti seakan mengheningkan dirinya, gambaran yang berputar-putar di kepalanya menunjukkan sosok ber-dress putih tersebut?
"Itu, miss K biasa ... "
"Rambut panjangnya? semakin panjang rambutnya biasanya semakin kuat dan semakin tua juga usianya."
"Pakaian yang ia kenakan, juga rata-rata menunjukkan statusnya. Putih? belelkah? atau, malah ada yang berwarna? kalau dari warna katanya sih menggambarkan kebengisan dan level mereka. Ups, lalu mitos tentang miss K merah? konon mereka garang banget!"
"Mau percaya mau enggak, terserah ... "
Apakah kemudian Wirasti merasa aneh? bahwa dengan mudahnya sat set penglihatannya mampu menangkap pergerakan tak kasatmata di sekitarnya?
"Iya juga sih, karena sebelumnya nggak seperti itu. Malah aku tuh termasuk tumpul dalam urusan melihat astral!"
Lho, kok?
"Ya, entahlah?"
Setelah dipikir-pikir? eh, asal mikirnya tidak kelamaan keburu lebaran kuda woeyy!
Seingat Wirasti sebelumnya tidak se-cespleng ketika dirinya sudah menempati rumah villa? "Itu kan aneh yeayy!"
Wirasti sendiri juga, heran?
"Ah, masak gara-gara tinggal di sini?" pikirnya.
"Sumpah, sebelumnya nggak sat set begini!"
Eits, apa iya sih? atau, mungkin ada faktor X yang membuat dirinya mengalami semacam transformasi?
Ataukah? kebetulan ada rembesan energi lain yang membuatnya drastis menghalau ketumpulan yang selama ini hinggap dalam dirinya?
"Ah, lalu apa dong?" decih Wirasti puyeng sendiri, sesuatu yang sifatnya mistis memang sulit diterima secara nalar.
Mau kepala muter-muter seratus kali pun? tetap saja sebagai hal yang musykil!
Wirasti seakan menghadapi realitas yang sulit dipercaya, diam-diam sering merasa tidak yakin. Apa yang menghinggap dan melanda dirinya, seakan sebuah mimpi?
"Asal bukan mimpi buruk, yeayy!" celetuk usil, Wirasti membulatkan bola matanya.
Ketika mendapati dirinya tahu-tahu kemampuannya setapak bergeming dari posisi semula, jelas itu suatu hal yang mengherankan.
Wirasti memang tidak harus katrok, setiap kali terbentur suatu keadaan yang beda langsung ternganga? "Ah, tidak segitunya kali!" tangkisnya.
Tetapi ketika Wirasti mengalami satu hal yang sebelumnya tidak bisa ia lakukan namun tiba-tiba?
"Anjriit!" seruan konyolnya, tatkala mendapati dirinya seakan dislokasi!
Yeah, serupa dengan pindah posisi? walau pengertiannya bukan dislokasi yang sebenarnya sih!
Pernah, Wirasti merasa tiba-tiba dalam situasi confused? serba membingungkan sekali. Tahu-tahu, seakan terlempar pada situasi flip!
Tahu situasi flip, kan? iya ketika seseorang tiba-tiba pada saat itu berpindah dari suatu keadaan normal ke situasi lain, tentu saja dibarengi dengan visual atau vibes yang berbeda samasekali dari keadaan nyata.
Tetapi sesaat kemudian? akan berubah kembali pada situasi atau keadaan semula.
Apa yang ia alami dalam situasi flip tersebut? tidak lain kadang dirinya diperlihatkan tentang keadaan atau kondisi seseorang, sebuah kasus, tragedi, konflik dan sebagainya.
Keadaan seperti itulah yang mulai sering mendistraksi dirinya. "Entahlah, tidak tahu ikhwalnya? ya, tahu-tahu sudah begini ... " jelas Wirasti.
Namun yang jelas Wirasti mulai merasakan suatu keanehan yang sedikit demi sedikit menggeser kemampuan tumpulnya menjadi berkilat-kilat, psstt itu sih namanya menajam!
"Semula tumpul lama-lama terasah menjadi semacam mata pisau itu lho, menjadi tajam!" tunjuk Wirasti memberi gambaran yang simpel.
Pernah terbesit, "Darimana kemampuanku seperti ini berasal? iya aku tahu semua ini fitrah. Tetapi untuk menjadi lebih cespleng dengan memberi contoh seperti mata pisau, tetap saja aku tidak tahu kesambet darimana,"
Selalu kembali pada satu pertanyaan klise, "Kenapa ya aku kok begini? terus kemampuan yang menakjubkan itu?"
Yep, semua itu darimana? darimana? mendadak Wirasti dihebohkan oleh pemikirannya sendiri.
Namun lama-lama terpaksa dirinya lebih baik pasrah dan tidak perlu bertanya-tanya sedemikian keponya?
Eksperimen pertama Wirasti menguji kemampuan istimewanya sejauh mana? jika hanya ingin memuaskan rasa ingin tahunya alias kepo yang menghinggapinya?
"Cek," decaknya. Wirasti mencoba fokus seakan tengah bernapak tilas, terus mengikuti track yang sempat terlacak olehnya.
"Aku kudu nge-track nih?" tekad bulatnya selain mencoba intens bersentuhan dengan jagat lain, pun terkoneksi dengan astralnya? Astaga?
Sosok yang berkelibat di muka rumahnya tadi? astaga, iseng amat tuh Wirasti.
"Heh, nona? ini sudah larut malam tahu!"
"Niat banget, mau uji nyali?"
Heran, Wirasti justru tidak peduli. Pikirnya apa bedanya larut malam atau bukan? "Buruanku jangan sampai lepas," ujarnya, serius.
Gokil!
"Mendadak elo pengin jadi ghostbuster, gitu?"
Wirasti karuan menggeleng, "Nggak! nggak! nggak!" tepisnya, tidak bermaksud memposisikan dirinya seperti itu.
"Aji mumpung nih?"
"What?"
"Iya, mumpung auramu tengah terbuka? portalmu menganga lebar tuh?"
"Cek," decak kesal Wirasti terlontar, dirinya paling tidak bisa diminta kelewat berlebihan dalam merespos sisi plusnya yang tengah mencuat!
"Shut up!" hardik Wirasti akhirnya. Monolog seru itu terhenti.
Di ruang kamarnya ukuran 4,5 x 3 meter dalam hening larut malam itu? Wirasti tengah mencoba seolah membentangkan kedua tangannya, iya sedang mencoba berinteraksi dengan sosok yang sekian menit lalu memperlihatkan visualnya.
Segercep dan segokil itukah, Wirasti? seolah tanpa pikir panjang menghadang risiko? kenapa dirinya kelewat nekad?
Mampukah dirinya membuka tabir dimensi lain ketika sosok astral larut malam itu tengah berkeliaran di muka rumahnya? ataukah, masih adakah yang lainnya? Lalu, apakah mereka akan menjadi target Wirasti berikutnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Y.J Park
Wondering, Akan Apakah Hal Yang Dapat Dilakukan Wirasti Dengan Semua Intensitas & Konektivitasnya Yang 'Level Up' Dengan Beberapa Astral Penghuni Area Setempat Itu.
2023-08-22
1
Indwi Kusumodjati
naik level beneran tuh! Wirasti lebihnsat set nah lho! 🤪
2023-06-10
1