Satu hal yang dipahami oleh Wirasti tetapi itu sebuah misteri, penglihatan batinnya dengan intesitas tinggi mampu menjangkau keberadaan Jae-hoo, entah? mungkin karena kawan baiknya itu belum benar-benar melesat ke suatu tempat yang damai dan menuju cahaya? yah, entahlah?
Jae-hoo secara aneh, tanpa diminta? perasaan Wirasti hanya sekadar merindukan dia, suatu hal yang lumrah, bukan? dalam sebuah pertemanan ketika salah satu sulit ditemui karena suatu alasan. Lalu timbul rasa kangen, yah kangen!
Namun, ia rasa. Jae-hoo telah melakukan apa yang lebih dari apa yang ia harapkan. Sebab? sekian bulan setelah kematiannya aduan Jae-hoo membuatnya ikutan merasakan nyesek luar biasa?
"Nggak nyesek gimana? bayangkan olehmu, hei!" hardik Wirasti sempat pikirannya kebawa kacau!
Iya, kacau! begitu Jae-hoo curhat plus curcol tentang sesuatu. Intinya tentang keadaan dirinya yang samasekali tidak dimengerti olehnya sendiri. Sedangkan Wirasti hanya bereaksi?
Iba, yah iba seiba-ibanya!
Betapa tidak? "Kenapa aku mati secepat ini? suatu ketololan, kenapa aku sampai terkontaminasi covid segala!" raung Jae-hoo. Wirasti tahu sahabatnya itu tengah sedih dan kelihatan masih bingung tidak bisa menerima kematiannya.
"Aku masih ingin hidup," jeritnya, pilu!
Wirasti tercekat! tidak sadar airmatanya ikut meleleh, kedua pipinya langsung basah. Ia pun mengusap pipinya dengan perasaan, entah?
Jae-hoo dalam penglihatan batinnya, nampak sekali sedih. Wirasti bisa merasakan kekecewaannya, kejengkelannya, keputusasaannya. Itukah sebabnya selama sekian bulan sejak kematiannya kawan baiknya itu menurut pengakuannya hanya ke sana kemari tidak tentu arah.
"Kaulah satu-satunya yang bisa kutuju setelah aku melihatmu memiliki kemampuan, " sambil mengatakan seperti itu terlihat kawan baiknya itu setelah tepekur menunjukkan sikap sangat sedih, dia kelihatan ekspresif!
Wirasti hanya bisa termangu, mendengar dan memperhatikan penuturannya. Selebihnya kemudian hanya bisa membujuk kawan baiknya itu?
"Jae, kalau kamu merasa tidak nyaman di mana kamu selama ini hanya mondar mandir nggak jelas, tinggalkan tempat asalmu. Tinggallah di sini, iya tinggal di rumahku juga boleh kok, suueer!" ujar Charissa mencoba melucu, apalagi ketika meminta Jae-hoo agar mau tinggal di rumahnya!
Jae-hoo seketika tercengang, "Aa ... Aa-ku?"
"Iyaaa, kamu!"
Wajah sedih Jae-hoo seketika sumringah, ingin rasanya spontan mengatakan, "Sarangheo," astaga Wirasti lancang sekali kalau sampai keceplos dari bibir tipisnya. Atau, sekalian saja kenapa tidak berseru keras-keras? "Chagiyaa?"
Ciee, ciee?
Rupanya Wirasti pun ikutan tergilas trend menggaet istilah populer di kalangan anak muda terkini, walau hanya sepatah dua patah kata. Sarangheolah, chagiyalah, kiyowolah?
Tetapi tiap percakapan dengan Jae-hoo ketika keduanya terlibat dalam team work kecil mengerjakan tugas selalu lebih akrab ber cas cis cus menggunakan English Amrik karena dianggap lebih simpel, "Oh, Jae yang malang?" bisik Wirasti kembali tertikam sedih tiap kali ingat kawan baiknya tersebut.
Well, sekarang? antara dirinya dengan Jae-hoo malah beda alam. Tetapi, anehnya? justru kenapa berasa lebih dekat dibanding dulu.
"Wir, hei? itu karena elo bisa ditembus oleh Jae karena dia sudah jadi mahluk astral. Sedangkan elo sendiri bukankah mempunyai kemampuan spesial, itu memudahkan elo maupun Jae berinteraksi, gitu!"
"Coba seandainya elo tidak berkemampuan istimewa begitu, yah mana bisa?"
"Satu emang itu, berikutnya karena faktor x. Iya, faktor x hingga Jae dan elo tuh bisa terkoneksi!"
Wirasti pun tercenung. "Eem? Iya juga sih!" di tengah renungan pendeknya Wirasti tiba-tiba merasa sependapat dengan perkataan tersebut.
Jae-hoo? dalam mimpi tengah malamnya, yep rupanya dia memilih menghampiri Wirasti lewat akses mimpi!
Seakan Wirasti melihatnya, Jae-hoo tengah celingukan persis di muka pintu rumahnya!
Oh-ho? apakah itu suatu pertanda kawan baiknya tersebut telah benar-benar dengan visual astralnya telah datang padanya, semula terkoneksi seakan dari jarak yang sangat jauh!
Hingga suatu hari berinteraksi secara intens dengannya, dia mengungkap satu hal yang tidak akan pernah dilupakan karena sempat membuatnya tersentuh dan sedih dengan penuturannya.
"Ketika aku," dia mulai bertutur dengan memberi satu gambaran yang bikin, nyesek!
"Di sebuah RS di kota Seoul, aku dirawat setelah sekian hari itu? kau tahu, ketika semua selang infus dilepas dan aku dinyatakan meninggal. Aku merasa ada yang menjemputku!"
"Seseorang, yah dialah yang kemudian mengajakku pergi ... "
Batin Wirasti? "Mungkin, itu malaikat?"
"Ah, sialnya? justru setelah mengajakku malah aku ditinggalkan begitu saja. Aku bingung, iya kebingungan sendiri. Aku terkatung-katung sendirian, tanpa aku mengerti harus ke mana? balik lagi ke dunia juga tidak bisa. Aku merasa sudah beda alam,"
Wirasti hanya tercekat ketika ingin mengucap, "Innalilahi ... "
Apa yang kemudian dilakukan, Jae-hoo? dia hanya terus mondar-mandir tidak tentu arah, rasanya semua dirasakan menjemukan.
Jika, suatu hari dirinya menemukan kawan baiknya, iya Wirasti. Itu adalah suatu keajaiban!
Secara tidak disangka-sangka, dalam kesendiriannya yang membingungkan itu Jae-hoo merasa ada yang membantunya. Suatu energi yang semula tidak disadari?
Langsung dirinya diarahkan dan tertuju pada seorang kawan secara lintas negara? sungguh aneh. Hei, kenapa harus dia? bukan yang lainnya?
"Itu karena sempat kau akui atau tidak, di hati kecilmu pernah menyimpan sesuatu!" kata-kata seperti itu seolah satu tudingan yang membuat Jae-hoo merasa belingsatan sendiri.
Dalam tempo yang nyaris sama, sepupunya sendiri diminta oleh ibunya untuk konfirm soal studi bahasa Perancisnya melalui Wirasti, karena conect terakhirnya dengan orang lain dan cukup intens satu-satunya dengan seorang kawan dari Indonesia.
Tentu saja Wirasti kaget bukan main!
Setelah memberi penjelasan panjang lebar pada seorang pria ditaksir mungkin seusia dengan Jae-hoo, bahkan Wirasti minta info lebih akurat pada admin penyelenggara studi tersebut mengenai kejelasan sertifikat untuk Jae-hoo meski belum waktunya.
Sejak itulah Wirasti mulai kepikiran tentang kawan baiknya, yaitu Jae-hoo!
Entah apa karena antara dirinya dan Jae-hoo tengah berada pada satu lintasan yang sama? atau, ketika ada satu celah di mana sebuah portal menganga?
Yah, tahu-tahu keduanya dengan mudahnya terhubung, awwhh?
Wirasti pun sudah tentu merasa sukacita, lebih-lebih Jae-hoo. Artinya, dirinya sedikit bisa berkelit? bukan hanya berkelit ternyata, bahkan lebih dari semua itu!
"Jae," sapa Wirasti. Hanya sayangnya baik sapaannya maupun koneksi lainnya hanya sebatas virtual, tidak benar-benar bisa dilakukan seperti interaksi secara normal.
Kalau bukan lewat akses VR atau Virtual Reflection, Wirasti bisa melakukan secara berteleportasi. Keduanya kadang terakses melalui mimpi.
Jae-hoo, sendiri? yep, namanya juga telah pindah alam. Berada di dimensi di luar nalar, dengan sendirinya Jae-hoo sebagaimana mahluk astral lainnya. Mampu melalang atau bergentayangan dengan visual halusnya tanpa bisa dilihat sembarang orang, kecuali?
Yah, kecuali seperti Wirasti dengan kemampuan ekstranya. Mampu melihat dengan kecakapan penglihatan mata batinnya, tetapi bukan berhalusinasi melainkan satu fitrah yang melekat sedari kecil dulu.
Ketika Wirasti sedang spaneng akibat terlalu fokus pikirannya tertuju pada satu-satunya kawan baiknya tersebut, seakan dirinya berada pada frekuensi yang sama dengan Jae-hoo?
Detik-detik itulah? sebuah portal terarah padanya, kerap pula antara dirinya dan Jae-hoo seakan tengah berinteraksi semacam telepati.
What? yah, karena apa yang sedang disampaikan Jae-hoo bisa tertangkap oleh pikirannya, semuanya bagai suatu endapan yang sudah terpola sedemikian rupa.
Seaneh itukah?
Yep, lebih aneh lagi ketika Wirasti merasa lunglai terlalu capek sedang ke-distract tugas perkuliahannya. Di muka meja tulisnya dengan kondisi laptop dalam mode sleep karena dirinya terlalu kuwalahan dengan seabrek tugas yang belum terselesaikan.
Saat itu? Wirasti langsung meletakkan kepalanya di atas meja dengan posisi kepala tertelungkup tetapi posisi agak miring bertumpu pada kedua tangan terlipat sebagai penyangga.
Apa yang kemudian terjadi?
Larut malam dalam situasi sunyi dan memang senyap, semua orang sudah mendengkur di kamar masing-masing. Seseorang seakan memberi sentuhan halus, perlahan seperti menyelimuti tubuh Wirasti malam itu tanpa mengenakan jaket atau sweater.
Perasaan Wirasti langsung bisa menebak, Jae-hoo lah yang memberinya semacam, entah itu jaket atau mantel musim dinginnya? dengan penuh perhatian memberinya suatu kehangatan menyelimutinya.
"Jae, kaukah itu?" racau Wirasti persis orang mengigau? begitu melek sekelilingnya tidak ada siapa-siapa? ke mana perginya Jae? bukankah tadi sempat menyelimuti dirinya dengan entah jaket atau mantel musim dinginnya seperti yang pernah ia lihat di profil whatsApp-nya.
"Aku masih ingat, warna mantelnya cokelat pastel mendekati warna krem.
Di lain kesempatan beda lagi ceritanya. Wirasti seakan terbelah dalam dua dimensi, astral dan alam nyata. Kenapa bisa begitu?
"Nggak bagai terbelah gimana, aku seperti melihat Jae berada di suatu tempat, lalu aku bergegas ingin menyapa dan mengejarnya, tetapi?"
Posisi Jae yang di suatu tempat, sementara posisi Wirasti sedang duduk di muka meja tulisnya. Secara aneh bukan fisik Wirasti yang menyeruak ke dimensi di mana Jae berada, seolah tangannya terulur ingin meraih Jae tetapi limit waktu tidak memungkinkan.
Seakan hanya sekejap? dengan posisi sedemikian rupa Wirasti merasa antara fisik dan pikirannya tidak sinkron, saat itu pula refleks Wirasti mencondongkan gerak tubuhnya agar balance.
Tak ayal posisi tidak menguntungkan tersebut membuat dada sebelah kirinya terantuk tepi meja, akibat memaksakan sebelah tangannya terulur ingin meraih Jae-hoo di alam sana, sementara dirinya di alam nyata mencondongkan tubuh bersamaan dengan limit waktu tersebut, astaga?
"Jae keburu pergi, tetapi aku seakan masih tertinggal. Adegan tersebut membuatku, fatal dah!"
Suatu yang unik? Wirasti pun mendengus. "Itu sih bukan unik," tukasnya. Jae-hoo tidak merasa apa-apa? tetapi, Wirasti malah fatal dadanya memar dan sakit semua, huft?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Y.J Park
Chapter Ini Membuat Saya Patah, Baik Secara Perasaan Maupun Semangat. Sosok Yang Sebelumnya Masih Kerap Dijumpai Sebagai Manusia, Masih Dapat Terhubung Dalam Konteks Lintas Benua, Akan Tetapi Kemudian Berbeda Sama Sekali. Tak Hanya Secara Komposisi Entitas, Akan Tetapi Juga Berbeda Dimensi, Dalam Lingkup Ruang Dan Waktu Yang Sama Sekali Tak Sama Dengan Yang Dijalani Manusia Kasat Mata Pada Umumnya.
2023-08-24
1
Indwi Kusumodjati
Wirasti seakan ketarik ke dimensi lain namun sialnya tersekat limit waktu? 😱
2023-07-09
2