Asumsi Lain

Sosok perempuan aneh yang tiba-tiba menyelinap masuk kamarnya, bagai penyelusup kemudian sudah ndusel di belakang punggungnya. Tentu saja membuat Wirasti kaget bukan main, karena merasa telah beradu punggung dengan seseorang?

Sial! umpat Wirasti akhirnya begitu feelnya tidak enak, seseorang yang dimaksud ternyata?

Nyalinya langsung kecut, bukan ciut lho gaes.

Kalau kecut itu artinya Wirasti cukup bernyali menghadapi seorang diri, apalagi yang tiba-tiba ikut numpang berbaring di belakang punggungnya mahluk seastral, dii ... dii-a?

"Dia? dii-aa siapa?"

Feel Wirasti, bahkan di bawah alam sadarnya bisa memastikan tidak lain dan tidak bukan?

"Miss K," tebak Wirasti. Tetapi, tidak segera membalik tubuh. Wirasti pasang strategi, mengulur waktu. Sekian detik, ****!

Oh, tentu saja tidak tertangkap oleh mata telanjangnya!

Huft, mau petak umpet nih? pikir Wirasti dongkol. Mengalihkan cara pandangnya? yep, mata batin yang tidak tumpul itulah langsung melihat jelas siapa yang tengah dihadapi.

Circle sekeliling Wirasti? itu lagi, itu lagi?

"Nggak ada yang lain apa?" desisnya, karena setiap kali sesuatu yang menghampiri visual perempuan ber-dress putih itulah yang selalu nongol!

Jika beda sedikit, tetap saja hantu lokal yang nampak. Antara miss K dan si bungkus permen melulu, yang terakhir tersebut visualnya pernah ditemui ketika dirinya masih bocil.

"Emang, elo pengin yang seperti apa nona?"

Wirasti tersentak, "Hah, seperti apa? " sahutnya, asumsi bahwa dirinya seakan apriori dengan para hantu lokal tersebut. Tetapi sesaat kemudian tidak menampik karena memang merasa demikian.

"Hantu non lokal lebih apa ya?" celetuknya, kebayang mereka sering dilihatnya di film koleksinya yang biasa ia tonton sendiri via laptopnya.

Tetapi, apa iya tanpa penilaian subyektif lantas memberi point lebih pada hantu mancanegara sebagai visual yang terlihat elegan?

Puiih? akan terlihat ekstrem dong? cenderung diskriminatif dan jauh dari kesan obyektif kalau begitu!

Sejauh ini memang ya tidak menampik kesan pro kontra, Wirasti pun berada pada pusaran semacam itu?

Kecenderungan Wirasti terhadap non lokal karena pertimbangan tertentu sebetulnya sah-sah saja, bukan?

Rata-rata? "Flat, tidak seseram hantu negeri sendiri," cela Wirasti, menunjuk pada gambaran miring sebutan hantu lokal lebih gampang menyulut rasa merinding.

Ah, Wirasti suka aneh-aneh! "Konsep hantu kalau gitu jadi ruwet dong?"

"Ruwet?" sahut Wirasti, meringis. Agak geli juga ketika dirinya dianggap mempunyai konsep ruwet seputar sudut pandangnya.

"Jadi terkotak-kotak, hem?"

"Oh, itu?"

BTW, tempat tinggal baru Wirasti dan keluarganya sedikit banyak memberi andil, semula segala sesuatunya biasa dalam arti tidak ada riak-riak yang membuat kemampuan Wirasti terpicu.

Begitu menempati rumah tersebut seakan begitu mudahnya sensibility-nya bereaksi, hunian barunya sebagai spot wingit di luar dugaan telah mempermudah menguak akses.

Satu spot? berarti lokasi terakumulasinya berbagai transmisi yang terus menerus mengaktifkan energi, intuisi Wirasti bukan asal tebak tatkala dirinya semakin merasakan sisi lain seperti berupa medan magnet!

Ups, medan magnet?

Ya, sekalipun hanya baru dugaan dan istilah medan magnet yang dimaksud bukan dalam arti yang sebenarnya suatu medan magnet, melainkan sekadar titik akumulasi dari satu spot terkuat.

Dari sejak awal? Wirasti melipir pertama kalinya ke rumah villanya tersebut, aura tidak enak sudah terendus olehnya apalagi di kemudian harinya satu persatu bermunculan mereka yang menghuni spot wingit tersebut.

Mula-mula sang perempuan renta wujut nenek-nenek itulah yang menampakkan dirinya, seolah memberi isyarat bahwa dirinyalah sang dedengkot di area rumah yang ditempati Wirasti sekeluarga.

Tetapi belakangan Wirasti dibuat sedikit bingung, masalahnya setelah sang dedengkot tersebut semakin jarang menampakkan diri justru mulai overlapping dengan berdatangan entitas lain?

"Semakin menunjukkan lokasi di rumah memang, spot betulan!" ujar Wirasti dengan kesaksiannya seputar pemunculan yang tidak diharapkan.

"Mengganggu sekali," dengus Wirasti tak senang.

Frekuensi mengusik pun mulai bergerak tidak sesuai ritme, Wirasti biasanya santai dengan tiap gangguan. Kali ini, tidak!

Oh, tidak? ya, tentu saja tidak. Sebuah lokasi dengan energi yang tidak terduga, jika hanya seorang awam mana mungkin bisa mengendus pergerakan suatu energi yang mampu mengaktifkan residual yang berada di sana.

Lantas, keanehan yang timbul kemudian tersulut oleh semacam titik api?

Adanya suatu gangguan permanen terhadap siapapun, karena yang bersangkutan dirasa memiliki titik sentuh yang bisa dihampiri oleh mereka.

Sang dedengkot perempuan tua itulah dengan powernya mampu menguak portal yang mengatup dalam diri Wirasti, setelah?

Melewati speed bumb, polisi tidur persis penghalang pertama masuk gerbang portal yang dimiliki Wirasti, begitukah?

Ya, memang realitasnya seorang Wirasti si jutek dengan sepak terjangnya terkesan ekstrem karena sering menunjukkan sisi bar barnya tanpa malu-malu, tanpa pikir panjang, yaitu tadi sifat juteknya tanpa ampun mendominasi perwatakan yang timbul karena terpicu atau bahkan tergencet situasi kemampuan anehnya!

Apakah hal semacam itu disadari? bagaimana juteknya, radikalisnya, bar barnya?

Wo-ho?

Wirasti pun semakin hari semakin menyadari bahwa dirinya kerap berbeda, atau berseberangan dengan orang lain.

Bagi Wirasti lebih memilih tidak ambil pusing. Toh sedari kecil kelainan atau keanehan tersebut sudah melekat dan menjadi rutinitasnya, Wirasti hanya bisa pasrah.

"Aku tidak punya pilihan," keluhnya.

Kemampuan yang semula dianggapnya aneh tersebut awalnya membuat Wirasti was-was, tetapi lama kelamaan dirinya menjadi terbiasa.

Bahkan suatu peningkatan kemampuan yang dirasakan dari level terendah, "Aku merasakan kok ketika apa-apa masih, tumpul!"

Tumpul, hem?

Itu berarti menunjukkan tingkat kemampuan seseorang masih tidak seberapa walau dianggap sudah mempunyai sedikit-sedikit atau sekian persen indigo?

Well, Wirasti pun tidak jauh beda? Benarkah sedikit-sedikit dirinya masuk katagori berkemampuan ekstra tersebut?

Sudah ada suatu kejelasan, bukan? bahwa dengan teridentifikasi secara demikian, tidak perlu muluk-muluk dah mengatakan Wirasti memiliki sesuatu yang istimewa.

"Ah, biasa saja!" tampiknya menekan perasaan tetap berkeinginan rendah hati!

Ketika merasakan tingkat kemampuannya mulai sat set? pertanda suatu ketumpulan yang ia miliki mengalami suatu kemajuan?

Wirasti pun tidak kuasa menolaknya, bukan? itu, sudah fitrah. Ya, semestinya memang begitu!

Sejauh ini Wirasti masih tersingkap portalnya hingga pada titik sentuh belum maksimal, kadang ia rasakan masih berupa interaksi satu arah? kalau toh dua arah seakan dipaksakan sekali.

Bagaimana dengan sang dedengkot yang memiliki kemampuan baurekso tersebut? di rumah hunian barunya bukankah medan spot?

Wirasti mengangkat bahu, bukan tidak tahu menahu. Hanya satu penolakan untuk tidak terlalu intens bersentuhan dengan mereka.

Huft, mereka? "Berarti ..."

"Maksudmu jamak, kan? ya, emang plural! lebih dari satu. Makanya kenapa kubilang spot! tempat ngumpul mereka, tahu!"

"Eits? mau bilang apalagi? wow, gitu? ah, dahlaah nggak usah dipikirin banget! anggap kalau nanti ada apa-apanya? sebagai intermezzo!"

Astaga, bukan?

Wirasti sudah kepalang membiarkan dirinya acuh beibeh, si jutek yang kebablas? sedikit bar bar malahan. "Yeah, mau gimana lagi?" ujarnya tadi memberi ulasan rada ekstrem.

Jika selama ini Wirasti seolah memberi clue bahwa dirinya ogah-ogahan menghadapi ghost ala-ala lokal, seperti sang nenek tua berwajah seram di rumahnya itu?

Atau, termasuk circle yang ada di sekitarnya pernah tercetus sebagai bonus rumah yang terbeli kedua ortunya ketrebelan bonus hantunya pula?

"Anggap sebagai satu keseruan, gitu saja habis perkara!" tandas Wirasti masih ngeyel begitu.

Wirasti pun ingin sekali menganggapnya hal biasa, toh sehari-harinya mereka tidak nampak secara kasatmata hingga menimbulkan kehiruk pikukkan di rumahnya, sudah tentu tidak!

"So, biarkan sajalah mereka ya mereka! toh punya dimensi lain? selama tidak ada bersitegang, kurasa hidup berdampingan dengan mereka apapun style atau coraknya, kurasa oke oke saja ... " pungkas Wirasti.

Tetapi ada satu hal yang menggelayut? kemampuan yang mulai sat set itu membuat dirinya kadang risih? atau, riwuh pakewuh? atau, entahlah. Namun yang jelas membuat Wirasti lebih dibikin kelabakan setiap?

Circle sekeliling rumah tinggal Wirasti memungkinkan segalanya lebih mudah keluar masuk, kondisi rumahnya seperti? ya, persis bertengger di tengah hutan kecil itukah?

"Jangan salahkan siapapun yang menghampiri rumah tinggalmu," sebetulnya kalimat yang terlontar seperti itu mempunyai maksud lain, ada satu tekanan agar Wirasti cepat mikir!

Ekspresi Wirasti, flat!

Ya, hanya itu?

Wirasti sudah terbiasa hidup diliputi kecamuk pertentangan atau konflik menahun, persisnya ketika semua hal begitu jelas tertangkap oleh mata batinnya.

Sehingga, tidak perlu dirinya harus excited? tertegun, atau mencak-mencak sekalipun. Jika Wirasti sudah mampu untuk tetap flat? sesungguhnya bukan menempatkan dirinya secara dislokasi, tidak seperti itu.

"Sewajarnya sajalah," ucapnya dengan nada biasa, datar sekali.

Meski begitu? bukan berarti Wirasti tidak bisa bersikap sebaliknya, memang kesan fluktuatif terkait dirinya tiap kali ada hal yang mendistraksi akan menjadi satu tantangan tersendiri.

"Berikan satu contoh, hei nona?" suatu pinta agar diperjelas obyeknya, begitukah?

Namun lebih menyerupai satu intruksi halus bukan sebagai teguran apalagi telak?

Wirasti pun tidak banyak ngomong. Cukup kiranya sekeliling yang menjadi satu circle yang tidak diharapkan samasekali, kelihatan dan bernada mistis?

Ya, apa boleh buat? vibes yang bertubi-tubi membekapnya tersebut secara tidak langsung sudah memberinya gambaran walau tersamar?

"Masak nggak percaya juga?" dengus Wirasti.

Bagaimana jika paparan satu realitas yang ia alami meski bagi orang lain yang jelas masih awam lantas dibeberkan suatu hal yang musykil? sulit dicerna akal sehat? namun real memberi gambaran utuh tentang suatu keadaan?

"Terserah mau menganggap sebagai apa," desis Wirasti.

"Halusinasi?" lontar kata bernada tanya yang menjurus pada kondisi psikis?

Bagaimana mungkin orang lain dengan sudut pandang awam tidak sefrekuensi dengannya dalam mencerna situasi atau kondisi dirinya flip? VR virtual reflection, atau tengah berteleportasi?

Huft, akankah lhaa lho lhaa lho? atau malah akan memberi asumsi lain? berdecak tetapi menganggap stikma buruk? ya, akan seperti itulah Wirasti, seakan tengah dislokasi?

Terpopuler

Comments

Amber Park

Amber Park

Terkadang Dengan Potensi Supranatural Yang Dimiliki Oleh Orang-orang Seperti Wirasti, Cenderung Memberi Kesan Bahwa Ia 'Spesial' , 'Lebih' Dalam Kapasitasnya Sebagai Sosok Indigo. Bila Berkenaaan Dengan Dunia Metafisik, Ia Akan Berhadapan Dengan Banyak Hal Dari Dimensi Berisi Sosok-sosok Tak Kasat Mata. Di Realita, Berkenaan Dengan Penilaian Orang-orang Yang Memiliki Perbedaan Pendapat Akan Kelebihan Supranatural Yang Dimiliki. Wirasti Tangguh, Ia Tak Menolak Berkat Yang Diberikan Tuhan Untuknya, Juga Jauh Dari Kesan Tertekan Menerima Kelebihannya Yang Setiap Saat Dapat Menghubungkannya Dengan Sosok-sosok Tak Kasat Mata.

2023-08-22

1

Indwi Kusumodjati

Indwi Kusumodjati

Ups, dislokasi? 🤔

2023-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 Rumah Villa di bawah Harga
2 Penghuni Lain Rumah Villaku
3 Intuisi Wirasti
4 Malam Pertama di rumah villa
5 Damai itu indah
6 Sang Dedengkot
7 Perempuan Tua itu?
8 Siapa Takut?
9 Gercep
10 Naik Level?
11 Numpang rebahan, boleh?
12 Asumsi Lain
13 Mimpi Buruk Inkubus
14 Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15 Kupeluk Wirastiku
16 Cha Jae-hoo Sahabatku
17 Ada apa denganmu?
18 Kita Beda Alam, Jae!
19 Andai Bisa Kuputar Waktu
20 Angin Joseon
21 Alone But Never Lonely
22 Waas Niet Bang
23 Satu Petunjuk
24 Residual yang Tertinggal
25 Entitas Misterius
26 Jangan Terbawa Apriori
27 Cosplay Jadul
28 Aku Memanggilmu Nyai
29 Entitas Bergaun Hitam
30 Cinta Segitiga
31 Di ujung Rembang Petang
32 Mimpi Buruk
33 Noni Bersuara Sopran
34 Titik Impas
35 Bunker Kematian
36 Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37 Sebodoh Amat!
38 Dua Kutub yang Berbeda
39 Jugun Ianfu
40 Obyek Penderita
41 Distraksi
42 Sang serdadu Nippon
43 Tak Cukup Sedih
44 Alasan Berharakiri
45 Buah Simalakama
46 Perempuan Bergaun Broken White
47 Mevrouw Wie?
48 Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49 Pastry Croissantjes
50 Di ujung Konflik
51 Si Blasteran, Huh?
52 Dua Sisi Mata Uang
53 Moyang Buyutku?
54 Sentimen Negatif
55 Oh, nee! nee!
56 Kita bersaudara, bro!
57 Aku Sudah Tak Marah
58 Plot Twist
59 Monolog
60 Sosok di siang bolong
61 Semisterius Apa Dirimu?
62 Tabur Tuai
63 Aku Ingin Pulang
64 Menembus Tembok Kamarku
65 Mijn Nek Doet Pijn
66 Si Musuh Bebuyutan
67 Pandainya Bersilat Lidah
68 Bukan Suatu Mimpi Buruk
69 Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70 Khodam Leluhur
71 Di ujung Rembang Petang
72 Bisa kurasakan sedihmu
73 Pelarian Terakhir
74 Bayang-bayang Kenistaan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Rumah Villa di bawah Harga
2
Penghuni Lain Rumah Villaku
3
Intuisi Wirasti
4
Malam Pertama di rumah villa
5
Damai itu indah
6
Sang Dedengkot
7
Perempuan Tua itu?
8
Siapa Takut?
9
Gercep
10
Naik Level?
11
Numpang rebahan, boleh?
12
Asumsi Lain
13
Mimpi Buruk Inkubus
14
Derita Akhir Perempuan Berparas Manis
15
Kupeluk Wirastiku
16
Cha Jae-hoo Sahabatku
17
Ada apa denganmu?
18
Kita Beda Alam, Jae!
19
Andai Bisa Kuputar Waktu
20
Angin Joseon
21
Alone But Never Lonely
22
Waas Niet Bang
23
Satu Petunjuk
24
Residual yang Tertinggal
25
Entitas Misterius
26
Jangan Terbawa Apriori
27
Cosplay Jadul
28
Aku Memanggilmu Nyai
29
Entitas Bergaun Hitam
30
Cinta Segitiga
31
Di ujung Rembang Petang
32
Mimpi Buruk
33
Noni Bersuara Sopran
34
Titik Impas
35
Bunker Kematian
36
Biarkan Kegelapan Pergi Jauh
37
Sebodoh Amat!
38
Dua Kutub yang Berbeda
39
Jugun Ianfu
40
Obyek Penderita
41
Distraksi
42
Sang serdadu Nippon
43
Tak Cukup Sedih
44
Alasan Berharakiri
45
Buah Simalakama
46
Perempuan Bergaun Broken White
47
Mevrouw Wie?
48
Ketika Sang Mavrouw Menguntitku!
49
Pastry Croissantjes
50
Di ujung Konflik
51
Si Blasteran, Huh?
52
Dua Sisi Mata Uang
53
Moyang Buyutku?
54
Sentimen Negatif
55
Oh, nee! nee!
56
Kita bersaudara, bro!
57
Aku Sudah Tak Marah
58
Plot Twist
59
Monolog
60
Sosok di siang bolong
61
Semisterius Apa Dirimu?
62
Tabur Tuai
63
Aku Ingin Pulang
64
Menembus Tembok Kamarku
65
Mijn Nek Doet Pijn
66
Si Musuh Bebuyutan
67
Pandainya Bersilat Lidah
68
Bukan Suatu Mimpi Buruk
69
Di balik kisah, Api di bukit Menoreh
70
Khodam Leluhur
71
Di ujung Rembang Petang
72
Bisa kurasakan sedihmu
73
Pelarian Terakhir
74
Bayang-bayang Kenistaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!