Apa yang dialami Wirasti terkait hal aneh hampir saban hari mendistraksi dirinya sejak menempati kediaman rumah villanya, intensitas gangguan di awal tinggal hingga sekian hari semakin menunjukkan grafik fluktuatif.
Sesuatu yang sifatnya mistis kerap tidak terduga, bukan? Kadang tanpa diharapkan tahu-tahu sudah berseliweran.
Entah berupa ectoplasma atau malah visual vortex yang mengagetkan, kemunculannya ujuk-ujuk? makbejundang? serta merta? tentu saja kerap bikin shock, karena serba tanpa aba-aba sebelumnya.
Ah, yaa ... iyalah! kalau diberi aba-aba terlebih dulu namanya tidak akan bikin shock!
Wirasti pun mulai pasang ancang-ancang plus pasang badan akhirnya, tidak mau kecolongan dalam arti dirinya mulai tidak mau terkaget-kaget akibat seolah diberi shock terapi oleh hal-hal semakin ganjil merajalela di sekitarnya.
Gangguan demi gangguan mulai merebak, dari skala kecil hingga tingkat menuju serius. "Apa mau membuatku tidak betah? atau, sekadar mau nge-tes?" sungut Wirasti mulai terpancing.
Wirasti sebetulnya tahu persis, bahwa rumah villanya tersebut memang sarat aura negatif.
"Tidak negatif gimana?" decit Wirasti, sering memastikan suatu hal tak terduga tiba-tiba mengusiknya!
Gangguan tidak kondusif terkait situasi rumahnya saat mulai larut malam? "Biasanya begitu sih!" ujar Wirasti menandai waktu, karena gangguan tersebut intens di saat hari sudah masuk jam malam.
"Ada saja ulah mereka!"
"Apalagi kalau semua orang sudah berangkat tidur dan masuk kamar masing-masing," jelas Wirasti, di rumahnya sehari-hari dihuni empat orang. Bapaknya hanya tiap akhir pekan pulang ke rumah, anehnya gangguan itu mereda saat bapaknya berada di rumah.
Sedangkan intensitas gangguan akan muncul atau berlangsung ketika hanya berempat, namun hanya Wirasti lah sebagai sasarannya.
"Huft, mereka mampu mendeteksi siapa yang patut diganggu!" sungut Wirasti.
"Sekalipun dirimu hanya seuprit berkemampuan indigo,"
"Mereka tahu ada yang harus diuji nyalinya!"
Wirasti pun terbilang pemberani sih, bahkan tidak pernah menunjukkan rasa keder samasekali.
Ketika sang perempuan tua itu unjuk gigi? semua diawali dari nenek-nenek renta tersebut.
Pertama kalinya Wirasti harus bersentuhan dengan astral sang dedengkot penghuni lain rumah villanya, rupanya perempuan renta itulah yang paling senior di situ.
Terbukti aroma senioritas tercium oleh Wirasti, setelah visual vortex berupa penampakan sang dedengkot berikutnya yang mencoba menghadang dan menakut-nakuti Wirasti beda lagi?
Yep, di rumah villanya? tidak hanya satu hingga dua penghuni lain. Ternyata setelah dicermati lebih jauh?
Wirasti dengan menajamkan penglihatan mata batinnya? mampu mendeteksi pergerakan aktif yang lainnya.
Mereka yang selalu memilih waktu mendekati larut malam setiap pemunculannya, namun tidak jarang akhirnya sesekali menunjukkan visualnya di sembarang waktu.
Siang bolong pun? Wirasti sempat menangkap mereka berkelibat menghampiri dirinya, namun dengan memilih waktu ketika di rumah sedang sepi orang!
"Huft? pilih-pilih waktu?" timpal Wirasti.
"Mereka tahu saja kapan ada orang dan kapan tidak!" kekeh Wirasti, ujarnya terdengar santai. Seakan cara mereka berkelibat tidak dianggap sebagai gangguan, sebaliknya Wirasti merasa justru ada teman!
"Heh?"
"Sueerr!"
"Sejak kapan mahluk begituan kau anggap teman?"
"Sejak lama dong!"
"Hah?"
Wirasti berhemat sebenarnya tidak ingin mengeluarkan kata-kata sebagai penjelas atas nada pertanyaan kepo semacam itu, sesaat hanya memamerkan senyum kecut!
Dari berkelibat? mulanya hanya berupa semacam bayangan orang melintas, tidak jauh! hanya sekian meter dari tempatnya berdiri.
Saat Wirasti memergoki bayangan tersebut, hanya diliriknya dengan ekor matanya. Tetapi lama kelamaan merasa penasaran juga?
Sayang sekian detik nampak detik itu pula menghilang? benar-benar raib tiada berbekas, "Itu kan aneh?" cicitnya, antara penasaran dan kesal!
Ya, sialnya lagi? pemunculan tersebut seakan tidak pandang tempat atau waktu?
"Suka-suka mereka,"
"Kelihatannya sih begitu!"
Namun suatu hari? Wirasti sempat dibikin terkecoh bahkan merasa amat dongkol.
Seingatnya semua orang tengah berada di rumah, biasanya suasana rumah itu lengang ketika ibu dan Wisnu adiknya tidak ada di rumah tetapi masih ada si mbok art atau pembantu setia di rumahnya.
Apa pasal?
Remang senja ketika ibu dan Wisnu adiknya sudah tiba di rumah, berarti situasi tidak bisa disebut lengang, bukan?
Wirasti dikagetkan oleh seseorang yang melintas di ruang tengah, tetapi perkiraan dari tangkapan penglihatannya sepintas? namun, kemudian sekian detik berikutnya?
"Dii ... dii-a?" desis Wirasti, gugup.
"Aneh," pikir Wirasti karena perkiraannya meleset!
Ternyata, salah? "Bukan Wisnu? lalu, siapa?"
Rasanya tidak habis pikir? berputar-putar pertanyaan yang tidak kunjung terjawab perihal adiknya yang nampak olehnya, tetapi?
Wisnu sendiri? juga mengalami hal serupa, tetapi Wisnu tipikal penutup. Mana mau bercerita apapun terkait hal-hal semacam itu.
"Nggak penting," begitu katanya, setiap ada kejadian yang sifatnya aneh-aneh!
Insiden yang dialaminya serupa tetapi tidak sama, Wisnu sempat menangkap visual sosok yang menyerupai kakaknya. Tepatnya ketika melihat pintu kamar kakaknya setengah terbuka.
Melihat kakaknya berdiri seperti mematung di antara pintu yang setengah terbuka, karena penasaran Wisnu balik lagi?
Bermaksud mengecek sekali lagi? tetapi di sana depan pintu kakaknya ternyata tidak ada siapa-siapa?
"Lalu, dia tadi siapa?" pikirnya, bergegas mencari sang kakak. Ternyata? kakaknya tengah sibuk di dapur!
Sesuatu yang ganjil? baik Wirasti atau Wisnu keduanya seperti mempunyai kembaran? atau, kloningan? kenapa seolah ada unsur kesengajaan penyerupa dengan visual keduanya yang sama persis?
"Imitasi yang fenomenal!" desis Wirasti, artinya ada aksi imitasi atau aksi peniruan.
Entah? mempunyai maksud atau tujuan apa sebenarnya?
Kalau gangguan dalam bentuk lain? intensitasnya kadang juga cukup kencang, misalnya mengenai suara-suara di sekitar rumah, suara tangisan? suara cekikikan? suara-suara langkah orang? bahkan pernah seperti anak-anak tengah berlarian di malam buta?
Sejauh ini? Wirasti tidak komplain. "Heh, mau komplain pada siapa?" dengus Wirasti, sebetulnya menahan kesal!
Sejak menempati rumah villa yang ternyata menyimpan banyak hal yang aneh-aneh, pikiran Wirasti semakin tidak terbendung rasa ingin tahunya terkait tiap hal yang ditemui.
"Apakah memang murni situasi di area rumah villa sebagai spot sejak dulunya? atau, ada unsur lain? misalnya karena suatu dan lain hal?" pikiran kritis Wirasti terus mencoba reaktif.
"Ada, bukan?" pikirnya, mencoba menerka-nerka.
"Misalnya karena ada riwayat tertentu yang membekas. Residu-residu di area ini masih menyisakan energi yang masih aktif, ini yang kumaksud tadi!"
"Bukan karena rumah ini telah lama kosong terbengkalai lalu menimbulkan daya tarik mereka berdatangan ke tempat ini?" ujarnya sengit, Wirasti paling tidak suka kemungkinan kedua tersebut.
"Eh, why?"
"Ya nggak suka laah!" Wirasti secara aneh langsung, sewot!
"Menurutku yang pure atau asli asalnya dari sini? ya, mereka itu memang pribumi! sejak dulu asal muasalnya, bahkan mungkin beranak pinaknya emang di sini!"
"Owh, berarti ada pri dan non pri dong kalau gitu?"
Wirasti langsung mengangguk malas, memang sedari awal rasanya amat malas menanggapi ocehan atau perbincangan yang mengulik-ulik dunia permistisan.
Tetapi, pppfftt? berbicara tentang hal-hal ganjil seperti itu? kadang menggelitik rasa ingin tahunya sambil mencoba-coba mengukur sampai di mana wawasan yang sinergis dengan kemampuannya?
Wirasti sadar bahwa dirinya masih anak bawang, dengan segenap kerendahan hati dirinya mengakui masih berada pada level tumpul.
Tetapi, entah? kenapa dirinya selalu merasa mempunyai intuisi lain. Bahwa ketumpulannya tidak selamanya musti tumpul?
Apakah Wirasti tidak menyadari ketika dirinya terdistraksi kemunculan visual vortex berupa sang nenek renta tersebut sebagai satu akses bahwa dirinya telah bersentuhan atau berinteraksi mulai intens dengan astral di sekitarnya?
Sang nenek renta dedengkot penghuni tetap area tanah di mana telah berdiri rumah villa yang ditempati keluarga Wirasti, sejak zaman baheula sang nenek tersebut asli sudah berada di situ. Namun, entah karena garis nasib atau entah karena apa?
Jika memang ada suatu medan magnet, atau lintasan bidang ekliptika di semesta nan maha luas ini, atau mungkin ada suatu transmisi yang menghubungkan dirinya? melalui kedua ortunya yang telah terpaut dan jatuh hati terhadap rumah villa dilego secara kebetulan di bawah harga.
Semua itu? menautkan sesuatu seperti membuka tabir? atau, anggap seperti pecah telur?
"What? pecah telur?"
Ya, istilah pecah telur bukan hanya dimaknai sebagai awal suatu keberuntungan namun bisa membawa suatu arti lebih jauh. Seperti, apa yang tengah dialami Wirasti.
Bagi Wirasti kepindahan keluarganya menempati rumah villa tersebut seakan membuka jalan, menguak portal yang selama ini setengah terkatup, dengan kata lain bukan menumpulkan penglihatan mata batinnya melainkan sebaliknya.
Wirasti pun kadang merasa aneh sendiri, sekalipun sadar bahwa kemampuan terasahnya akan membuat dirinya menanggung risiko. Tetapi tidak membuat dirinya gentar.
Malah antusiasnya kian terlihat ******* kecemasan atau was was, manakala yang menghadang dirinya tidak lebih situasi atau kondisi di mata orang lain, itu semua dianggap serem atau horor!
Siapa takut? begitu dua kata sinergis yang membuat seorang Wirasti kian menguatkan nyalinya. Ya, siapa takut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Y.J Park
Am So Amazed By Wirasti's Confidence! Bravo 👏👏
2023-08-18
1
Indwi Kusumodjati
Wirasti harus menghadapi teror tak kasatmata? nyalimu siap diuji hei nona?
2023-06-06
1