Ternyata Aku Yang Kedua
"Sayang, hari ini jadi keluar?" mas Albin, seperti biasa, setiap pagi selalu bertanya apa kegiatan yang akan aku lakukan. Dia begitu lembut dan juga sangat pengertian, tidak pernah mengekang kebebasanku.
Namun sebagai seorang istri yang baik, aku wajib menjaga kehormatan dan juga nama baik suamiku. Meskipun, suamiku tidak pernah membatasi ruang gerakku.
Apalagi, aku tipe orang yang tidak begitu menyukai keramaian. Makanya aku sangat jarang sekali keluar rumah.
Tapi hari ini, aku mau menghabiskan waktu bersama teman temanku di rumah salah satu kakak kelas, yang dulunya dia menjabat sebagai anggota OSIS.
Kami mau mengadakan arisan rutinan yang akan diadakan satu bulan sekali dengan cara gilir tempat. Siapa nanti yang dapat arisan, dia yang akan ditempati rumahnya untuk pertemuan berikutnya.
"Jadi, mas!
Lagian yang ikut juga gak semua kok, hanya sebagian saja, paling cuma dua puluh orang, dan itu juga semuanya perempuan. Makanya aku ijin ke mas, untuk ikut saja. Buat hilangin kejenuhan." sahutku santai, sambil tangan ini menyiapkan menu sarapan buat suamiku sebelum dia berangkat bekerja.
"Iya, mas paham.
Mas percaya, istri mas ini pasti bisa jaga diri.
Sesekali kumpul sama teman itu gak papa, asal jangan keterusan apalagi lupa waktu." sahut mas Albin dengan wajah teduhnya. Matanya selalu memandangku penuh dengan binar cinta.
"Iya, mas!
Aku tau kok, insyaallah, istrimu ini akan selalu patuh dan juga menjaga hati buat, mas seorang!" jawabku lebay, membuat mas Albinara tergelak.
"Ya, ampun!
Istriku, kok sekarang pandai menggombal. Duh jadi kepikiran nih!" kekehnya yang semakin membuatnya semakin terlihat rupawan.
"Gombalin suami sendiri kan gak papa, mas!
Malah justru dapat pahala loh!" kilahku membela diri, dan makin membuat mas albin terkekeh geli.
"Nanti mau berangkat jam berapa?" sambung suamiku meneruskan pembicaraan tadi.
"Paling jam sepuluhan, nunggu Intan. Aku berangkatnya barengan sama intan saja." sahutku jujur, dengan perasaan senang. Karena sudah lama banget, tidak ikut acara kumpul kumpul bersama teman teman.
"Anak anak dirumah semua?" kembali mas Albin melontarkan tanya.
"Abian saja yang ikut, kan Nesya sekolah. Nanti biar dijemput pak Ujang, ada bi Iyam juga dirumah!" sahutku menjelaskan. Bukannya tak perduli dengan Nesya, tapi putriku itu, memang hampir tidak pernah mau ikut kalau diajak bepergian, dia lebih senang bermain dirumah.
Semalam juga sudah aku ajak agar ikut, tapi justru Nesya menolak dengan dalih, mau bikin PR.
"Yasudah, kamu hati hati ya. Nanti kabar kabar lagi.
Mas, berangkat kerja dulu, asalamualaikum!" mas Albin pamit untuk berangkat ke kantor, kami melakukan rutinitas yang sudah menjadi kebiasaan, aku mencium punggung tangan suamiku, sedangkan mas Albin membalasnya dengan mengecup kening dan mengusap lembut kepala ini. Sosok suami yang hangat yang selalu jadi impian setiap wanita.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Pukul sepuluh pas, mobil Intan sudah berada di halaman depan rumahku. Sahabatku itu terlihat tersenyum lebar kala menyambut ku, dia tidak pergi sendiri, ada Yuki yang juga ikut dengannya. Yuki adalah anaknya Intan, usianya baru menginjak lima tahun kurang beberapa bulan.
"Langsung saja, ya!" teriaknya dari dalam mobil yang kacanya sudah terbuka.
"Iya, sebentar ya, aku mau pamitan sama bik iyam dulu." sahutku, lalu melangkah kembali masuk ke dalam, pamitan sama pembantu yang sudah mengabdi sejak aku menikah dengan mas Albin.
"Bik! Titip rumah dan Nesya ya, insyaallah gak lama kok, cuma mau arisan bareng temen sekolah dulu. Nanti Nesya di jemput sama pak Ujang!" pamit ku, yang langsung di jawab suka cita sama perempuan paruh baya itu.
Lima puluh menit perjalanan, akhirnya sampai di depan rumah, yang terlihat cukup bagus dengan halaman yang luas.
Kami baru pertama kali datang dan bertemu dengan kakak kelas kita dulu, mbak Renata, satu tingkat lebih tua dari aku dan Intan. Kami datang dengan berbekal arahan mbak google.
"Ini pasti, Intan sama Zahra kan?"
Sambut perempuan cantik dengan kulit putih dan rambutnya tergerai indah.
"Iya, mbak!
Masih ingat saja!" sahut Intan dengan senyum lebar.
"Ingat lah, kan tau dari profil watshap kalian to, dan sejak dulu juga sudah terkenal, dimana ada Intan disitu pasti ada Zahra." kelakar Renita dengan tawa renyahnya.
"Yuk masuk, yuk!
Di dalam juga sudah ada yang datang!
Gabung saja dulu, sambil nunggu yang lainnya datang." sambung mbak Renata dengan ramahnya, terlihat senyumnya terus mengembang.
Kami di giring untuk masuk ke dalam rumahnya, setelah melewati ruang tamu, kita di ajak masuk keruang tengah yang terlihat begitu luas, sudah di gelari karpet empuk di lantai keramiknya, dan juga sudah datang beberapa orang disana.
Namun fokusku, ada pada foto yang ada di dinding ruangan tersebut.
Sepasang foto keluarga yang terlihat kompak dan hangat, namun sanggup memporak porandakan perasaanku, tubuhku bergetar dengan tatapan mengabur, ya Tuhan jangan biarkan air mata ini menetes disini. Batinku menjerit pilu.
Foto mbak Renata yang duduk berdampingan dengan mas Albinara, dan yang berdiri di belakang mereka pasti anak anaknya.
Ya, Tuhan kenyataan apa yang saat ini aku temui.
"Ra! You oke?" bisik Intan yang juga terlihat shock dengan apa yang dia lihat di hadapannya.
"Entahlah." jawabku lirih, rasanya tubuhku sangat lemah, tak lagi mampu menopang badan ini untuk berdiri, dengan lemah, aku langsung mendudukkan diri dengan menaruh Abian dipangkuan ku. Intan menggenggam erat tangan yang kini begitu dingin terasa. Hancur, batinku benar benar hancur. Suami yang aku banggakan dan aku cinta dengan segenap jiwaku, ternyata telah tega mengkhianati.
Saat semua sudah kumpul, suasana jadi riuh oleh canda tawa para alumni teman teman sekolah dulu. Aku hanya terdiam dengan pikiran tak karuan. Dada sudah sangat terasa sesak, mati matian menahan agar air mata tak terjatuh dihadapan banyak orang.
"Itu, suami kamu ya, Ren?" tanya Diah, salah satu teman satu kelas kami dengan tatapan kagum.
"Iya, itu suamiku!" jawab mbak Renata kalem dengan senyuman penuh damba menatap foto keluarga mereka.
"Ganteng ya, suami kamu!
Kerja dimana? Kok kalian nikah gak undang undang sih?" cerocos Diah yang mulai kepo dengan kehidupan mbak Renata.
"Suamiku kerja di luar kota, pulangnya gak pasti sih, kadang seminggu sekali, tapi ya kadang dua minggu sekali. Tergantung kesibukannya.
Dulu kami cuma nikah siri, jadi gak undang banyak orang!" sahut mbak Renata dengan wajah teduhnya.
Hatiku rasanya seperti di hujam belati, darah seolah berhenti mengalir, air mata yang sedari tadi aku tahan mati matian, kini sudah menderas. Pengakuan mbak Renata membuat hatiku remuk redam, jantung rasanya enggan untuk berdetak, dan kepala terasa berputar, hingga tak lagi mendengar apapun, gelap dan hening!
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Ternyata Aku Yang Kedua
Novel on going :
#Wanita sebatang kara
#Ganti Istri
Novel Tamat :
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Hanipah Fitri
aku mampir thor
2023-08-16
1
Nayla Ujji ...
othor... maaf saya baru buka NT.
karya baru, saya baru baca...
judul nya, sesuatu banget..
Zahra,... 😔
2023-05-22
2
Diana Susanti
nyimak
2023-05-22
1