Bab 15

"Papa kenapa pergi sama tante itu?

Papa gak sayang kami lagi?

Papa mau ninggalin mama ya?" nampak Bulan tengah menangis sesenggukan dengan pertanyaan yang begitu menyayat hati.

Mas Albin menatapku dengan wajah lesu, mungkin bingung akan memberikan jawaban apa untuk kedua anak itu. Karena bagaimanapun mereka adalah anak anak tanpa dosa, masih polos yang tak pantas merasakan sakitnya perpisahan karena masalah kami orang dewasa.

"Kenapa papa diam saja?

Apa papa akan pergi dan tidak akan pernah kembali lagi?" lontar Bintang dengan wajah sedihnya.

Terlihat mbak Renata tengah berdiri di depan pintu dengan mulut terkatup rapat. Wajahnya datar tanpa ekspresi.

"Anak anak, ayo masuk.

Biarkan papa pergi, papa harus kembali bekerja." mbak Renata nampak membujuk anaknya dari jauh, tak sedikitpun mau mendekat.

"Tapi, aku mau sama papa, ma!

Bulan sama kak Bintang kangen papa.

Bukannya papa sudah kerja terus, uangnya pasti sudah banyak. Kira gak butuh uang papa, kita maunya papa temeni main. Iya kan, kak?" celoteh gadis kecil yang berwajah cantik dengan mata bulat itu. Kasihan mereka, harus mengalami kisah sepahit ini di usianya yang masih kecil.

"Papa harus pergi, masih ada pekerjaan papa yang belum beres. Nanti kalau sudah selesai, papa pasti pulang jemput kalian. Kita akan jalan jalan ke mall, oke?" mas Albin mencari alasan agar tidak membuat mereka sedih, tapi itu sama artinya dia memberikan harapan pada anak anak itu. Kalau mas Albin tidak bisa memenuhinya, mereka pasti akan sangat sedih.

"Papa janji?" sahut Bulan dengan wajah yang kembali ceria. Tapi tidak dengan Bintang, dia masih diam bahkan menatapku penuh selidik.

"Besok akan papa kirim mainan yang bagus buat kalian.

Bintang sama bulan mau mainan apa?" kembali mas Albin berusaha membujuk mereka.

"Bulan mau mainan dokter dokteran, karena Bulan mau jadi dokter kalau sudah besar." sahut Bulan dengan semangat.

"Kalau Bintang mau apa, nak?" mas Albin beralih pada Bintang yang masih terdiam.

"Bintang maunya papa, apakah tidak ada waktu papa untuk kami sedikit saja?

Bintang ingin kayak teman teman Bintang, yang main bola dan naik sepeda sama papanya." sahut anak lelaki berusia tujuh tahun itu sendu.

"Nanti kalau Bintang sudah besar, Bintang akan bisa memahami situasi ini.

Tapi papa janji, papa akan berusaha untuk tetap bertanggung jawab pada kalian. Doain papa ya, semoga selalu bisa membagi waktu untuk kamu dan adik." sahut mas Albin yang berusaha memberi pengertian pada Bintang.

"Papa pergi dulu, ya!

Nanti, papa akan belikan Bintang ponsel, agar kita bisa berkirim kabar secara langsung ya, nak.

Bintang boleh bicara dan cerita apapun sama papa. Jarak tidak akan membuat kita jauh. Bintang harus ingat itu, oke?" terlihat Bintang menganggukkan kepalanya, berusaha memahami ucapan mas Albin.

Kami pergi meninggalkan halaman rumahnya mbak Renata, nampak wanita itu hanya diam mematung dengan mata basah, sedangkan kedua anaknya melambai dengan wajah sedih.

Kenapa hatiku juga ikut sesak.

Soni, laki laki itu harusnya bertanggung jawab dan menjadi ayah yang baik untuk mereka, bukan malah pergi dan menorehkan luka.

"Mas!

Apa kamu kenal dengan Soni?

Laki laki yang sudah menodai mbak Renata?" Aku memberanikan diri untuk bertanya pada mas Albin tentang Soni. Pria yang sudah membuat prahara di hidup kami.

"Soni?

Kenapa kamu ingin tau laki laki itu, sayang?

Dia laki laki bejat yang tak punya otak!" sahut mas Albin emosi.

"Kenapa kamu tidak meminta lelaki itu bertanggung jawab pada mbak Renata?

Bukankah dia yang sudah menodai mbak Renata?" sahutku ragu ragu.

"Tidak semudah itu.

Dia anak orang berpengaruh di negri ini.

Orang tuanya sangat berkuasa. Dia bisa melakukan apapun sesuai dengan keinginan nya.

Bahkan laki laki itu kini tinggal diluar negri dan sudah menikah sejak dua tahun yang lalu.

Entah, kenapa Renata bisa jatuh dalam pelukan laki laki bangsat itu." sahut mas Albin dengan wajah mengeras, ada dendam dan kebencian yang tersirat.

"Mas, aku kasihan dengan anak anak itu.

Bagaimanapun mereka tidak tau apa apa.

Mereka anak yang baik dan cerdas.

Bisakah kamu, sesekali menjenguk mereka dan mengajaknya jalan-jalan.

Hanya mereka, tanpa harus dengan ibunya." entah kenapa sedari tadi pikiran ini terus terngiang pada wajah kedua bocah malang itu. Mereka terlihat begitu merindukan sosok seorang ayah. Aku benar benar tak tega.

"Apa kamu, yakin?" sahut mas Albin dengan tatapan tak percaya.

"Iya, kasihan mereka. Mereka sangat merindukan sosok seorang ayah, mas. Dan kamu adalah papa dimata mereka selama ini, itu yang mereka tau. Selebihnya biar waktu yang menentukan." sahutku dengan mengusap wajah ini, jujur aku benar-benar dilema dengan diriku sendiri.

"Aku mengerti keresahan kamu, sayang.

Kamu memang perempuan berhati lembut, pasti kamu tidak tega melihat mereka menangis tadi.

Tapi aku juga tidak mau, mengorbankan hubungan kita hanya karena rasa kasihanmu itu.

Biarlah, Renata tau apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan anak anaknya.

Kita cukup membantunya dari jauh. Selama Soni tidak mau bertanggung jawab pada mereka, aku janji, akan mencukupi kebutuhan kedua anak malang itu. Kamu tidak keberatan kan?" mas Albin begitu berhati hati dalam mengutarakan niatnya. Sebenci apapun suamiku pada mbak Renata, nyatanya dia tidak pernah tega menelantarkan kedua anak tak berdosa itu.

Aku memang tidak salah memilihnya menjadi pendamping hidupku. Nyatanya dia memang sebaik itu. Meskipun sempat ada perasaan ragu karena adanya mbak Renata yang menjadi istri pertamanya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Ternyata Aku Yang Kedua

Novel on going :

#Wanita sebatang kara

#Ganti Istri

Novel Tamat :

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!